Beautiful in Blue

904 116 37
                                    

Curiosity killed the cat.

***

Keesokan harinya.

Dokter keluarga Shadow menyatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kondisi Gusion. Tidak tahukah si dokter bahwa Hayabusa masih takut setengah mati? Jarinya bahkan gemetar saat mengusap wajah Gusion. Baik, mungkin memang salahnya menanyakan dokter tanpa sihir untuk memeriksa Gusion yang jelas-jelas memiliki sihir.

"Haya, peluk..."

Bibir merah itu mengerucut, kedua tangan Gusion terangkat kearahnya, matanya menyiratkan kesedihan.

Sial.

Apa bisa Hayabusa menolaknya?

Tentu saja tidak. Lupakan saja si dokter yang baru saja berinisiatif untuk keluar dari kamarnya. Pintu dia kunci. Hayabusa langsung berbaring disebelah Gusion, kemudian memeluk tubuh yang lebih kecil sedikit darinya itu.

"Rasanya nyaman." Gusion memeluknya kembali, wajahnya tenggelam pada dada Hayabusa. Klise. Tapi rasanya memang benar-benar nyaman. Gusion bisa menghirup aroma maskulinnya, menyimpannya dibenaknya, memberi pikirannya ketenangan.

Andai waktu bisa berhenti.

Hayabusa merasakan basah didadanya. Panik menguasai pikirannya sekali lagi. Pelukannya mengendur, kedua tangannya memegang pipi Gusion, mengamati wajah berlinang air matanya.

"Jangan menangis." Ibu jari Hayabusa membersihkan air matanya. "Terlihat jelek."

Ujung baju Hayabusa diremas, suara parau Gusion melewati telinganya, "aku masih tampan!"

Fuck. Tidak bisakah Gusion tidak menggodanya? Penampilannya saat ini sangat mendukung Hayabusa untuk menerkamnya. Pipi menggembung itu, hidung merah itu, mata berair itu, dan jangan lupakan bibir cemberutnya. Ah, bolehkah Hayabusa menciumnya?

"Ya, kamu imut." Mata Hayabusa menyipit, menelisik wajah Gusion lagi. "Kenapa nangis?"

"Peluk aku dulu."

Baiklah, dua lengan itu sudah melingkari pinggangnya.

Gusion menutup telapak tangannya sampai muncul kilatan biru dari dalamnya, saat dibuka muncul satu keping bunga berwarna biru yang cantik. "Simpan ini."

"Bunga delphinium?" Hayabusa menerimanya dengan satu tangan lalu menyimpannya diatas nakas.

Gusion mengangguk lalu berkedip dua kali merasa aneh, dia melepas masker Hayabusa, lebih tepatnya dibuang. Nah, lebih baik, sekarang dia bisa melihat wajah yang selama ini merawatnya dengan baik. Hehe.

Sang ninja mempererat pelukannya, wajahnya mendekat sampai mulut mereka bersentuhan. Hayabusa menggigit kecil bibir Gusion. Dia mulai memasukkan lidahnya saat menerima persetujuan Gusion. Erangan memenuhi ruangan itu, suhu rendah menambah keterikatan mereka. Gusion melepaskan ciuman itu saat ada kesempatan.

"That was the best kiss." Seringai menghiasi wajah Gusion.

"Hm," sekali lagi Hayabusa membuat kepala Gusion menempel didadanya, "jadi jangan menangis lagi."

"Yah, jadi kenapa mengurungku di kamarmu?" Gusion menekan-nekan dada Hayabusa menggunakan jari telunjuknya, mungkin efek bosan nggak tau mau ngapain.

"Curiosity."

Hawa di sekitar Gusion menjadi dingin, oh, tentu saja Hayabusa merasakannya dan langsung memeluknya dengan tujuan menghangatkan tubuh keduanya. Gusion mendangak, tatapan dingin itu sejenak membuat Hayabusa terpana.

[HyGs] × Wow, MagicWhere stories live. Discover now