Ma Chérie

671 74 15
                                    

Mereka tiba setelah lewat tengah malam, dengan Noé yang sudah tertidur di dalam gendongan Arthur. Sedangkan Abel masih terus saja menggerutu tentang sikap Arthur yang terlalu berlebihan kepada Dante. Sedikit melupakan permasalahan paling utama malam itu.

"Minta maaf sama Dante, Kak," pintanya dengan tegas.

"Minta maaf untuk apa??"

"Cengkeraman tanganmu tadi terlalu kencang, aku tau. Kekuatanmu enggak main-main, kalau lengannya lebam, bagaimana?"

"Enggak perlu berlebihan, Abel. Dia itu laki-laki. Lagi pula, kalau seandainya hari ini kamu enggak lembur, kamu enggak perlu segala menitipkan Noé pada laki-laki itu. Dan enggak perlu kita bertemu Karl seperti tadi!"

Kedua kakak-beradik itu masih saja ribut ketika Jo akhirnya memutuskan untuk melerai keduanya, "letakkan Noé dulu di tempat tidur. Banyak yang harus kita obrolin, kan? Dan, please, inget, Noé hapal sekali dengan nama Ayah-nya, jangan sampai dia terbangun lalu minta bertemu, kalian juga nanti yang akan pusing."

Arthur menenangkan dadanya yang naik-turun, begitu pun Abel.

Bukan bermaksud tidak ingin meminta maaf, namun Arthur benci sekali didikte maka ia menjawab menyebalkan seperti tadi. Rasanya sudah cukup mematuhi segala permintaan orang tuanya, jangan hal yang sepele begini saja pun harus diperdebatkan, bahkan oleh adik kandungnya sendiri.

Sepele?

Arthur memandangi telapak tangannya yang tadi mencengkeram lengan Dante dengan kencang. Bahkan ia meng-amin-kan kalau perbuatannya sungguh tidak ada etika, namun lagi-lagi ia memberikan excuse pada perbuatannya, karena tadi dilihatnya Dante tidak mempermasalahkan itu sama sekali.

Bahkan Dante sempat mengucapkan salam perpisahan untuknya tadi.

'Bye, Arthur...'

Kepalanya menggeleng kuat-kuat, mengusir suara Dante yang kembali terngiang ditelinganya, lalu beranjak dan mulai sibuk mengurusi Noé yang semakin terlelap.

Benar kata Jo, banyak yang harus dibicarakan malam ini.

Termasuk, mengapa Karl ada disana tadi, berdua dengan Dante, terlihat akrab satu dengan yang lainnya.

"MO Bar itu milik Nico."

Kepala Arthur yang sedang menunduk dan tenggelam di dalam kegiatannya melepaskan sepasang sepatu milik Noé itu langsung menegak menghadap Jo. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak cukup hanya dengan satu kalimat yang sahabatnya barusan itu ucapkan.

Jo mengambil kursi belajar milik Noé dan mendudukkan tubuhnya disitu. Ternyata tubuhnya juga lelah, dan terasa semakin lelah karena kejadian yang sangat cepat berlangsung dihadapannya tanpa ia duga sama sekali.

"Sejujurnya, gue udah tau dimana Nico selama ini bersembunyi, dan gue berniat enggak akan memberitahukan ini kepada lo, apalagi Karl, mengingat hubungan kita ber-4 yang enggak bisa sedekat dulu," Jo memilih berterus terang kali ini.

"Untuk apa? Toh, seperti yang lo bilang tau atau enggak-nya kita kemana dia menghilang selama ini juga enggak bakalan membuat keadaan kembali seperti semula atau at least menjadi lebih baik."

Bobby mengikuti gestur Jo, ia juga mendudukkan tubuhnya pada pinggiran tempat tidur Noé.
Kepalanya menoleh ke arah Noé yang tertidur, tangannya terangkat untuk mengelus anak rambut Noé yang berantakan dan menutupi sebagian dahi.

"Lo yakin Bar itu milik Nico?" tanyanya memastikan.

"100%, Arthur," jawab Jo dengan sangat mantap, lalu ia terkesiap sendiri setelah tiba-tiba kepalanya menelurkan satu kemungkinan yang ia tidak sukai, "lo enggak berniat kesana, kan?"

The Sassy Guy Next Door - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now