Penuduhan membuat suasana memburuk

831 7 0
                                    

Segera mengganti pakaian, Dimas dengan sesegera mungkin, kaki nya untuk sekuat tenaga berlari di tengah matahari mencerahkan hari baru. Sesampainya dia di tempat yang dituju, ternganga matanya melihat bendera kuning berkibar di depan rumah milik Natasya. Mengingat peristiwa Video Call semalam dirinya dengan Natasya, mungkin benar dia melakukan hal tak terduga tersebut saat Dimas memutuskan komunikasi mereka. Membuatnya sedikit termenung, prustasi dengan apa yang telah dia tebak-tebak saat ini.

Merasa tak enak dirinya untuk masuk ke dalam rumah mendiang Natasya, harus melewati tengahnya banyak orang terlihat melawat, dan terlihat sibuk membangun sebuah tenda depan rumah itu. Jalan satu-satunya Jonathan harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk pergi menemui Jonathan, saat dia mengetahui dirinya lupa membawa ponsel untuk mengabari sang sahabat.

"Ada apa, bro?" sedikit linglung Jonathan melihat wajah Dimas di pagi ini begitu lesuh.

Sedikit mengambil oksigen melalui hidung pesek miliknya, merasa jantungnya sudah pulih kembali normal berdetak. Dimas pun, mulai membalas Jonathan dengan sedikit napas masih jengah. "Loe udah tau tentang Natasya, belum?"

Tergeleng cemas Jonathan, memajukan raut wajah penasaran itu, sedikit lebih dekat ke arah wajah Dimas. "Natasya ... emang ada apa dengannya?"

Seketika tak ada reaksi dari Dimas, membuat Jonathan di depannya sedikit cemas. Menunggu apa yang terjadi dengan argumen nya tentang kekasih yang dia cintainya itu. Kedua tangan Jonathan lurus di atas bahu Dimas, matanya menyorot lebih terang ke arah mata Dimas, mencoba untuk membaca apa dia sedang mengada-ngada, ingin menjahilinya, atau sungguhan.

"Hey bro, kok loe diam aja, sih?" kedua tangan Jonathan menggoyang-goyang bahu orang depannya. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan Natasya?"

"Natasya ...." sedikit melirik dengan mata berkaca-kaca Fimas tak terbayang untuk mengungkapkan hal sebenarnya. "Bunuh diri."

"Apa?!" refleks terkejut kelopak mata Jonathan terbuka lebar. "Yang benar aja loe, bro?"

Tak ada jawab selanjutnya dari Dimas dalam sebuah kalimat, akan tetapi kepala Dimas yang terangguk dengan wajah lesuh. Sudah membuat bukti secara keseluruhan, bahwa semua yang di ucapkannya itu bukanlah rekayasa belaka. Kedua tangan milik Jonathan diatas bahu Dimas, seketika turun lemas untuk melepasnya. Dengan mata terpejam, tak terbayang jikalau Natasya bunuh diri semalam, karena sakit hati telah bersikap cuek, saat semalam.

~~~
Di dalam rumah duka, satu persatu kerabat terdekat mendiang Natasya, di depan peti itu. Jonathan bersama Dimas menjabat tangan pada mereka secara bergantian. Saat ingin menjabat Nabilla-mama kandungnya Natasya. Beserta Nafiz-ayah kandung Natasya. Jonathan, dan Dimas, di tolak secara mentah-mentah dengan wajah cuek, serta tangan menghindar, saat menyambut mereka.

Berdiri di depan peti mendiang Natasya, samping Dimas sedang menguatkan dirinya. Memmbayangkan kenangan-kenangan begitu indah pernah mereka lewati selama dua tahun berjalan, mereka berpacaran. Tak kuat hanya melihat wajah polos itu di dalam peti, Jonathan mencoba untuk memeluknya.

"Stop!" teriak Nabilla menjadi pusat perhatian orang sekitar. "Jangan kau sentuh anakku lagi, dasar iblis!"

Menarik paksa tubuh Jonathan untuk mengarah kepadanya, 'plak!' satu tamparan keras di berikan Nabilla kepada Natasya dengan jiwa amarah begitu membara.

"Kenapa, Tante?" suara begitu lembut, Jonathan bertanya kepada Nabilla.

"Asal kamu tau yah, anak-ku bunuh diri. Sebelumnya dia curhat tentang kamu telah menyakiti hatinya, dasar iblis!" oceh Nabilla.

Merasa dirinya juga menjadi sala satu orang paling utama melibatkan masalah ini. Jonathan hanya bisa mematung, menerima tamparan dari Nabilla dengan lapang dada.

Hot young auntWhere stories live. Discover now