Naura mengerutkan keningnya. Ia menatap Dita dan sahabatnya malah mengedikkan bahu, ia tidak tahu menahu soal apa yang Raga bicarakan barusan.

"Siapa?" tanya Naura.

"Nggak tahu, lo temuin dia aja dulu. Katanya dia nunggu di luar."

Menghela napas. Naura bangkit dari duduknya dan berjalan dengan enggan keluar ruangan. Ia bahkan tak bertanya apakah yang mencarinya pria atau wanita karena Naura juga tidak peduli sih. Ia lebih peduli pada siapa yang mencarinya pagi-pagi begini, ke café pula.

"Mbak Nanaw," panggil salah satu karyawan yang membuat Naura menghentikan langkahnya.

"Hmm? Kenapa Lan?" tanyanya.

"Itu, ada yang nyari Mbak Nanaw. Tadi aku bilang Mbak lagi sibuk, tapi orangnya bilang nggak apa-apa mau nunggu aja sambil ngopi."

"Oh. Iya, barusan Raga udah bilang," jawab Naura.

"Orangnya nunggu dimana ya?" tanyanya.

"Itu mbak, di smoking area."

Naura tersenyum, berterima kasih pada karyawannya dan berjalan menuju Smoking Area. Jantungnya berdebar-debar tak karuan sampai rasanya Naura bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Ia membasahi bibirnya karena kegugupan mendatanginya secara tiba-tiba.

Eyy. Tidak mungkin kan kalau orang yang menunggunya adalah...

"Naura! Ya ampun!"

Seruan seseorang yang berbalik ketika Naura membuka pintu smoking area membuat Naura menghela napasnya. Itu Tantenya.

Sial Naura. Apa yang kau harapkan barusan?

*****

"Makasih loh kamu udah mau bantuin Tante buat acara reuni sekolahnya Tante. Om kamu susah banget dihubungin soalnya, sekalinya bisa dihubungin bilangnya sibuk. Langsung ke kamu aja katanya. Ya udah, Tante langsung dateng aja ke sini. Soalnya Tante juga nggak tahu sih nomor telpon kamu. Untung sekarang udah ketemu, jadi agak santai. Buat acara Tante aman."

Naura hanya tersenyum dan melambaikan tangannya begitu Tante—yang merupakan adik sepupu dari kakak ipar istri Omnya—berpamitan kepadanya. Mereka sempat bertemu beberapa kali sewaktu acara keluarga besar atau pernikahan sehingga Naura juga merasa tidak punya kewajiban apapun untuk bertukar kontak dengannya, tapi karena hari ini Tantenya itu resmi menjadi klien nya maka Naura bisa bertukar kontak dengannya.

Ia melambaikan tangan sekali lagi ketika klakson terdengar dan brio merah di hadapannya mulai menghilang. Naura mengusap wajahnya dengan pelan. Ia bahkan belum sempat mengelap keringatnya sehabis yoga tadi. Ya Tuhan.

Naura hendak berbalik dan kembali ke dalam café namun sebuah lambaian tangan yang berada di depannya membuat Naura mengerutkan keningnya.

"Siapa sih?" gumamnya.

Naura mendekat, dan ia dapat melihat dengan jelas siapa orang yang melambaikan tangan kepadanya karena sekarang ia berlari ke hadapan Naura dan kembali melambaikan tangan kepadanya dan berkata, "Halo Naw!" sapanya.

Naura membelalakkan matanya. Ia menelan ludah, kemudian hampir saja terjatuh karena terlalu terkejut. Beruntung keseimbangan tubuhnya bagus sehingga Naura mampu mempertahankan posisinya sekarang.

"Hey. Lo abis olahraga? Keringetan begitu," ucapnya lagi.

Detik ini juga Naura sadar bahwa yang berada di hadapannya adalah Arga dan Naura harus segera pergi dari sini karena penampilannya berantakan sekali!

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now