00. Prolog

69 26 34
                                    

00. Prolog

"Sa? pulang yuk, saljunya makin deres ini..." ucap gadis bersurai hitam legam itu dan sesekali ia menoleh untuk memandangi langit-langit yang kini,sedang menunjukan aktivitasnya-menjatuhkan kepingan-kepingan salju yang indah.

"Tapi kalungnya dari tadi belum ketemu..." tutur pemuda itu dengan lemah lembut kepada kekasih tercintanya.

"Gapapa, nanti kita beli lagi. okay?" ujar gadis itu kemudian ia menepuk pelan bahu sang pemuda bersurai hitam, dan terulaslah sebuah senyuman dari kedua insan yang saling mencintai satu sama lain itu. "Lagipula bunda enggak mungkin marah sama kamu cuman karena perihal kalung." lanjutnya.

Pemuda itu lantas bangkit setelah berjam-jam berjongkok mencari kalung kesayangan pemberian dari sang ibunda tercinta. "Iya, kamu ada benernya." pintanya sembari mengangguk-ngangguk pelan dengan senyuman manis yang masih setia terlukis.

Kemudian mereka memutuskan untuk berjalan kaki bersama-sama menuju rumah kesayangannya yang terletak bersebelahan dengan satu sama lain. Mereka juga berjalan bersampingan, dan asap putih yang mulai terlihat telah terhembuskan dari mulut-yang dikarenakan dari efek cuaca yang dingin. Salju pun mulai turun dengan begitu deras, namun masih belum dapat menghambat perjalanan dari kedua insan-yang kini sudah terjebak di dunianya sendiri; dunia asmaraloka.

"Lagipula... aku kenal Bunda kamu sejak lama, dia enggak bakalan bisa marah sekalinya marah sama kamu. dia pasti nangis terus ngadu ke aku." celetuk gadis itu, senyuman dari kedua insan itu seketika memudar.

"Ha-hah? apa sih Din?" Aksa kaget bukan main, ia bahkan tak pernah melihat sang ibunda menangis sedetik pun. Yang Aksa lihat hanyalah kebahagiaan yang terpancar dari aura dan raut wajah dari wanita yang selama ini telah menempati hati selama bertahun-tahun lamanya, sebelum ia mengenal Ardina.

"Ih beneran tau!" sahut Dina, ia pun refleks menoleh ke Aksa dengan kondisi bibirnya yang berbentuk kerucut dan mimik muka agak di kesalkan.

"Lucu," batin Aksa, lalu ia kembali mengulas sebuah senyuman kepada sang kekasih yang sebentar lagi akan berubah status menjadi calon istrinya. "Kok kamu yang malahan lebih tau bundaku, daripada... aku yang notabenenya anak kandungnya?" tanya Aksa.

"Kan aku calon mantunya, calon mantu yang baik tuh harus mengenal mertuanya lebih dalam dong."

"Perlu banget iya?" goda Aksa.

"Iyalah, biar aku bisa memantaskan diri untuk tetap berada disisimu." jelas Dina.

"Bisa aja kamu," mereka berdua pun kembali mengulas sebuah senyuman penuh rasa kebahagiaan.

Dan sepanjang perjalanan mereka hanya bercanda hingga tertawa lepas karena membicarakan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak penting untuk dibahas tetapi, lain cerita kalau sudah nyaman dengan satu sama lain pasti segala curahan hati atau apapun hal itu yang telah terjadi di kehidupan salah satu dari mereka. Pastinya akan segera terlontarkan melalui lisannya yang tak bisa diam karena sudah merasa tentram.




























Dan seandainya jikalau mereka masih bersama hingga kini pastinya kehidupan Aksara Jöu Lokananta tak akan ada kata kesendirian yang kini hadir kembali dan menghambatnya untuk berdiri, disertai dengan rasa rindu yang menggebu-gebu kalbunya selama bertahun-tahun hidup lamanya. Bukan karena perihal cinta saja yang membuatnya merasakan kekalahan dan kegagalan nyata, ia juga gagal sebagai seorang anak lelaki yang berbakti kepada sang ibu.

"Andaikan waktu itu ku tak bersikap egois meninggalkanmu sendiri, Ardina Devaransyah. dan andai saja ku bisa berlari secepat mungkin 'tuk menyelamatkan dirimu dikala terburuk itu, bunda. yang ku inginkan hanyalah 'tuk kembali di Bulan Desember penuh kelabu itu agar aku bisa menyelesaikan seluruh masalah yang telah ku perbuat semasa hidupku dan membuat suasana kehidupan ku yang suram ini menjadi tenang." Rangkaian kata-kata ia tuliskan dalam sebuah kertas usang, sampai tanpa ia sadari kini matanya kembali berlinang tetes demi tetes air mata suci secara tak henti.

Selama berhari-hari yang ia lakukan hanyalah berdiam diri di atas kursi berwarna putih sembari menghangatkan badan tepat di depan perapian bergaya Erope Palace yang berada di ruang utama rumahnya-dengan pikiran yang tak kunjung berhenti memutar memori lawas, ia juga ditemani dengan seekor anjing Persia milik sang almarhumah ibunda tercinta, namanya Archer. Hanya karena Archer si hewan kesayangan juga ia jadi mengenal apa itu arti cinta-yang dimana bisa membuat rasa penasarannya mendadak melambung tinggi.














 Hanya karena Archer si hewan kesayangan juga ia jadi mengenal apa itu arti cinta-yang dimana bisa membuat rasa penasarannya mendadak melambung tinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Jungwoo as Aksara Jöu Lokananta
Original Character as Ardina Devaransyah

[ Cast akan bertambah seiring berjalannya cerita. ]

NOTE: TULISAN MIRING = KEJADIAN LALU/FLASHBACK

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Back To DesemberWhere stories live. Discover now