1 | nayna and her fiance

Start from the beginning
                                    

"Kalo lo udah pernah ke Maldives sama dia, terus nanti bulan madunya mau kemana, dong? Secara Maldives tuh wishlist banget buat dijadiin tempat honeymoon yang romantis. Eh dengan enaknya lo udah ke sana duluan sebelum nikah." Jelita memegang salah satu figura, foto Nayna dengan background langit biru berawan di pantai Maldives. Pinggang wanita itu dipeluk mesra oleh kekasihnya.

Nayna menjawab santai, "Ke Maldives lagi, lah! Terakhir kali gue ke situ diajak sama keluarga besar dia, mana sempet buat ngapa-ngapain?"

"Gak enak ya, Nay, kalo nggak berduaan doang?" Jelita terkikik samar.

"Iyalah! Jadi nggak tenang, nanti kalo tiba-tiba terciduk terus digrebek gimana?!?!" seperti yang Jelita kenal, Nayna selalu punya ekspresi dan nada bicara yang unik ketika wanita itu sedang bercerita. "Dipikir-pikir, calon gue bener-bener se-crazy rich itu deh, Ta. Lo bayangin aja dinner kumpul keluarga doang sampe ke Maldives, lah kaum kita mah kalo mau kumpul keluarga yang ada di rumah nenek!"

Jelita lagi-lagi tertawa melihat ekspresi Nayna, "Culture shock dikelilingi keluarga sultan yang suka lo ceritain di chat ternyata bener adanya ya, Nay..."

"Yaiyalah, masa gue bohong???" Nayna mengambil sesuatu dari laci meja riasnya. Beberapa lembar kertas persegi panjang yang diperlihatkan pada Jelita. "Udah gitu gue baru tunangan aja udah dihadiahin tiga tiket liburan, Ta, sama sepupu-sepupunya. Belom lagi sama anggota keluarganya yang lain. Ya ampun, dulu nenek moyang gue abis menyelamatkan dunia bagian mana ya sampe gue didekatkan sama orang-orang baik binti tajir kayak gini..."

Ada perubahan tak terlalu ketara dari mimik wajah Jelita, tapi Nayna bisa menangkap itu lewat matanya yang melayu. "Lo beruntung Nay bisa diterima dengan baik sama keluarga calon suami lo..."

Bibir Nayna otomatis mengerucut, sebelah tangannya jatuh pada bahu Jelita, menyesal.

"Ta? Gue menyinggung lo, ya? Maaf..."

Dibalas gelengan lemah oleh Jelita, "Enggak. Gue malah seneng banget liat lo yang sekarang. You really deserve this, Nayna."

Jelita tidak berbohong, dia sungguhan senang. Bertahun-tahun dia bersahabat dengan Nayna, Jelita telah banyak tahu kesulitan-kesulitan apa saja yang pernah sahabatnya itu alami.

Terutama ketika Nayna duduk di bangku SMA. Wanita itu sama sekali tak bisa banyak mengecap manisnya sekolah tingkat akhir sebelum dia benar-benar beranjak jadi orang dewasa. Saat itu, di hidup Nayna lebih banyak pahit yang menimpa. Sampai Jelita paham bahwa segala manis yang Nayna sekarang rasa adalah buah dari ketabahan atas kesulitan yang berhasil Nayna lalui.

"Huhu.. Gue sayang banget sama lo, asli deh, Ta..." manik mata Nayna nampak berkaca-kaca tatkala berpelukan singkat dengan Jelita. Nayna tidak berubah, hatinya masih rentan tersentuh akan hal-hal kecil yang terjadi.

"Gue juga!" balas Jelita.

Jelita menyerahkan kotak kado yang ia bawa selepas pelukan terlepas, "Ini kado dari gue. Isinya ada lebih dari satu. Sekalian kado ulang tahun lo bulan lalu. Maaf, ya, kalo gue nggak bisa dateng. Udah dua kali gue skip perayaan ulang tahun lo, pasti lo bosen banget ya ngundang gue terus tapi guenya nggak pernah nampakin batang hidung?"

Bibir Nayna kembali mengerucut, matanya agak berair seiring menerima hadiah dari Jelita. "Ngomong apa, sih?? Gue tau kok lo nggak dateng bukan karna lo nggak mau, tapi karna kondisinya yang nggak memungkinkan. Gimanapun itu, gue bangga banget lo bisa tetep survive dari titik terendah lo kemarin-kemarin. Justru gue yang perlu minta maaf karena nggak bisa selalu ada buat lo ketika lo melewati masa-masa sulit itu..."

"Nay, sedeket apapun persahabatan kita, kita tetep punya jalan hidup masing-masing. Bukan salah lo kalau lo nggak bisa menaruh banyak peran di kehidupan gue.."

Afterglow | In RepairWhere stories live. Discover now