Part 11

894 167 102
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

oh ya guys, sekedar informasi, di sini aku ubah bahasanya jadi baku. untuk part yang lain akan di revisi. sekian terima vote dan spam komen🤗

*

Kecurigaan Jaemin tentang seseorang yang membocorkan informasi patut semakin diwaspadai sebab sore ini, ketika Jaemin dan Jeno asik berbincang dengan Renjun sesaat setelah membersihkan alat-alat bengkel, mereka mendapat pesan untuk segera menuju kantor. Langsung saja, kedua laki-laki itu bergegas untuk pamit dengan berdalih akan pulang karena hari sudah sore. Seperti biasa, Renjun sendiri yang menutup bengkel sebab Yuta lebih dulu pergi sejak siang tadi dan tidak kembali hingga sore ini.

Ada satu hal yang membuat Renjun heran yaitu Jaemin itu tidak tahan panas, gerah, biasanya juga kalau bekerja Jaemin selalu mengenakan kaos tapi sejak pagi hingga sore ini, Jaemin bahkan tidak terlihat akan membuka baju lengan panjangnya padahal matahari sedang terik-teriknya. Tapi ya sudahlah, Renjun tidak punya waktu untuk memikirkan urusan mereka.

Ponsel Jaemin berkali-kali berdering, selain panggilan dari kantor, kemungkinannya yang memanggil adalah Lia. Jaemin yakin seratus persen tapi saat ini Jaemin tidak bisa mengangkatnya. Lalu pada saat mereka sampai di depan kantor, ponsel itu segera dinonaktifkan dan diserahkan pada pos penitipan.

Di ruangan itu sudah ada Taeyong dan Jaehyun yang menunggu. Raut wajah mereka datar karena memikirkan hal yang sama yaitu kemungkinan adanya oknum yang membocorkan rahasia.

"Jadi yang tersisa hanya kita?" tanya Jeno dengan wajah santai padahal situasi sedang genting. "Sepertinya giliran kita setelah ini karena semua anggota yang tersebar di belahan korea sudah mati semua. Dugaan Jaemin sepertinya benar kalau di sini ada oknum yang membocorkan informasi, aneh saja bagaimana mereka setahu itu tentang intel yang bertugas padahal identitas dan segala informasinya adalah rahasia."

"Adakah laporan yang masuk sebelum mereka semua mati?" tanya Jaemin sambil mengetukkan jarinya di atas meja.

Jaehyun mengangguk. "Sempat ada panggilan dari mereka bahwa orang-orang yang mendatanginya berjumlah dua orang dengan ciri-ciri rambut agak panjang dan yang satunya lagi terlihat agak kurus serta memiliki tatto di sekujur lengannya."

Sontak Jaemin melotot kaget dan memperbaiki duduknya kemudian menatap Taeyong dan Jaehyun secara bergantian. "Sialan! Kita tertipu. Orang yang menyerangku di Incheon memiliki ciri-ciri yang sama yaitu agak kurus dan punya tatto di sekujur lengannya. Dia memang bilang bahwa hari itu bukan giliranku untuk mati. Dan mungkin saja setelah di Busan, mereka akan menghabisi yang di Seoul yaitu aku dan Jeno. Dugaanku hingga saat ini adalah, anggota mereka terbatas, tidak banyak, tidak tersebar di belahan korean, mereka hanya beberapa orang yang sepertinya memang sudah terlatih dan mendapat informasi yang akurat dari seseorang. Kak, ini bukan masalah biasa. Segera diskusikan dengan atasan dan pihak Presiden."

Jaehyun menghembuskan napas pelan dan menatap Taeyong. "Bagaimana? Apa yang harus kita lakukan saat ini? Apakah kita harus melaporkan situasi ini pada Presiden Park?"

"Aku juga masih pusing dan bingung, terkejut akan pemikiran Jaemin yang sepertinya memang akurat." Taeyong memijit pelipisnya dan memejamkan matanya sejenak. "Untuk saat ini, kalian harus hati-hati. Usahakan jangan banyak beraktifitas di luar. Kemungkinannya memang kalian akan dihabisi setelah ini kalau memang dugaan kita benar."

"Lalu, tahu apa yang paling membuat kita tercengang?" tanya Jaemin lalu menatap Taeyong dan Jaehyun. "Orang yang diduga adalah anggota No Mercy basis Seoul ternyata hanyalah warga biasa. Aku tahu fakta ini karena kemarin sempat mengikuti kegiatannya dan dia beraktifitas layaknya orang normal, bahkan tidak merasa was-was dan curiga akan sekitarnya. Iya 'kan, Jen?"

ALL MEN DO IS LIE [JAELIA✔️]Where stories live. Discover now