Six | Under His Control

115 30 1
                                    

Mari apresiasi karya penulis melalui Follow, like, komentar, dan share..

Terima kasih.

BOSSY BOSS!

16 Juni 2021

_______________

Wira memijakkan kakinya di lobi tepat pukul 10. Itupun ia bangun karena sudah diteror berkali-kali oleh Rizal. Hari ini ada satpam yang berjaga di pintu lobi sambil menyapa, sedangkan Wira hanya memasang wajah datar dan langsung melengos pergi. Tatapan yang tak pernah berubah dan selalu sama sejak ia menginjakkan kaki di kantor itu.

Ia naik lift diikuti dengan Rizal yang sudah ada di belakangnya. Keduanya berhenti di lantai 2, tempat di mana ruangan Wira berada. Tak sadar helaan napas panjang begitu terasa begitu ia menyadari meja-meja karyawannya yang semakin kosong tak berpenghuni.

"Selamat siang, Pak Wira!"

Wira langsung menyentuh bagian dadanya yang seakan ingin meledak karena kaget. Ia melihat Nadin sudah berdiri di depan ruangannya. "Kamu mengagetkan saya, tau?"

Nadin tersenyum dengan memperlihatkan giginya. Perempuan itu mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan blazer slim fit, beserta rok hitam senada di atas lutut. Ia juga mengenakan heels hitam yang menambah kesan profesionalitas kerjanya. Ia ingin menunjukkan pada Wira bahwa ia adalah karyawan yang datang untuk bekerja dan tidak bisa pergi karena perintah tidak masuk akal dari lelaki itu.

Ekspresi yang santai Nadin berikan tanpa beban, walaupun Wira sudah menatapnya tajam. "Bapak sudah terlambat 2 jam. Yang saya tau, karyawan pusat maupun yang ada di cabang-cabang anak perusahaan, semuanya mendapat jatah kerja yang sama, yaitu dari jam 8 sampai jam 4, termasuk cabang hotel ini. Koreksi jika saya salah."

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Wira to the point, tak memedulikan kalimat Nadin yang menyindirnya.

"Saya dikirim Pak Wisnu resmi untuk membantu hotel ini selama 6 bulan. Jika Bapak mau protes, Bapak bisa langsung sampaikan pada Pak Wisnu, karena pimpinan saya saat menerima perintah itu adalah Pak Wisnu"

Kening Wira langsung mengerut dalam, tak suka dengan penyampaian Nadin padanya.

"Satu lagi, berhenti memanfaatkan Pak Rizal untuk kepentingan pribadi Bapak. Pak Rizal itu seharusnya justru digunakan untuk membantu perkembangan bisnis hotel ini."

Rizal tersenyum samar mendengar asisten baru Wira yang begitu berani berkata-kata. Tapi masalahnya bukan itu, Wira sudah kebal dengan banyak orang yang membencinya secara sembunyi maupun terang-terangan. Pasalnya sebelum Nadin ada, Rizal juga sudah sangat sering menceramahi Wira. Tapi semuanya tak ada yang berguna dan didengar. Semuanya hanya dianggap angin lalu oleh Wira.

Wira bersidekap dada. Mengangkat dagunya lebih tinggi, mencoba menunjukkan kekuasaan pada perempuan kurang ajar yang berani menceramahinya.

"Siapa kamu berhak menceramahi saya?"

"Seharusnya sejak kemarin saya adalah asisten Bapak, tapi karena pertemuan pertama kita kemarin berjalan dengan sangat tidak baik, maka saya ingin mencobanya lagi hari ini. Saya akan mencoba membantu Bapak untuk bisa mengembangkan kantor cabang ini."

Wira tersenyum sinis. Membuat Nadin menatapnya kesal sekaligus aneh. "Kenapa Bapak senyum begitu? Ada yang salah dari kata-kata saya?"

"Apa kamu belum pernah dengar rumor tentang hotel ini?"

"Rumor apa?"

"Rumor kalau hotel ini dikutuk. Tidak akan pernah bisa maju dan hanya akan membawa kerugian." Wira memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan Nadin. Ditatapnya mata berwarna cokelat terang milik Nadin. "Dan kamu, hanya orang bodoh yang bersedia datang menunggu kehancuran hotel ini."

Bossy Boss!Where stories live. Discover now