1.

132 13 11
                                    

Beberapa bulan kemudian...

"Gimana keadaan syifa, dok?" Tanya sindi pada dokter yang menangani syifa selama setahun lebih ini.

"Syifa keadaan nya sudah sangat membaik, ingatannya juga mulai kembali. Dan mungkin syifa hanya saya kasih vitamin saja" Ucap dokter tersebut setelah memeriksa.

Syifa turun dari brankar rumah sakit dibantu arnold yang selalu setia di sampingnya.

"Pelan-pelan" Ujarnya lembut membantu syifa untuk duduk.

"Pemulihan syifa lebih cepat berkat orang disekelilingnya yang mensupport nya selalu. Apalagi pacarnya" Lanjut dokter itu melirik syifa dan arnold secara bergantian.

Syifa yang dilirik pun menunduk sambil menyembunyikan semburat merah diwajahnya.

"Alhamdullilah, syukurlah dok. Berarti syifa sudah boleh beraktivitas seperti biasa?" Tanya sindi

"Sudah, tapi jangan terlalu diporsil" Ucap sang dokter.

"Kalau begitu Terimakasih, kami pamit pulang, dok" Ujar sindi lalu berdiri dan berjabat tangan dengan sang dokter.

----

"Yeay, akhirnya kita berkumpul lagi" Sorak Sofia dengan merangkul syifa yang ada disebelahnya.

"Iya, gue seneng banget! Akhirnya, lu sadar dari koma." Timpal vania tersenyum lembut.

"Alhamdulillah, ini semua kan berkat doa kalian." Balas syifa dengan senyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"Udah, udah napa jadi melow begini?" Lerai alvi tertawa renyah.

"Hahaha, iya juga ya?. Yaudah, mending sekarang kita masuk. Bentar lagi dosen datang" Ucap vania lalu membawa syifa dan yang lain ke kelas.

----

Bel berbunyi tanda istirahat. Dosen di depan pun pamit undur diri, dan para mahasiswa dan mahasiswi pun mulai keluar kelas menuju kantin sebelum melanjutkan kelas kembali.

"Eh, pulang ngampus kita ke mall
yuk?" Ajak Zefa dengan semangat.

Dia adalah Zeira Fatimah, biasa dipanggil Zefa. Dia perempuan berambut panjang dan sedikit bergelombang. Dia memiliki tahu lalat dibawah mulutnya.

Wajahnya cantik, putih, pintar, memiliki tinggi sekitar 155 cm. Badanya bak seperti model.

"Sori, nih guys. Tapi gue ada janji sama gantengnya aku"

"Pulang kampus, dia ngajak kerumah orang tuanya. Kira kira gue harus apa ya? Gue takut bikin malu disana" Curhat sofia pada keempat sahabatnya.

"Bucin terus!" Cibir alvi kesal.

"Ish, lu mah bukannya kasih saran, Malah nyinyir. Harusnya lu seneng, akhirnya sahabat lu punya pacar" Gerutu sofia memutar bola matanya malas.

"Semerdeka lo aja" Ucap alvi tak ingin melanjutkan perdebatan.

"Udah, udah. Kalo emang sofia nggak bisa, yaudah nggak papa. Biar kita berempat aja" Lerai syifa.

"Betul tuh kata syifa" Sahut Zefa dengan senyum.

"Tapi, lu kan baru sembuh. Masa udah mau jalan jalan ke mall. Kalo lo tiba tiba drop gimana?" Seloroh vania

"Nggak papa lah, van. Refresing!, udah lama kan syifa nggak jalan jalan?" Seru Zefa. Kekeuh ingin pergi ke mall

"Iya, van. Nggak papa, lagian nggak akan lama kok. Gue juga bosen dirumah terus" Timpal syifa setuju

Vania menghela nafas panjang. "Oke, gue ikut. Tapi gue nggak akan tanggung jawab kalo sampe arnold marah ya!" Ujarnya memperingati

Dear Arnold - ENDWhere stories live. Discover now