l i m a

1K 86 4
                                    

l  i  m  a

_______

::: dua tahun setelahnya :::

Aku tersenyum kecut saat teringat kembali kejadian dua tahun lalu, saat lelaki itu menyatakan perasaannya kepadaku di depan teman-teman satu kelasku.

Aku masih bisa mengingat dengan jelas perkataan-perkataan yang lelaki itu lontarkan kepadaku di depan teman-teman satu kelasku itu, yang membuatku menahan napas di detik-detik perkataannya.

"... gue mau nunjukin rasa sayang gue buat cewek yang ada di hadapan gue ini."

"Dia.., cewek yang udah jadi pusat utama dunia gue, sejak pertama kali gue menyandang status sebagai murid baru di sekolah ini.

"Cewek yang udah bikin gue nggak pernah bisa tidur nyenyak setiap malamnya karena memikirkan senyuman manisnya yang begitu memabukkan. Cewek yang bikin gue selalu ketar-ketir karena selalu jadi buruan cowok-cowok dari berbagai angkatan yang ingin memiliki hatinya.

"... intinya, cewek ini sekarang udah menyandang status sebagai cewek gue. Dan doain aja lah, semoga suatu hari nanti bisa naik tingkat menjadi tunangan dan istri gue di masa depan."

Bulshit.

Benar-benar bulshit.

Tidak bisa memegang perkataannya sendiri.

Nggak berperasaan.

Tapi sayangnya, lo cinta sama dia.

Aku mendesah saat mendengar suara hati kecilku menginterupsiku yang sedang merutukinya dengan sumpah serapah dengan mengatakan sebuah fakta yang membuatku tak bisa kubantah sama sekali.

Yaa, aku memang mencintainya. Tapi, kenapa harus sesakit ini? Tuhan... bisikku dalam hati, yang membuat rasa sesak itu kembali hadir dalam benakku.

Dan yang paling kusesalkan selain merasakan rasa sakit itu lagi adalah, saat senja menjadi saksi tangisan kepedihanku karena hanya dengan mengingatnya.

*

Siang itu saat istirahat kedua, aku menghabiskan waktu istirahatku dengan membaca buku ensiklopedia di perpustakaan. Tempat yang sering sekali kukunjungi selama dua tahun terakhir ini, semenjak ia memutuskan untuk pergi dari kehidupanku. Meninggalkan secercah luka yang begitu dalam yang ia tancapkan di hatiku.

Aku masih mengingat betul, saat aku bertemu dengannya untuk terakhir kalinya saat masih menyandang status "berpacaran" waktu itu.

Sore itu, ia mengantarku pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu seharian bermain di tempat favorit kami, di sebuah danau yang tempatnya tak jauh dari rumahku sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan alam yang tak pernah ada yang bisa menandingi keindahannya, keindahan yang Tuhan ciptakan bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya di bumi ini, keindahan yang diam-diam selalu kukagumi tiap kali melihatnya. Terlebih, sore harinya kami melihat langit favoritku saat memancarkan cahaya kejinggaan saat matahari terbenam yang begitu menyejukkan hati. Senja. Yaa, aku menyukai senja. Sangat menyukainya. Tapi sayangnya itu.., dulu. Jauh sebelum ia mengatakan kenyataan pahit itu, saat ia memutuskan untuk pergi dari hidupku.

*

"Kamu lagi ngapain?" tanya sebuah suara di seberang sana dengan suara lembut, yang mampu menggetarkan hatiku tiap kali mendengar suara baritonnya.

"Lagi mikirin kamu," candaku, yang langsung disambut kekehan kecil olehnya di seberang sana.

"Bisa aja kamu," ucapnya, "belajar ngegombal dari siapa sih?" tanyanya sambil tak menghentikan kekehannya dari bibir manisnya.

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang