Spoiled

993 73 11
                                    

Malam ini Abel kembali mengundang Dante untuk makan malam, masih dengan Arthur sebagai juru masak, Dante sebagai pengasuh Noé, dan Abel yang membereskan meja makan mereka untuk meletakkan hidangan yang matang.

Esok pagi, Arthur memiliki jadwal ke Luar Negeri untuk sekedar memenuhi undangan para Chef dunia, membuat Dante memasang wajah tidak terima seharian, namun luluh dalam satu bujukan, yaitu sebuah ciuman dari Arthur dan sebuah janji seperti, "aku enggak bakalan lama, hanya 2 malam, dan setelah itu kamu bisa mendominasiku kapanpun kamu mau."

Tentu Dante menerima bujukan seperti itu dengan senang hati, "misal, aku kunciin di kamar enggak boleh kemana-mana?"

Arthur tertawa dengan sangat renyah, "boleh, asal dalam keadaan perut yang kenyang."

Dante tidak bisa menahan senyumnya yang lebar kala dirinya mengingat bujukan manis Arthur yang membuatnya terasa sangat spesial, belum lagi perlakuan laki-laki itu yang sangat memanjakannya, seperti mau makan apa? Atau, mau dibuatkan apa?

Walau ujung-ujungnya Dante akan menjawab, "mau kamu cepat pulang aja..."

Baiklah, Arthur sepertinya mendapatkan satu bayi lagi, walau bayi yang ini jelas sekali lebih nakal dibandingkan bayi yang kecil.

"Sampai kapan, Kak?" tanya Abel masih dengan kedua tangan yang merapikan tatanan gelas, piring, juga satu set sendok dan pisau semenjak Arthur ingin memasak hidangan berbahan dasar daging, dan juga beberapa gelas wine untuk mereka bertiga.

"Harusnya 3 hari 2 malam, tapi tergantung bagaimana disana," Arthur melirik ke samping kirinya sebentar, mendapati Dante yang memasang tampang cemberutnya. Dante tengah membantu Arthur mencuci beberapa peralatan memasak yang barusan Arthur gunakan.
Dante baru saja kembali dari menidurkan Noé yang tiba-tiba mengantuk setelah menyelesaikan makan malamnya tadi,

Namun Dante tidak berkata apapun, ia masih segan dengan keberadaan Abel walaupun gadis itu telah mengetahui hubungan mereka, namun rasanya bersikap clingy bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan di hadapan salah satu anggota keluarga paling penting laki-laki itu, walau rasanya Abel juga tidak merasa keberatan sama sekali.

Arthur menghampiri Dante sebentar, untuk membetulkan pinggiran kaos laki-laki itu yang belel, "seneng banget pakai baju begini?"

"Adem, Arthur..."

Arthur tersenyum maklum dan meremas pelan kedua bahu Dante yang sedikit terbuka. Sebuah kebiasaan Arthur ketika melihat Dante melakukan sesuatu yang menggemaskan, padahal untuk Dante itu hanya merupakan hal biasa yang sering dilakukannya.

Seiring berjalannya waktu, makan malam bertiga seperti ini mulai menjadi rutinitas mereka. Apalagi sejak malam itu, Arthur tidak pernah lagi tidur sendirian, selalu akan ada Dante yang menemaninya.
Atau mungkin kebalikannya, seperti ketika Dante tidak kunjung memberi kabar, ternyata sedang tenggelam di dalam pekerjaannya yang menumpuk, maka laki-laki itu yang akan datang dan menemaninya hingga pagi.

Malam sudah sedemikian larut ketika Dante tengah mengikuti gerakan Arthur dengan ekor matanya. Punggung Arthur terlihat kesana kemari demi menyiapkan segala keperluan pribadinya untuk berangkat besok.

Dante tidak akan komplen lagi, karena ia yakin sekali, untuk Arthur, lebih baik berada di rumah, di sekitar buah hatinya dari pada harus pergi jauh-jauh ke tempat yang asing walau dengan alasan meluruhkan penat, tidak begitu penting untuknya apa lagi hanya seorang diri.

Jo sedang tidak bisa ikut serta, karena sahabat laki-laki itu sedang menyiapkan beberapa rencana peremajaan atau semacam re-grand opening untuk beberapa cabang mereka di Luar Kota.

Dante beranjak naik ke atas peraduan Arthur ketika dilihatnya laki-laki itu juga sudah selesai dengan perlengkapannya, dan dirasakan Dante kemudian tempat tidur Arthur kian terasa familiar, membuatnya lagi-lagi tidak bisa sedikit saja mengerem air wajahnya yang berubah cerah.

The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now