Bag 4 : Pandangan

Start from the beginning
                                    

Entah mengapa kini Barra ingin karakter Rizqa yang ceria kembali. 

Akhirnya, Barra membuka kunci pintu mobil dan membiarkan Rizqa keluar. Ia pun ikut turun dan mengikuti gadis itu berjalan. 

Rizqa berdiri di pinggiran menatap ke lautan. Ia bersedekap dua tangan di depan dada meredakan gemuruh yang menyiksa. 

Tak jauh darinya, Barra berdiri menyembunyikan tangan di saku menatap ke laut sambil berjaga takut Rizqa terlepas dari pandangan. Benar saja, Rizqa diam-diam bergeser untuk menghindar. 
Dua langkah bergerak. Barra juga mengambil langkah bergeser. 

Rizqa mendengkus dengan bibir yang mengerucut melihat aksi Barra. Gadis dengan netra hitam itu bergeser, namun lagi-lagi Barra ikut mengambil langkah memupus jarak mereka. 

Gadis itu berdecak. 

Berulangkali Rizqa berjalan, tapi Barra terus mengikuti bagai ia adalah bayangan. 

Rizqa memekik samar dengan gigi bergemeletak dan kaki menghentak. Namun di sana, tatap Barra hanya lurus, bahkan terkesan menghunus. 

Bagai gadis kecil yang merajuk, ia kembali melangkah pergi mencari tempat bersembunyi. Namun bukannya berhasil, karena Barra dengan tenang mengambil langkah ikut lagi. Kini, mereka malah terkesan seperti dua sejoli yang sedang bertengkar saja. 

Rizqa memutar bola mata. Ya Tuhan, apa yang sedang terjadi sekarang? 

"Ck! Bisa nggak berhenti aja di situ? Jangan ikutin gerakan aku? Paham?" ucap Rizqa ketus. 

Barra berhenti tapi mata masih terus mengikuti. Rizqa lari dan secepat yang ia bisa menghilang dari pandangan Barra. 

Pria itu mendesah kasar dan langkah besar mengejar. Tanpa disangka Rizqa menghilang tapi Barra yakin gadis itu tetap berada di sekitar. Meski demikian ia tetap harus mencarinya. 

Barra berkeliling di sekitar mobil dan tidak menemukan gadis itu. Ia menekan tombol panggil di ponsel, tersambung, tapi tidak mendapat jawaban. Barra mulai berang, ia menyugar kasar. 

Masih dengan langkah besar, ia masuk ke area dalam kapal kembali mencari Rizqa tapi tak juga ia temukan. Tak mudah putus asa, ia terus mencari ke tiap sudut. Sampai akhirnya di depan musala, tak sengaja ia melihat sepatu ket berwarna biru muda seperti milik Rizqa yang sempat ia lihat ketika gadis itu tiba di bandara. 

Kebiasaan yang dilakukan seorang Robin Alexander si pembunuh berdarah dingin terhadap targetnya. Memindai detail, dan menyimpannya dalam memori ingatan. 

Barra mendekat ke musala dan mengedar pandang langsung ke area wanita. 

Benar. Ada Rizqa di sana sedang melaksanakan shalat menggunakan kerudung besar yang dilihat Barra sering digunakan umat islam. Apa namanya? Ah, ya, mukena? Pria itu menerka. 

Tak ingin Rizqa terlepas, Barra terus mengintai pandang hingga tanpa sadar menyeksamai apa yang Rizqa lakukan. 

Gadis itu melakukan gerakan, mengangkat tangan, merunduk memegang lutut lalu mencium lantai. Ya, Barra tau itu gerakan shalat ummat islam. 

Rizqa terihat seperti menyudahi shalat dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu menengadah yang Barra tau meminta pada Tuhannya. 

Melihat semua pemandangan itu, ada yang berdesir di hati Barra diikuti angin berhembus lembut di wajahnya. Ada sesuatu yang melebur dan membuatnya lentur hingga napas Barra terasa teratur. Mata hazel Barra lekat, terus menatap Rizqa dari luar jendela kaca yang lebar. 

Lama Barra terpaku menatap gadis yang masih berdoa itu. Menikmati sentuhan demi sentuhan yang mengerayangi hatinya yang kasar dan pekat kegelapan. 

Begitu melihat Rizqa melipat mukena dan beranjak keluar ia bersiap menyambut Rizqa dengan wajah kaku. 

BEAST ABAD 21 (KAT) Where stories live. Discover now