Ch. 32

519 91 23
                                    

Selepas kejadian itu, waktu serasa berjalan terlalu cepat. Voldemort semakin berkuasa. Order of The Pheonix hampir kehilangan harapan. James sibuk merencanakan bagaimana cara mereka untuk mengumpulkan lebih banyak anggota, sementara Lily sibuk mempersiapkan kelahiran anak mereka. Di tengah hari-hari yang melelahkan tersebut, datang sebuah berita yang mengejutkan.

Harry James Potter. Nama anak mereka ditakdirkan untuk menjadi penyihir yang mengalahkan tirani Voldemort. Ramalan tersebut datang bagaikan petir di siang hari. Mendadak dan tidak disambut hangat.

Lily ingat pertama kali dia mendengar itu, tubuhnya terasa kehilangan tenaga. Banyak sekali malam yang dihabiskan Lily dengan menangis. Lily tahu, cepat atau lambat, berita itu akan sampai di telinga Voldemort. Hanya menunggu waktu bagi sang Voldemort untuk membunuh buah hatinya, semudah dia mengayunkan tongkat sihirnya. Di saat-saat seperti ini, James selalu ada di samping Lily untuk menghiburnya, mengatakan kalau tidak akan terjadi apa-apa dan kalau keluarga kecil mereka akan baik-baik saja.

Perkataan James benar. Untuk beberapa waktu, tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka. Semuanya seakan baik-baik saja. Rumah mereka tersembunyi dibalik mantra Dumbledore, tidak dapat dilacak oleh siapa pun. Sampai pada suatu hari, Voldemort datang dan menghancurkan segala yang diimpikan mereka. Keluarga kecil sederhana yang bahagia.

Lily tahu siapa yang membocorkan ramalan terkutuk itu kepada Voldemort. Snape. Teman lamanya. Cinta pertamanya. Setidaknya sampai saat ini, ketika Lily setengah sadar sebelum ajal menjemputnya, bagaimana dia melihat sosok bayinya yang mulai menangis ketakutan, dan bagaimana dirinya tidak berdaya menghentikan sosok Voldemort yang menghampiri anaknya, segala serpihan dari dalam diri Lily membenci pria itu seutuhnya. Lily benar-benar marah.

Di saat itu, Lily bersumpah, dengan cara apapun, dengan cara bagaimanapun, dia akan melindungi Harry Potter. Anaknya. Dengan segala yang dia punya.

Sebuah keajaiban akhirnya terjadi. Sihir yang dilontarkan Voldemort berbalik menyerang pemiliknya. Harry selamat, sebuah bekas luka bertanda petir muncul di dahi mungilnya. Sementara itu, Lily merasakan sihirnya dan sihir James menyatu di dalam tubuhnya, sementara mata hijaunya perlahan berubah warna menjadi secokelat mata James.

Sacrificial Protection.

Salah satu counter-charm kuno yang melegenda sepanjang masa, yang terjadi ketika seseorang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa yang lain. Banyak yang sudah lupa akan mantra tersebut, menganggap itu hanya sebagai dongeng belaka, selayaknya keberadaan penyihir bagi para Muggle. Tetapi, Lily, yang dibesarkan di keluarga Muggle, di mana semuanya terlihat membosankan dan biasa saja, selalu percaya akan sihir dan keajaiban.

Sebelum Lily benar-benar pergi dari dunia ini, Snape sempat muncul sekilas di hadapan Lily, memegangi tubuhnya yang mulai setengah dingin. Snape memeluknya erat dan menangis sejadi-jadinya. Penyesalan menikam kuat dada Snape. Yang Snape inginkan hanya satu, untuk melindungi wanita yang dicintainya, tanpa memedulikan siapapun dan apapun yang dicintai wanitanya. Mungkin itu yang membuat Lily tidak pernah bisa bersama Snape, meskipun pada kenyataannya, di suatu hari, di masa-masa Lily berada di Hogwarts, Lily pernah jatuh cinta kepadanya.

Lily berpesan kepada Snape untuk menjaga Harry, dengan suaranya yang hampir hilang dan sekarat. Kata-kata terakhir bagi Lily sebelum menghembuskan napas terakhirnya, sementara tubuhnya perlahan hilang menjadi serpihan debu.

Setelah itu Grace sama sekali tidak melihat apa-apa lagi. Hampa. Sampai suatu saat dia merasakan kembali tubuhnya kembali hangat, seakan hidup kembali, dan muncul dengan tubuhnya yang berumur sepuluh tahun. Tanpa ingatan, dengan seekor kucing hitam di sampingnya. Perlahan Grace merasakan tangannya kembali.

Grace telah menjadi bagian dari Voldemort. Seiring dengan Voldemort yang dibangkitkan dari kuburnya, Grace, yang telah menyatu juga dengan sihir James, seakan-akan dibangkitkan dari kematiannya.

Seketika Grace ditarik kembali ke sebuah ruangan putih kosong yang menyilaukan matanya. Grace mengernyitkan dahinya, merasa sedikit pusing akan perubahan tempat yang dialaminya secara mendadak. Sepasang tangan kemudian menggenggam dan meremas tangan Grace dengan sangat lembut. Grace perlahan membuka matanya. Di hadapannya, ada mata cokelat yang menatapnya balik. Mata James. Suaminya.

"Selamat datang kembali, Lily." James tersenyum, tetapi ada kesedihan yang tersirat di matanya. "Apa kau... telah mengingat semuanya?"

Ada rasa bersalah yang berdesir di dada Grace. Selama hidupnya menjadi Lily, menjadi istri dari James, pria yang dulu dia anggap menyebalkan, namun berubah menjadi sosok penyayang bagi dirinya. James sempurna dalam segala aspek. Tampan, setia, dan humoris, meskipun terkadang leluconnya terlalu parah. Seharusnya Grace puas dengan James dan pernikahannya. Bukan, Grace memang bahagia atas pernikahannya. James adalah segala yang diinginkan Grace sebagai pasangan hidupnya. Tetapi, di satu waktu dan waktu lainnya, kadang Grace tanpa sadar menemukan dirinya sendiri merenung, seandainya pria yang di sebelahnya adalah Snape, teman masa kecilnya, apakah segalanya akan berbeda?

Dan demi Merlin, Grace membenci dirinya ketika pikiran itu terbesit di kepala Grace. Rasa bersalahnya semakin tumbuh, terlebih lagi ketika Grace menyadari bahwa hanya dia wanita satu-satunya yang dicintai oleh James.

"Aku ingat semuanya," Grace membalas genggaman James, meskipun terasa sedikit ragu. Tatapan James begitu hangat dan lembut. "Terima kasih, James, telah menjadi suami yang baik untukku. Serta ayah yang baik bagi Harry."

James terdiam sejenak, lalu tangannya meraih jemari Grace dan didekatkan ke bibirnya. James kemudian mengecup jemari Grace sejenak, sebagaimana dia mencium tangan Lily saat berada di pelaminan pernikahan mereka dulu, mengucapkan janji perkawinannya.

"Aku mencintaimu, Lily." bisik James, sedikit serak. "Meskipun selama ini aku juga tahu kalau kau mencintai Snape."   

Always.Where stories live. Discover now