Loving You

676 68 10
                                    

Dear Life - Anthony Hamilton


"Mimpi?"

Dante menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaannya. Dahi Arthur berkerut.
Kepalanya berpikir keras.
Menghadapi pertanyaan Dante yang terasa tak biasa ditanyakan kepada pria berumur seperti dirinya.

Seperti malam-malam sebelumnya, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol, di atas sofa besar yang ada di ruang keluarga Bungalow. 
Ditemani redwine dan garlic bread yang tadi memang sengaja sekali dipanggang oleh Arthur untuk obrolan mereka malam ini.

"Mimpi, ya...?"

Matanya masih menerawang. 
Namun, dibandingkan tak biasa, baru Dante-lah sebenarnya yang menanyakan hal seperti itu kepadanya.
Jadi sejujurnya, Arthur sedikit bingung mau menjawab seperti apa.

Dante yang menyadari wajah bingung Arthur kemudian beringsut mendekat, meletakkan kepalanya ke atas bahu tegap Arthur, dan ikut menerawang bersama laki-laki itu.

"Mungkin kamu mau punya restoran dengan konsep yang lain? Atau mungkin kamu mau punya anak lagi, walau jelas aku enggak bisa kasih kamu anak, sih..." Dante terkekeh lembut menanggapi kalimatnya sendiri. 
Arthur menarik kedua ujung bibirnya tipis dan mengelus lembut pipi Dante.

"Anak, ya?" 

Arthur dan Dante masih menerawang, tidak ada yang berniat untuk kembali menjawab.

"Tiga."

"Tiga?"

Kali ini Arthur yang menganggukkan kepalanya, "Laki-laki, perempuan, laki-laki," jawab Arthur lagi dengan menunjukkan gestur jari kelingking, jari manis, kemudian jari tengahnya.

"Banyak ya, Daddy...?"

"Biar kamu makin pusing," jawab Arthur seenaknya.

"Berarti tinggal 2 lagi ya...?" tanya Dante, sambil menganggukk-anggukkan kepalanya dengan lucu.

"Kalau kamu?" giliran Arthur yang ingin tahu.

"Mimpiku, ya?" Dante menyandarkan tubuhnya pada sofa, dan diikuti Arthur sesudahnya, mereka kembali tenggelam dalam pembahasan tentang mimpi.

"Enggak muluk-muluk, aku cuma mau lulus dengan nilai baik, biar bisa pulang  ke kamu dan Noé, dan mulai kerja lagi. Dan..." Dante menggantungkan kalimatnya.

"Dan?"

"Daddy, berlebihan enggak, ya, kalau aku punya keinginan untuk Frans datang waktu aku lulus, nanti?" 

Pertanyaan Dante barusan membuat Arthur semakin yakin dengan ikatan lahir-batin saudara kandung, seperti dirinya dan Abel.
Mau seperti apapun berselisih pendapat, keduanya tidak bisa hidup secara terpisah. 
Mungkin seperti itulah yang kini dirasakan Dante.
Mau bagaimana tak akurnya mereka berdua, namun bagi Dante, Frans tetaplah keluarga.

"Kamu mau Frans datang saat kamu lulus?"

Dante mengangguk, "tapi aku mau dia datang tanpa aku minta. Aku pengen dia datang karena kemauannya sendiri..." kata Dante lagi, "aku banyak maunya, ya?" tanya Dante sambil menunjuk dirinya sendiri dengan wajah lucu yang membuat Arthur kembali tertawa pelan.

The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Där berättelser lever. Upptäck nu