III : Membuka yang kelam

22 8 13
                                    

Ketika fajar mulai menjelang, semua prajurit dengan sigap bangun dan mempersiapkan diri untuk kembali berperang, setelah malam yang melelahkan, mereka tertidur pulas tanpa bisa merasa puas istirahat.

Ini tentu tidak bisa dibiarkan, dengan para prajurit yang kekurangan istirahat, tingkat  konsentrasi mereka akan berkurang dari biasanya dan mungkin akan berdampak buruk bagi pasukan kami.

Pagi ini perang kembali berlanjut, namun sebelum pasukan lawan mulai menyerang, Verze menancapkan pedang ke pasir dengan kuat. Cahaya ungu bersinar setelahnya, merambat dengan cepat melewati prajurit Eventgarde dan membuat tembok besar berwarna ungu yang membatasi prajurit Eventgarde dan prajurit Revancla.

Verze tersenyum miring, tentu saja Panglima Cown tidak akan membiarkan hal itu terjadi kecuali demi kerajaan. Zoey tersenyum girang dan duduk untuk mengistirahatkan tubuhnya, begitu juga dengan prajurit lain.

Verze yakin prajurit lawan akan kewalahan dengan tembok tebal itu, namun dia tidak berencana untuk sampai disini saja, dia memegang pedang yang tertancap di pasir lalu sedetik kemudian mengalirkan sihirnya, cahaya ungu kembali berpendar dan sampai di daerah prajurit lawan, cahaya itu membentuk sebuah golem seukuran pria dewasa dan menyerang prajurit Revancla. Jumlah Golem yang tidak sedikit itu cukup untuk membuat mereka sibuk seharian ini.

Dengan memusatkan beberapa golem pada Max dan Panglima Pinc, kecil kemungkinan mereka bisa menghancurkan tembok itu. Walaupun demikian, Panglima Cown jelas tidak ingin kemungkinan itu terjadi, dia mengawasi lawan melalui tembok yang Verze ciptakan dengan agak transparan. Sementara itu, Verze masih mempertahankan fokusnya tanpa terganggu sedikitpun.

"Zoey," panggil Panglima Cown.

Punggung Zoey langsung lurus ketika mendengar panggilan dari panglima, dia bergegas untuk bangkit dan mendekati Panglima Cown. Mereka berbicara dengan suara yang kecil, melihat ekspresi Zoey yang mengerutkan kening serius, sudah tentu Panglima pasti tengah merencanakan strategi cadangan. Mereka berbicara dalam waktu yang cukup lama sebelum Zoey mendekati Verze, kemudian dia merasakan guncangan yang hampir membuatnya goyah. Guncangan itu berasal dari daerah lawan, lebih tepatnya dari Panglima Pinc.

Verze mengerutkan kening dan menambah kekuatannya, khawatir jika tembok itu akan runtuh dalam sekejap. Memang mustahil untuk tembok itu runtuh oleh para prajurit lawan, namun tidak dengan Max dan Panglima Pinc.

Daerah lawan tampak kacau dan tidak menduga akan ada serangan semacam ini. Mereka bertarung dengan sekuat tenaga, tapi bisa dilihat dengan jelas bahwa mereka menjadi kurang konsentrasi karena serangan kadal batu tadi malam.

"Verze!" seru Zoey sambil berlari kecil.

Verze melihatnya dengan serius, menunggu perkataan yang akan diucapkan selanjutnya.

"Butuh bantuan, Verze? Tampaknya tembok itu hanya akan bertahan sampai tengah hari," ujar Zoey sambil melihat daerah lawan, tepatnya pada Panglima Pinc dan juga Max.

"Tidak perlu, ketika tembok itu hancur maka kamu yang akan maju, aku butuh istirahat penuh dan jika kamu menyuruhku untuk mengirim surat pada keluargamu lagi, aku akan membakarnya saat itu juga," ucap Verze dengan penekanan di akhir perkataan.

Zoey mencibir, "aku hanya bercanda tentang surat itu, tidak perlu terlalu serius."

Boom

Verze dan Zoey terkejut, mereka menoleh dan melihat pasir yang berterbangan di daerah lawan setelah suara dentuman itu. Netra Max langsung menatap ke arah Verze lalu menyeringai.

"Tembok itu bahkan tidak akan bertahan sampai tengah hari," ucap Verze malas.

Dia melirik Zoey yang masih terkejut dan tersenyum tipis. "Bersiap Zoey, giliranmu tidak lama lagi." Seketika raut muka Zoey dipenuhi kepanikan.

Heir of TimeWhere stories live. Discover now