" Sasuke, makanlah,"
"....,"
" Sasuke,"
Berkali kali Itachi menyodorkan makanan kepada sang adik yang kini tampak seperti mayat hidup. Itachi benci situasi ini. Manik sewarna onix yang selalu menatapnya tajam kini tertelan kabut yang enggan memudar.
" Sasuke, setidaknya makanlah walau hanya se-,"
" dia juga." Potong sasuke
" Ap- ," lagi-lagi kalimat itachi terpotong
" kau tau aniki? Dia dulu juga selalu menyuruhku makan,"
Itachi terhenyak. Ia tau betul sosok yang adiknya maksud.
" dia dulu selalu mengingatkanku untuk menghabiskan bekal yang ia buatkan,"
"....."
" ne, nii-chan, aku ini bodoh ya. Haha, padahal- hah, padahal dia sebaik itu...,"
" hiks, padahal aku, belum sempat mencobanya"
"....."
" ahh... kusso gaki. Gomenne, hontoni- gomenasai," racau sasuke
" sight," Itachi tak bisa lagi berkata-kata. Ia hanya memandang lantai tempat kakinya berpijak dengan raut muka yang tak dapat di jelaskan. Sedih,kecewa, miris, terluka, semua perasaan negative itu seolah bercampur menjadi satu di saat yang sama.
itachi tidak tau apa yang sepantasnya ia lakukan sekarang. Semuanya, semua hal yang terjadi belakangan ini memang kesalahan tak termaafkan. Tapi di sana, di atas ranjang yang begitu berantakan itu adiknya terpuruk tak berdaya. Kadang tertawa terbahak, kadang pula menangis tersedu sedu. Dia memang bukan anak anak lagi yang tak bisa membedakan baik dan buruk. Tapi tetap saja, dia adalah seorang kakak yang selalu menginginkan kebahagiaan adiknya. Ne, kami sama, meski mungkin tak tau diri, tapi bolehkah ia meminta keringanan atas hukuman adiknya kali ini?
" Itachi,"
"aku merindukannya,"
