Tambah Satu

2 0 0
                                    


"Dek, kamu tidak bisa seperti ini sama Kakak!" kuhampiri adikku yang tengah berbaring tengkurap di atas tempat tidur.

Ia hanya melirikku sekilas sebelum kembali asyik memainkan ponsel, "Apa sih?" sahutnya dengan malas.

Kugoyangkan bahunya agar ia sepenuhnya memerhatikanku, "Kamu tidak bisa seperti ini sama Kakak!" ulangku.

Ia menoleh seraya menghela napas lelah, "Seperti ini bagaimana ...?"

"Kamu 'kan tahu, Kakak yang suka duluan!" seruku gemas. Namun, ia menatapku dengan tampang tidak peduli, "Terus?"

"Ya kamu tidak bisa dong, suka juga sama dia!" geramku.

Mendapati raut kesalku, adikku justru menyeringai, "Memang kenapa ...?"

"Kenapa, kamu bilang?" aku melotot tidak percaya, "Menurutmu, ada orang yang terima pujaannya disukai orang lain?"

"Terlebih saudara sendiri!" tambahku.

"Kamu tidak berpikir?

Bisa-bisanya kamu suka sama cowok yang Kakak suka! Bisa-bisanya kamu suka sama orang yang disukai kakak kamu!" lepas sudah. Amarahku tidak dapat kutahan lagi.

Kulihat adikku masih menunjukkan raut santai. Sama sekali tidak terpancing dengan suaraku yang meninggi. Ia ... sama sekali tidak merasa bersalahkah?

Kemudian, adikku bangkit dari pembaringannya dan mengambil posisi duduk-masih di atas tempat tidur.

"Kakakku sayang ...." ia bersuara.

"Dia, cowok Kakak?" aku terdiam. Lalu, mengerjap.

"Pacar Kakak?" aku membisu.

"Suami Kakak?" aku tidak mampu menjawab.

"Bukan 'kan?" tembaknya.

"Lalu ...."

"Apa hak Kakak melarang-larang aku?" kali ini, adikku menatapku dengan berani.

"Selagi tidak ada hubungan resmi di antara kalian, aku berhak menaruh hati pada laki-laki itu." lidahku berubah kelu.

"Lagipula, dia tidak keberatan."

"Jadi ... untuk Kakak, berhenti menganggap dia milik Kakak. Sebab Kakak bukan siapa-siapanya." ia menekankan dua kata terakhir. Sungguh. Adakah adik yang-seperti ini? Menyukai pujaan kakaknya?

Ya Tuhan....

"Kamu-" lidahku sulit mengucapkan kata.

"Punya hati?"

"Punya hati, kamu?" ulangku. Benar-benar tidak mengerti jalan pikiran gadis di hadapanku.

"Kamu-bisa bayangkan kalau kamu ada di posisi Kakak?" ku tunjuk dadaku dengan jari telunjuk.

"Apa kamu akan terima? Kalau saudara kamu menyukai lelaki pujaan kamu?"

Kulihat adikku menarik salah satu sudut bibirnya,

"Sayangnya ...." ia menggantung kalimatnya.

"Kenyataannya, aku terlahir sebagai seorang adik.

Jadi ... aku tidak akan mengalami apa yang Kakak alami." ia malah terlihat memberikan senyum mengejek.

"Kamu-"

"Sudahlah Kak. Tidak perlu dibesar-besarkan. Ini masalah sepele. Tidak perlu berlebihan." potongnya.

"Berlebihan kamu bilang? Ini-"

"Kak! Choi Beomgyu itu seorang idola. Wajar kalau siapapun bisa menyukainya."

"Jadi, Kakak seharusnya senang jika aku menyukai Choi Beomgyu. Karena itu artinya, penggemar Choi Beomgyu bertambah satu."

***

END

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WHAT? : Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now