42 » Sidang Berkedok Ghibah

Start from the beginning
                                    

Ya sudahlah. Mungkin hanya kebetulan mirip dengan seseorang.

...

Sesampainya di rumah, Nanda benar-benar langsung pergi ke kamar dan tertidur hingga pukul 2 siang. Ia terbangun karena perutnya keroncongan. Maka dengan mata yang masih mengantuk, Nanda keluar kamar dan turun ke lantai 1 dengan tujuan pergi ke dapur.

"Baru bangun, Kak?"

Nanda menoleh ke sumber suara. Menemukan Reza yang duduk anteng di ruang keluarga bersama Bunda Wendy menonton film action berupa pertarungan robot-robot raksasa. Sekilas tadi Nanda lihat adegan robot kuning berubah menjadi mobil dan membawa manusia kabur dari arena pertarungan dan berakhir dengan kejar-kejaran.

"Iya." Sahut Nanda cuek. Ia melanjutkan langkahnya ke dapur dan mencari sesuatu di kulkas.

"Kamu ngapain, Nan?" tanya bunda datang menghampiri dan setelah berada di samping Nanda, "Bunda udah siapin makan siang buat kamu lho." Katanya yang masih menatap heran pada si bungsu.

Nanda menghentikan tangannya untuk menggeledah isi kulkas. Ia menoleh pada Bunda Wendy, "Dimana?"

Bunda Wendy menunjuk ke arah meja makan, "Di sana. Kan kamu biasanya langsung ke meja makan, bukan ke dapur."

Nanda mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar penuturan bunda. Oh iya, dirinya kan bisa mengecek meja makan dulu. Kenapa bisa lupa ya? Apa mungkin karena kelelahan? Mungkin iya.

Ia tersenyum kecil, lalu menutup pintu kulkas. "Mungkin gara-gara aku kurang tidur, jadi lupa enggak ngecek meja makan dulu. Makasih bunda."

"Makanya jangan begadang terus Annandha." Ucap Bunda Wendy kesal.

Nanda tersenyum manis, "Iya bunda sayang. Maafin Annandha, ya." Sahutnya lembut agar kekesalan ibu negara hilang.

Bunda Wendy masih menatap kesal pada Nanda. Namun tak lama, ia menghela napas. Oke, untuk kali ini dirinya akan membiarkan si bungsu terhindar dari omelannya. Tapi tetap saja, ia tak suka jika Nanda begadang dalam jangka waktu yang panjang. Sehat itu mahal lho.

"Ya udah, makan sana." Suruh Bunda Wendy sebelum pergi dari sana, menyusul keponakannya di ruang keluarga. Namun sebelum benar-benar pergi, Bunda Wendy dengan tegas berkata, "Tapi bunda tetep nggak suka kalo kamu begadang terus."

"Iya bunda ku sayang." Timpal Nanda lembut, dengan sorot mata yang hangat yang tak bisa dilihat oleh Bunda Wendy karena membelakangi dirinya.

Merasa agak lega mendengar penuturan anaknya, Bunda Wendy melangkah kembali ke ruang keluarga. Sementara Nanda sendiri menuju ke meja makan dan makan dengan lahap. Tapi saat sedang menikmati makan siang nya yang tertunda, notifikasi pada ponsel pintar nya berbunyi.

Ting!

Mas Haikal
Dek, ke balkon dong.
Temenin gue ghibah.
Gue tau ya, kalo lo udah bangun.

Apa ini? Tumben Haikal mengirim pesan demikian.

...

Sesuai pesan yang dikirim oleh oknum bernama Haikal, Nanda datang ke balkon seorang diri. Padahal ia mengajak Reza juga, tetapi Reza tak mau. Katanya ingin manja pada Tante Wendy yang perhatiannya diatas rata-rata dan tak segalak mamanya. Memang, Tante Selly segalak apa sih, sampai Reza berkata demikian?

Dan disinilah Nanda. Balkon. Bersama saudaranya yang lain, selain Haikal. Oh, quality time antar saudara tho.

"Wih! Pangeran tidur udah bangun tuh. Mana pake kolor sama kaos putih doang lagi." Celetuk Haikal dengan raut wajah yang sangat menyebalkan.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Where stories live. Discover now