Part 13: Perasaan yang Baru

5 1 0
                                    


Namaku Joon, 25 tahun, seorang gumiho. Saat ini aku sedang berada di Kafe Mungil, tempat kerja "pacar"ku, Agni. Aku datang untuk memastikan apakah aksi Red Hoodie semalam ada hubungannya dengannya. Tepat setelah aku memberitahukan keberadaan siluman kupu-kupu itu kepada Agni, Red Hoodie beraksi memusnahkan siluman itu. Apakah mungkin ada hal yang sebegitu kebetulannya? Ataukah Agni memang ada hubungannya dengan Red Hoodie?

Tunggu .... Mengapa ada aroma demon slayer dalam kafe ini ...?

"Hai, Joon. Ada apa datang kemari tiba-tiba?"

Aku berbalik dan mendapati senyum manis Agni. Sesaat duniaku terasa berhenti dan hanya terpusat ke wajah tersenyum Agni.

"Aku ...," gumamku.

"Siapa? Pacar pura-puramu?" Sesosok lelaki muncul dari balik gorden di belakang Agni. Aroma khas itu menyeruak memenuhi ruangan.

Demon slayer?! Seketika kutarik Agni ke dalam pelukanku. Lelaki itu nampak tak kalah kagetnya melihatku. Tentu saja, jika dia demon slayer, pasti bisa melihat kesembilan ekor rubahku.

"Agni, dia—"

"Anu ...." Agni melepaskan diri dari dekapanku. "Yuga, ini Joon. Errr ... bos di kantor Ruri. Joon, dia Yuga, bosku."

Kulirik sekitar. Terlalu banyak manusia.

"Kita bicara di tempat lain saja." Kugenggam tangannya dan menariknya pergi.

"Agni." Lelaki itu menahan sebelah tangan Agni. Beraninya dia! Aku menatapnya tajam. Andai tidak ada para manusia di sekitar ini, aku pasti sudah mengubah diri ke wujud gumiho-ku yang agung.

Agni seperti bisa membaca pikiranku. Dia mempererat genggaman tangan kami. "Jangan marah. Tenang, tenang," bisiknya.

"Aku izin keluar sebentar. Oke?" Agni menarik lepas tangannya yang dipegang oleh lelaki itu. Aku menyeringai menang dan segera menarik Agni keluar dari tempat itu.

———

"Benar, Yuga seorang demon slayer," ucap Agni ringan seraya bersandar santai di kursi mobil yang kuparkir di depan kafe dan menyesap bubble tea yang kubelikan untuknya. Aku sungguh tak habis pikir dengan ekspresinya yang selalu santai dan ceria. Dia seperti anak kecil yang tidak memiliki beban dalam hidupnya.

"Tapi, Yuga hanya akan memusnahkan siluman yang membuat ulah. Jadi, kamu tenang saja. Dia tidak akan memusnahkanmu," lanjutnya membuatku mendengus kesal.

"Siapa memusnahkan siapa? Satu ekorku saja sudah cukup untuk melibasnya."

Dia tergelak. Gadis ini benar-benar .... Dengan cepat kukurung tubuhnya dengan kedua lenganku. Wajahnya seketika menegang menatap wajahku yang kini hanya berjarak sejengkal di hadapannya.

"Apa yang kamu tertawakan?"

Dia tidak menjawab. Kulihat wajahnya mulai memerah .... Tunggu, suara apa ini ...?

Dig dug dig dug dig dug ....

Detak jantungnya?

Aku merasakan wajahku memanas.

Bukan, ini suara detak jantungku.

My Boyfriend is A GumihoWhere stories live. Discover now