Proofing (I)

397 50 1
                                    

"Yang, kemeja biru yang biasa aku pakai kerja mana ya?" Dewa berteriak dari lantai dua agar terdengar.

"Kemaja biru mana lagi, sih?" gumamku sewot dan meninggalkan pekerjaan dapur lalu bergegeas naik ke lantai dua.

"Semua udah aku masukin ke dalam tas yang mau kamu bawa. Kemeja biru buat apa lagi?" tanyaku saat melihatnya masih berdiri di depan lemari.

"Aku mau pakai itu buat berangkat nanti," balas Dewa masih berdiri di depan lemari.

"Enggak usah, kamu pakai kaus aja. Panas, Yang, nanti di jalan. Aku udah siapin jaket juga nanti tinggal pakai itu, kalau butuh."

"Oh, gitu?" Dia mengalihkan pandangannya padaku.

"Iya."

"Kok, kamu di sini? Enggak ke Moema?" tanyanya lagi heran dan tersadar akan kehadiranku di rumah pada jam seperti ini. Biasanya jam segini aku masih sibuk di dapur Moema.

"Ya mau mastiin kamu beres-beresnya bener dan siapin sarapan. Sarapan di rumah aja ya. Nanti aku bekalin cemilan, istirahat dalam mobil aja, Yang. Jangan singgah-singgah."

"Oke boss," ucapnya menciumku lama.

Wangi tubuhnya, pelukan ini akan aku rindukan dalam dua hari ke depan. Dewa melepaskan pelukannya dan segera memakai baju yang sudah aku pilihkan. Aku pun bergegeas turun ke lantai bawah, melanjutkan membuat sarapan pagi untuk Dewa. Nasi goreng dengan campuran ikan teri dan telor pedas kesukaannya.

Aku membuatkan roti isi untuknya dan Jerry nanti. Aku sedikit lega karena dia akan berkendara bersama Jerry ke luar kota. Aku juga akan membawakan beberapa roti untuk mereka. Selama perjalanan kurang lebih tiga jam, perut mereka harus selalu aman terisi sehingga tidak tergoda untuk mampir dan jajan di luar.

"Ke rumah Bunda jam berapa, Yang? Kalau kamu enggak enak sendiri tunggu aku balik aja nanti," ucap Dewa sembari menarik kursi makan dan siap melahap sarapan kesukaannya setelah Croissant hangat dan kopi.

"Bentaran doang, kok. Nanti aku minta temani Mia atau Gladis ke sana. Nanti Bunda sewot anak mantunya yang satu ini kok enggak pernah nengokin, padahalkan kita enggak datang karena lagi kondisi begini, ya."

"Hahaha, makanya tunggu aku aja. Nanti kamu kerepotan sama Bunda."

"Enggak apa-apa, aku bisa kok."

"Ya udah kalau yakin, mah. Nanti bekalin roti juga ya, Yang. Sama minta Bella buatin kopi buat aku dan Jerry. Boleh?"

"Boleh, yang ini biar aku yang traktir, ya." Aku berdiri dari duduk dan mengecupnya singkat.

Setelah membawa dan memasukan barang-barang serta pesanannya ke dalam mobil, sekali lagi Dewa menciumku lama. Di depan rumah kami. Astaga!

"Hati-hati, Yang," ucapku mengantar kepergian Dewa keluar kota. Ini kepergian pertamanya selama pandemi. Dewa bersikeras pulang Minggu malam setelah acara selesai, tetapi aku melarangnya. Lebih baik dan aman kalau dia baliknya Senin pagi.

Hari ini aku berencana ke rumah mertuaku, setelah Moema tutup nanti. Aku enggak mau kalau beliau harus nelpon dulu baru aku ke rumahnya. Bisa kena siraman rohani seharian nanti. Rencananya aku akan mengajak Gladis yang kebetulan lagi mau aku ajak kerja sama.

Saat akan masuk ke Moema aku sudah mendengar suara Gladis dari kejauhan dengan motor matik kebanggaannya itu.

Saat akan masuk ke Moema aku sudah mendengar suara Gladis dari kejauhan dengan motor matik kebanggaannya itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Kitchen Talk [TERBIT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora