XII IPS 2

"Nah di sini nih Dai, untungnya kita kebagian kelas yang dekat tangga, kalau enggak? Mungkin gue udah minta pindah kelas." Ghea masuk sembari mencari tempat duduk yang pas. Barisan ketiga dari belakang. Ghea sengaja memilih tempat duduk yang tidak terlalu belakang agar Daily bisa menerima pelajaran dengan baik, pun karena dirinya juga kurang suka duduk di barisan depan.

"Hari ini kita belum belajar 'kan Ghe?"

"Belum sih, katanya, emang mau ngapain?"

"Nggak tau, baca buku aja kali ya."

"Jangan dong, mending kita ke kantin atau keliling sekolah, ya, itung-itung mengenang masa lalu."

"Keliling aja kalau gitu," ujarnya. "Sekalian nikmatin angin pagi."

"Baiklah Ibunda, mari kita jalan-jalan!"

Mereka melangkah dengan ringan mengelilingi sekolah, sesekali bercanda sesekali juga menceritakan kejadian-kejadian yang pernah mereka lakukan saat masih menjadi siswi baru.

Sebenarnya percakapan lebih didominasi oleh Ghea karena Daily sejak tadi hanya mengangguk, mengiyakan, tertawa, dan merespon singkat semua ucapan temannya.

Ghea Prameswari, gadis yang sejak umur 5 tahun pindah ke rumah kosong di komplek rumahnya. Gadis asing pertama yang menjulurkan tangan ketika ia terjatuh karena berlarian bersama abangnya, lalu menjelma menjadi teman sepermainannya, walau waktu yang mereka gunakan untuk bermain bisa terbilang singkat dikarenakan Daily yang dituntut belajar terus-menerus oleh kedua orangtuanya, tapi Ghea tidak pernah berhenti menjadi temannya.

Dan Daily selalu bersyukur untuk itu.

"Dai, inget nggak? Pas kita abis olahraga Gue pernah hampir jatuh di sini, untung aja masih hampir jadi gue nggak malu," Ghea menerawang sambil tertawa.

Daily melanjutkan, "Inget, yang Lo ditolongin sama anak kelas sebelah yang tinggi itu 'kan? Terus dia malah nyatain perasaan dan Lo tolak." Kali ini jawabannya lebih panjang dan terlalu jelas.

Ghea berhenti berjalan dan diikuti oleh Daily, "Lo tau sendiri Gue sukanya sama Bang Dika, Dai, mana bisa Gue terima dia, hati gue cuma buat Abang Lo."

"Tapi Lo juga tau hati Abang Gue udah dimilikin sama--"

"MINGGIR! KANAN KIRI DEPAN AWAS!"

Mereka menoleh ke belakang, melihat seorang siswa sedang dikejar oleh Pak U--Satpam SMA mereka--membelah jalan.

Daily yang kurang cepat bergeser tertabrak dan terhuyung ke depan hingga satu tangan besar menahan tubuhnya, "Untung aja." Suara berat memenuhi pendengarannya, ia mendongak dan netranya bertabrakan dengan mata elang berwarna cokelat gelap: mata yang secara tidak sadar mampu mengalihkan seluruh fokusnya.

Lelaki itu membantunya berdiri tegak, yang sekarang terlihat jelas seluruh wajah dan tubuhnya. Nagiri Tirta Amarta. Nama yang tercantum di atas kantong kemeja sekolah.

"Nggak ada yang sakit 'kan?"

"Nggak ada, terima kasih."

"Sama-sama. Yang tadi bahaya."

"Iya, sekali lagi terima kasih."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AmigdalaWhere stories live. Discover now