Chapter 10

6K 53 0
                                    

Siang ini Clara sedang makan bersama di cafe bersama teman-temannya.

Setelah hari ini Mark membuatnya kesal setengah mati, kini Ia memutuskan untuk menemui teman-temannya di cafe, lebih tepatnya teman-temannya bekerja di cafe tersebut.

Setidaknya bisa bertemu teman-teman gilanya hari ini ia harapkan bisa memberinya semangat dan mood nya balik kembali.

"Tumben lu ke sini? biasanya paling malas keluar rumah.." tanya Mona yang saat itu Tengah menyodorkan menu padanya.

"Enggak ada. Gue lagi males di rumah. bosen..." jawabnya simple.

Mona hanya mengangguk sambil ber-oh Ria merespon ucapan Clara.

"Mana si Tama?" tanya Clara lagi sambil melirik kesana kesini mencari si pemilik kafe yang juga adalah temannya sendiri.

"Enggak tahu. dari pagi enggak muncul-muncul tu orang. galau lagi mungkin..." ucap Mona sekenanya.

"galau lagi Maksud lo?" tanya Clara bingung.

Mona mengangguk, "biasalah sama bidadarinya lagi.. Siapa lagi yang berani membuat pertama galau kalau bukan itu cewek." ucapnya.

"oh, sama Erin?." Mona mengangguk kembali.

"tepat sekali! Siapa lagi Bidadari si Tama kalau bukan Erin. lu tau aja gimana gila nya Tama saat Erin mutusin dia dulu. sampai sujud-sujud tuh cowok buat minta balikan lagi. gila Nggak tuh? Padahal Tama ganteng banget. gue mah juga mau sama dia, cuma dianya aja yang enggak ngelirik ke arah gue.." ucap Mona dengan raut wajah yang super bete.

Clara memperhatikan raut wajah Mona yang langsung membuatnya tersenyum geli, "lo naksir sama Tama?" tanya Clara yang membuat Mona seketika tersedak.

"Apaan, nggak! enak aja! Asal ngebacot banget sih lo Cla.."

"Lah! yang naksir sama dia Bukannya lu? Lo tadi yang bilang kalau lo juga mau sama dia cuma dianya aja yang gak melirik ke arah lo..."

Mona seketika berdecak kesal.

" Ia, maksud gue istilahnya begitu. tapi nggak bisa dia melirik cewek lain saking Cinta Mati nya dia sama ceweknya itu.! lu Ingatkan Caroline? gila, cewek super cantik semacam Caroline aja lewat cuma gara-gara ceweknya si Tama. padahal banyak cowok mati-matian ngejar Caroline dan gue tahu kalau Caroline naksir sama Tama, Tapi itu cowok gila tahu enggak. Dia malah pertahanin cewek macam Erin." Clara seketika tertawa terbahak-bahak saat mendengar celotehan dari Mona.

Beginilah teman-temannya suka rempong dengan urusan sahabat yang lain, padahal sebenarnya itu bukan urusan mereka kan? Seperti contohnya Mona, urusan Tama mau pacaran sama siapa aja itu urusan Tama, bukan urusan Mona.

tapi Mona satu ini, malah mati-matian menceramahi sahabat laki-lakinya tersebut.

"Hati-hati lo Mon, kedengaran sama Tama mati lo..." ucap Clara yang membuat Mona seketika mencibir.

"dan lu pikir gue takut sama dia? nggak sama sekali! ngatain dia bego mah gue bisa. cuma Enggak di sini aja. bisa bisa dipecat gue.." celotehan Mona berhasil membuat Clara kembali tertawa.

ia menggelengkan kepalanya pertanda ia takjub pada sahabatnya tersebut.

"Nah sekarang giliran gue yang nanya sama lo. kenapa lo ada di sini? Bukannya di rumah ada bule dari nyokap lo?" Mona langsung mengambil posisi duduk di samping Clara padahal Gadis itu saat ini sedang bekerja dan pengunjung Tengah ramai-ramainya.

"Lo kerja dulu gih! Nanti ketahuan Tama dipecat loh.."

" Ih apaan sih Clara! gue serius kali nanyanya. matahin mood orang aja sih lo!"

"bukan matahin mood orang, kampret! gue ngomongnya bener. Nanti kalau ketahuan Tama bisa selesai karir lo Disini. Nanti gue cerita.." ucap Clara yang langsung mendapat sambutan antusias dari Mona.

"Janji lo ya!? lu bakalan cerita sama gua nanti ya... Awas kalau nggak."

"Iya gua nanti cerita, Tapi lu kerja dulu sana! gue enggak mau cerita setengah-setengah atau putus-putus saat gua lagi cerita, lo dipanggil buat kerja, males gua abis itu.."

Mona langsung mengangguk, "tenang aja, Gue bakal rajin hari ini asalkan loh cerita sama gua nanti tentang bule nyokap lo yang super ganteng itu.."

" ya ampun! parah! Gue ngebayangin tubuhnya aja bikin darah gua berdesir, tau nggak. gimana ya rasanya dipeluk sama tubuh kekar itu, ya ampun panas dingin gue..." Clara seketika menatap Mona dengan tatapan tak percaya.

ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Mona yang begitu kecentilan. "mendingan lu kerja dulu deh daripada gua tendang lu dari sini. Mark itu calon bapak gue. Mending lu kerja deh Bawain gue minuman vanila ditambah topping es krim coklat di atasnya.."

Mona lagi lagi berdecak kesal.

"ya udah deh iya. gua kerja nih. tapi lu janji ya cerita nanti ke gue.." tuntut Mona yang masih penasaran.

"Iya gue janji. udah sana..!"

Mona seketika tersenyum, "oke sip! bye bye sayang! Gue kerja dulu ya, Muaaacch!!" Clara tersenyum geli melihat tingkah sahabatnya ini.

sepeninggalan Mona, Clara memilih sibuk dengan ponselnya sembari menunggu minuman yang tadi ia pesan pada Mona. Sebaiknya sembari menikmati makanan yang ia pesan, ia harus memikirkan kata-kata apa yang harus ia mulai untuk bercerita pada Mona nantinya agar gadis itu tak curiga sedikitpun dan tak membuat keributan.

*****

Siang pun sudah berlalu kini berganti dengan malam yang dipenuhi banyak bintang.

Clara baru saja turun dari taksi yang membawanya pulang ke rumahnya. seharian ini ia hanya bermain di cafe milik Tama dan menceritakan semuanya pada Mona kecuali tentang dirinya yang nekat mengintip calon Daddynya itu dengan Maminya.

Ia banyak mendapatkan masukan dari Mona termasuk tentang dirinya yang tak boleh keganjenan sama Mark.

Ia memijit kepala bagian belakangnya yang terasa begitu lelah. Ia ingin nanti sesampainya dia di kamar, Ia bisa langsung beristirahat.

Ia berjalan dengan lesu menuju ke dalam rumah. Sesampainya di dalam ia mendapati rumahnya begitu gelap dan hanya disinari oleh cahaya bulan.

'Kemana pria itu?' tanya Clara sambil berjalan mencari saklar lampu.

Saat saklar itu ia dapatkan, Clara langsung menekannya yang membuat ruangan seketika menjadi terang.

Saat ia memutar tubuhnya, Ia langsung dikejutkan dengan keberadaan Mark yang tengah berdiri sambil berkacak pinggang.

jangan lupakan ekspresi pria itu yang tampak dingin tak berwarna sedikitpun.

"Ha Hai.." sapa Clara gugup. "Sedang apa kau berdiri disana? aku baru pulang dari tempat temanku. aku lelah dan sepertinya aku butuh istirahat. Selamat malam.." Clara kembali mematikan saklar lampu tersebut dan berjalan cepat meninggalkan Mark namun baru satu langkah Clara melewati Mark,  Gadis itu langsung tertahan karena jemari Mark yang menangkap lengannya dan menariknya kuat.

saat itu ia merasa tertarik ke belakang yang membuatnya langsung berdiri di hadapan Mark dan menatap mata Mark yang kini tengah menatapnya tajam.

Glek!

Clara menelan salivanya dengan kesusahan. Ia seperti anak kucing yang sedang dikepung puluhan ekor anjing dewasa.

*****

Sugar Daddy I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang