"Kita harus pergi ke rumah sakit Ahjusshi!"

Jaehyun mengangguk sebelum mengangkat tubuh Rose ala bridal, ia menoleh ke belakang. "Tolong matikan kompor di dapur dan ambilkan dompet serta kunci mobil, aku menunggumu di depan lift." setelah mengatakan itu Jaehyun membawa Rose pergi dari sana, meninggalkan Taeyong yang segera menuruti seluruh perintah Jaehyun.

Bukankah tadi malam Rose baik-baik saja? Mereka bahkan sempat berbincang dan tertawa, Taeyong sama sekali tidak mengerti, apa biasanya kesehatan orang yang sedang hamil memang tidak stabil?

Menghela napas panjang, Taeyong mematikan kompor yang masih menyala di dapur lalu mengambil kunci mobil dan dompet milik Jaehyun. Tidak lupa ia mengenakan sepatu, tujuan utama mereka adalah rumah sakit.

***

Jaehyun menatap Rose yang sedang berbaring di Instalasi Gawat Darurat, cairan infus terpasang di tangan kiri wanita itu. Dokter bilang ini karena morning sickness serta Rose yang terlalu stress memikirkan banyak hal. Jaehyun bingung, sejak kemarin Rose terlihat baik-baik saja, sama sekali tidak memikirkan sesuatu yang rumit. Apa wanita itu menyembunyikan seluruh kegundahannya dari Jaehyun?

Lenguhan pelan keluar dari bibir wanita bermarga Park itu, Rose menoleh ke samping dan menatap Jaehyun dengan bingung. "K-kenapa aku bisa berada di rumah sakit?" suaranya terdengar sedikit lemah.

Jaehyun menghirup napas dalam, ia menatap lurus pada iris hitam milik Rose. "Kau jatuh tidak sadarkan diri," ia meraih air putih di atas nakas yang sempat ia beli di kantin rumah sakit beberapa saat lalu, Jaehyun membantu Rose untuk minum. "Apa perutmu masih terasa sakit?"

Rose meminum air dengan bantuan Jaehyun lalu menggeleng pelan, wajahnya masih terlihat sangat pucat, seperti mayat hidup. Perutnya memang sudah tidak terasa sakit.

"Apa kau selalu memikirkan sesuatu? Dokter bilang ini karena morning sickness dan kau yang terlalu stress, apa yang kau pikirkan Chaeyoung-ah?" lagi, Jaehyun memanggil Rose dengan nama asli wanita itu.

Kali ini Rose memilih untuk mengalihkan pandangan ke arah lain, ia memainkan jemarinya dengan gugup. "Maaf," bisiknya lirih. "Hanya saja, aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Junhoe dengan mudah. Aku selalu memikirkannya, aku merindukannya dan aku ingin mendengar suara serta melihat wajahnya. Aku berusaha untuk mengikhlaskan Junhoe, tapi rasanya masih sangat sulit hingga tanpa sadar aku terlalu larut dengan ilusi, membayangkan bila Junhoe masih hidup di dunia ini bersamaku. Kenyataan yang membuatku kembali tersadar sedikit kejam."

Sudah Jaehyun duga bahwa Rose masih terus terbayang oleh kehadiran Junhoe, ia tahu bahwa wanita itu sangat mencintai Junhoe melebihi apapun. Kehilangan seseorang yang kita cintai tentu sama sekali tidak mudah untuk di terima.

Jaehyun mengusap pelan punggung tangan Rose. "Bisakah kau tidak memendam hal itu sendirian? Kau bisa mengatakan apapun padaku atau Taeyong. Kami akan membantumu."

Rose mengulum bibir dan tersenyum lemah dengan setitik air mata yang jatuh mengenai telinga karena saat ini ia sedang berbaring. "Aku masih bisa mengatasinya sendiri, Jaehyun."

"Kau tidak bisa," balas Jaehyun cepat, ia mendengus. "Buktinya kau berbaring di sini sekarang, karena kau tidak mampu mengatasi hal itu sendiri."

Tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Rose, apa yang Jaehyun katakan memang benar, nyatanya Rose tidak bisa mengatasi hal ini sendirian. Tapi, apakah ia harus bersandar pada Jaehyun dan Taeyong? Rose hanya tidak mau merepotkan orang-orang di sekitarnya. Ia ingin bangkit dengan semangatnya sendiri walaupun itu sangat sulit.

Certain Things《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang