BAB 16 : Kenyamanan

Start from the beginning
                                    

"Hm, ah kayak cinta ke orang tua, teman, saudara. Gitu?"

Rendra mengangguk, "Aku udah punya segala cinta di dunia ini. Cuma satu yang belum bisa aki miliki."

"Cinta apa?"

"Cinta pada wanita yang bukan saudara, teman, ataupun orang tua. Cinta khusus yang Tuhan hadirkan untuk dua insan yang asing."

"Maksudnya cinta kayak Pak Habibie sama Ibu Ainun."

"Hm, iya."

"Oke, sebelum kita lanjut ke definisi cinta sejati. Aku mau tau cinta sejati Mas Naren tuh siapa?"

Rendra terkekeh, "Kamu bakalan kaget kalo tau."

"Hah? Jangan bilang sepupu Mas? Atau tetangga?"

"Bukan."

"Terus? Ayo dong kasih tau!"

"Mau tau?"

"Hm, banget!"

"Kamu tau Miss universe tahun 2015?"

"Pia Wurtzbach?"

"Iya, dia cinta pertama aku."

Lisa menganga lebar, dia sangat kaget denan cinta pertama Rendra yang tak masuk akal ini.

"Astaga, Mas tuh halu tingkat dewa ya? Pasti Mas lagi ngelindur pas memproklamasikan Mbak Pia sebagai cinta pertama Mas!"

"Dulu itu aku punya selera tinggi, bahkan saking bucinnya sama Pia. Aku sampai ikut nonton bareng sama Ibu pas acara Miss universe itu."

"Jadi maksudnya sekarang mas seleranya rendah, maksudnya aku wanita rendah?"

"Nggak gitu, kamu tuh suka banget ya nyimpulin segala hal dari satu sisi."

"Ck, udah kebaca maksudnya mas!"

"Aku nggak bilang kalau selera aku rendah, aku cuma kasih tau ke kamu cinta pertama itu cuma khayalan, cuma gula yang bertahan sebentar. Tapi cinta terakhir adalah cinta yang abadi. Aku mau kamu yang jadi cinta terakhirku."

"Tapi aku nggak cinta."

"Jangan bilang nggak cinta, karena dibalik kata enggak, ada harapan yang semakin terpacu."

"Mas Naren, gimana ya caranya jadi manusia setulus kamu?"

"Ketulusan itu nggak punya tips-tips, ketulusan muncul seiringnya waktu. Jadi kami harus percaya, pasti lambat lain waktu akan membawa kamu menjadi seorang wanita yang memiliki hati tulus."

Lisa mengangguk.

"Jadi definisi cinta sejati itu?" tanya Lisa.

"Kamu bakalan tau kalo udah paham, karena aku sebenarnya udah kasih tau semua jawabannya dipercakapan kita tadi. Kita langsung pulang aja yuk, aku udah mau hujan."

Lisa mengangguk.

****

Hujan turun begitu deras, seakan tak membiarkan Rendra dan Lisa yang saat itu pulang dengan motor harus menepi untuk berteduh.

"Yah, hujannya makin deres lagi!" ujar Lisa.

Melihat Lisa yang kedinginan, membuat Rendra berinisiatif memberikan Hoodie yang dia pakai untuk Lisa. Namun dia lupa jika dia hanya memakai Hoodie itu saja sebagai atasan, jika Hoodie itu dia berikan ke Lisa, lalu Rendra?

"Astaga, Mas Naren mau ngapain sih?!" teriak Lisa yang kaget saat Rendra membuka hendak membuka Hoodienya.

"Mau kasih Hoodienya ke kamu, takutnya kamu sakit."

"Ya tapi kan Mas nggak pake apa-apa lagi!"

"Ya nggak apa, aku udah biasa juga telanjang dada malam hari. Jadi nggak berasa angin hujan ginian doang."

"Ya-ya tetap aja jangan!"

"Oke, tapi kamu kan lagi kedinginan."

"Aku masih bisa tahan dikit."

Rendra mengangguk, mencoba mengikuti apa yang Lisa mau. Namun semakin lama rasanya Rendra semakin khawatir dengan Lisa yang menahan rasa dingin, dia menjadi kebingungan sendiri mau berbuat apa untuk membantu Lisa.

Hingga satu ide muncul, Rendra memeluk Lisa mencoba memberikan kehangatan pada gadis yang sedang menahan rasa dingin sore yang hujan ini.

"Mas?"

"Cuma ini aja yang terlintas di pikiranku, jangan nolak ya. Aku takut kamu besoknya malah demam."

Lisa tersenyum, dia menenggelamkan wajahnya di dada Rendra dan membiarkan rasa hangat Rendra mengalir pada tubuhnya yang dingin.

"Maaf ya kamu jadi kedinginan gini, harusnya aku bawa mobil aja tau hujan gini."

"Nggak apa, lagian aku jadi seneng karena ini."

"Seneng?"

"Ah, enggak kok. Ya pokoknya nggak apa!"

"Lain kali kalo mau dipeluk, Janan ragu buat ngomong ke aku. Karena aku juga mau meluk kamu kayak gini, hm?"

Lisa mengangguk dan makin menenggelamkan wajah di dada bidang Rendra dengan semburat merah yang membuatnya semakin panas.

Entah Rendra yang memang spesial untuknya atau baru kali ini Lisa mendapatkan perhatian sebesar ini?

Apapun itu Lisa tetap menyukainya, karena hari ini Lisa sadar jika hubungan mereka berdua sudah melewati fase temanan menjadi fase kenyamanan.

****

Ketemu lagi hari Selasa ya:))

SenandikaWhere stories live. Discover now