🍁Kemαrαhαη Skαlα🍁

Mulai dari awal
                                    

"Ehーenggak ko. Yaudah aku kesana dulu" jawab Sayna gugup. Gadis itu melangkah kakinya menuju rumah minimalis dengan Intan yang mengikutinya

"Eh lo kenapa sih na kaya takut banget kalo Arthur ngajak pulang bareng?" Tanya Intan penasaran. Pasalnya, sudah beberapa hari ini Sayna seperti menghindar jika laki-laki itu mengajaknya pulang bersama "Lo ada masalah sama Arthur? Dia nyakitin lo"

"Enggak Tan, guaーgua gk mau aja ngerepotin dia"

Intan memicingkan matanya, sepertinya ada yang di sembunyikan oleh sahabatnya ini "Lo bohongkan"

"Enggak ih, udah ah cepetan ngerjainnya biar bisa cepet selesai" sangkal Sayna

•••••

Arthur mengerutkan dahinya heran melihat apartemen yang ada dihadapannya saat ini "Jadi sekarang lo tinggal di apart?"

Dengan ragu Sayna mengangguk "Iya Ar, makasih atas tumpangannya. Kalo gitu aku masuk dulu" sumpah, Sayna merasa seperti seorang perempuan yang tengah berselingkuh di belakang suaminya saat ini.

"Bentar na" Arthur mencekal pergelangan tangannya "Jadi lo gelisah dari tadi karena ini? Santai aja kali na, emangnya kenapa coba kalo lo tinggal di apart? Gua gk akan berpikir yang aneh-aneh ko" Sayna hanya tersenyum canggung. Semoga Skala tidak melihatnya saat ini, bisa-bisa ia salah paham.

"Eh, tapi lo tinggal di apartemen sendirian?"

"Iーitu,,, aku tinggal samaー"

"Sama saya" tiba-tiba Skala muncul di belakangnya, membuat Sayna membulatkan matanya terkejut. Dengan pakaian kantor, Pria itu berdiri di samping Sayna, tak lupa menunjukan wajah dingin plus datar. Sepertinya pria itu baru saja pulang kerja.

"Oh,,, ini siapa na? Kaka lo?" Tanya Arthur "Tapi bukannya lo anak tunggal yah?" Arthur akui, pria dihadapannya ini cukup tampan seperti seorang mahasiswa. Namun karna pakaian yang begitu formal, Arthur jadi sedikit tidak yakin dengan pikirannya. Atau jangan-jangan pria ini kuliah sambil kerja.

"Iーini,," Sayna menunduk bingung harus menjawab apa

"Saya Om nya" potong Skala cepat. Bisa saja ia menyebut dirinya sebagai suaminya. Namun saat melihat wajah Sayna yang ketakutan, ia peka akan hal itu. Mungkin gadisnya takut jika pernikahan ini di ketahui teman-temannya.

Refleks Sayna menatap wajah Skala yang tengah menatapnya dengan tatapan menuntut. Seolah berbicara Saya tunggu penjelasannya! membuat Sayna langsung menunduk kembali. Namun setidaknya ia merasa lega karna Skala yang mengaku sebagai Om nya, tapi,,,,, sekarang ia merasa seperti sugar baby yang memiliki om-om. Geli sendiri ia memikirkannya.

"Oh,,, Om nya. Yaudah kalo gitu gua duluan yah na" pamitnya kemudian beralih menatap Skala "Om" Arthur hendak menyalami tangan Skala, siapa tau dapat ijin untuk mendekati Sayna nantinya, pikirnya.

Skala menatap tangan Arthur tanpa minat. Tapi akhirnya ia terpaksa juga menerima uluran tangan itu.

"Cih, bahkan kau seolah meminta ijin kepada ku untuk merebut istriku" batinnya.

Jangan sampai ia di madu oleh Sayna, Skala bergidik ngeri

Canda maduu:v

•••••

"Mau kemana kau!" Tanya Skala dingin saat Sayna akan masuk kamar.

"Eum,,, Sayna mau mandi Ka" jawabnya ragu.

"Duduk!" Skala menunjuk sofa dengan dagunya. Dengan rasa takut, Sayna pun berjalan mendekati sofa.

"Siapa" Skala menatap wajah gadis itu tajam "Siapa pria tadi!"

"Teman Sayna" Sayna menunduk, tak berani menatap wajah Skala yang terlihat menyeramkan dimatanya.

Pria itu tersenyum mengejek "Teman? Kau bilang dia teman?" Skala menganggukkan kepalanya seolah percaya, namun,,,,"JAWAB!" Sentak nya lebih keras.

"Iーiya ka" jawab Sayna takut bukan main.

"TATAP MATAKU JIKA SEDANG BERBICARA!" Skala mencengkram kuat kedua pipi Sayna, membuat wajah gadis itu spontan menghadap kearahnya "KENAPA KAU MALAH MENANGIS HAH!" Tak ada jawaban, hanya terdengar isakkan kecil yang keluar dari bibir gadis itu.

Badan Sayna bergetar saking takutnya, ini pertama kalinya ia melihat Skala marah. Rahang pria itu mengeras saking emosi, belum lagi tatapan tajam yang tertuju padanya, dan jangan lupa dengan kuku-kuku tangan yang sudah menancap di pipinya.

Apa yang harus ia lakukan? Apa ia akan habis malam ini? Ia berharap semoga ada seseorang yang menolongnya saat ini.

"KENAPA KAU MALAH DIAM!" Skala menguatkan cengkraman di pipi Sayna, membuat pipi gadis itu mengeluarkan sedikit darah.

Skala memang pria tempramental, ia tak bisa menahan emosinya sejak dulu. Seperti ada jiwa lain yang muncul dalam dirinya jika sedang marah, makannya ia tak bisa mengendalikan tubuhnya saat ini. Dan tanpa sadar, ia sudah berlaku kasar kepada Sayna.

"Saーsakit ka" rintih Sayna di dalam isakkannya

"Kau bahkan seperti jalang diluar sana! Apa dia sudah memakai mu hah!" Sayna tak habis pikir dengan suaminya, bisa-bisanya dia berbicara seperti itu.

"Kenapa kau malah diam! Jawab! sudah berapa kali dia memakai mu!" Sayna hanya mampu menggeleng dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

"KAU HANYA WANITA MURAHAN YANG SUDAH KU BELI! KAU TAU ITU!" Sentak Skala, melepas cengkraman tangannya di pipi Sayna dengan kasar. Gadis itu lantas memegang kedua pipinya yang terasa sangat perih.

"Aku akan memakai mu malam ini juga bitch!" Skala mencengkram kedua tangan Sayna dengan satu tangan kekarnya, membuat Sayna memberontak di bawah tubuhnya.

"Jangan ka,,," mohon nya lirih.

"Diam kau pelacur kecil!" Skala mendekatkan bibirnya pada bibir mungil Sayna, namun gadis itu terus menggelengkan kepala membuat Skala kesulitan.

"Diam!" Tangan Skala terangkat ke udara, hendak melayangkan satu tamparan. Namun seseorang menghentikan aksinya. Roy dengan cepat menahan Skala dengan mengerahkan semua tenaganya.

"Tenang tuan, kau tidak boleh seperti ini. Tahan emosi mu"

"Diam kau Roy!" Bentak Skala memberontak.

"Nyonya, cepatlah pergi"

Masih dalam tangisnya, cepat-cepat Sayna keluar apartemen. Yah walaupun sebenarnya maksud Roy bukan pergi dari apartemen juga. Namun karna rasa takutnya, Sayna jadi tak bisa berpikir panjang dan berlari begitu saja keluar.

Gadis itu berjalan di gelapnya malam, masih dengan air mata yang terus menetes. Ia tak menyangka dengan perlakuan Skala yang tadi hendak menamparnya. Apalagi ucapan yang keluar dari mulut pria itu, membuat dada Sayna terasa sangat sesak.

Entah kakinya ini akan membawanya kemana. Ia sudah tidak tau lagi harus mengambil arah kemana. Jika pulang ke rumah orangtuanya, pasti ayah dan ibunya itu akan memberi tahu kepada Skala keberadaan nya. Dan lagi sepertinya ia sudah tidak di terima di rumah itu.

🍁🍁🍁

Not Perfect Husband || END  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang