BAB 8 : Insiden kepala bocor

Start from the beginning
                                    

"Kamu bisa berhenti natap saya begitu?" pinta Rendra.

"Ck, nggak bisa!" bukannya menjauh, Lisa malah pindah duduk semakin dekat Rendra. Gadis ini menatap dekat Rendra.

"Kamu kenapa sih?"

"Kayaknya gue deh yang harus nanya gitu, Lo kenapa berubah gini? Abis ikut festival dimana?"

"Apa?"

"Iya, tumbenan amat kesini pake kostum, udah gitu pake segala potong rambut lagi."

"Tunggu-tunggu, emangnya saya keliatan kayak pakai baju badut ya?"

"Enggak, ya Lo nggak lagi pake begituan. Cuma ya kali Lo abis pulang dinas, Lo kan bukan tentara!"

"Kata siapa?"

"Hah?"

"Saya tentara."

"WHAT!"

"Saya udah kasih tau ya, jadi jangan tanya lagi nanti."

"Tunggu-tunggu, bukannya Lo nurunin kerjaan bonyok Lo? Kata Oma kema-, JANGAN BILANG BOKAP LO...,"

"Iya, keluarga saya keluarga militer."

"WHAT!" Lagi-lagi Lisa dikejutkan oleh fakta baru seorang Narendra.

"Kenapa? Bukannya kamu nggak suka saya nganggur atau kerja kantoran?"

"Bukan gitu, gue..-,"

"Eh ada nak Rendra. Udah lama?" tanya Ayah Lisa yang baru saja pulang dari kantor.

Rendra bersalaman dengan Ayah Lisa, begitupun Lisa.

"Nggak lama kok, Om."

"Oh yaudah lanjutin ngobrol-ngobrolnya."

"Saya kesini mau ketemu sama om bukan sama Lisa."

"Yaudah berarti gue yang cabut, Ayah duduk gih tuh. Lisa juga mau nerusin nyiramin tanaman di depan," ujar Lisa yang meninggalkan kedua pria beda generasi itu bicara.

Di luar Lisa menggerutu kesal, bagaimana bisa ia kebetulan dijodohkan oleh seorang pria yang memiliki pekerjaan tentara. Pekerjaan yang dulu Lisa kagumi dan Lisa idam-idamkan. Iya, Lisa dulu pernah nekat daftar calon tentara diumurnya yang ke 16 tahun, emang terdengar gila tapi percayalah sejak dini Lisa sudah segila itu.

"Kalo gini caranya gue harus ganti plan nih! Jelas aja kemarin dia kuat gendong Jia pake satu tangan, ototnya tentara modelan Naren gak bisa di ajak bercanda nih. Gue harus serius buat bikin dia ilfeel."

"Apa gue berkelakuan kurang ajar atau jorok gitu ke orang tua Naren ya? Eh, tapi berhasil nggak ya? Anaknya aja kagak ilfeel apalagi bonyoknya, ah tau deh pusing gue!"

Saat sedang mumet, Lisa menjatuhkan gunting rumput yang ia pegang. Ia mengambilnya dengan sebelah tangannya memegang gagang selang yang masih menyala. Saat berdiri kembali, di depannya sudah ada Rendra yang hampir saja terkena semprotan selang yang Lisa pegang.

Rendra boleh tidak jadi basah, tapi Lisa yang kaget akan keberadaan Rendra didepannya menjadi hilang keseimbangan dan malah terpeleset dilantai pelataran depan rumahnya yang basah oleh air selang. Lisa terlalu sigap meminta pertolongan sampai-sampai gadis ini menarik apapun yang ada di depannya, sampai kerah baju loreng yang Rendra pakai menjadi salah satunya.

Rendra tak siap menerima beban Lisa, ia pun terhunyung jatuh namun ia sigap membalikkan posisi mereka menjadi Rendra yang terjatuh lebih dulu dan Lisa di atasnya.

"Aduhh!" ringis Lisa yang terjatuh di atas tubuh Rendra.

Gadis itu buru-buru berdiri dan hendak memarahi Rendra, namun saat ancang-ancang mengomel. Rendra memegang kepala bagian belakangnya yang terhantuk oleh lantai. Mereka melihat darah di telapak tangan Rendra setelah ia memeriksa bagian belakang kepalanya.

"Ck, perban lagi," gumam Rendra dengan santai. 

Sedangkan Lisa panik, ia langsung duduk dan menarik Rendra agar menundukkan kepalanya. Lisa memeriksanya secara langsung, benar saja kepala Rendra berdarah dan terlihat ada robekan lumayan panjang disana.

"Kita ke rumah sakit!" Lisa membantu Rendra berdiri dan membopongnya seakan Rendra tak kuat berjalan.

Mereka pergi rumah sakit tanpa memberitahu orang rumah. Disana Lisa melihat langsung dokter yang memperban kepala Rendra. Pria itu kini hanya memakai kaos hitam yang ia pakai dibalik baju tentaranya. Sedangkan seragam tentaranya ada pada Lisa berdiri dengan wajah khawatir.

"Masnya nggak kasihan sama istrinya? Khawatir banget tuh kayaknya," ujar sang dokter.

"Saya bukan istrinya!" jawab Lisa yang tetap dengan raut khawatir.

"Nggak parah kok, cuma 6 jahitan saja."

"Heh, nggak parah gimana! Enam jahitan itu lumayan kali!" oceh Lisa.

"Tuh kan, khawatir nya mirip istri."

"Ck, batu ya!"

"Yaudah, Masnya udah boleh pulang kok. Cuma beberapa hari ini jangan keramas ya, biar jahitannya kering dulu."

"Hm, tenang aja nanti saya yang ingetin dia!"

"Tuh kan, Mbaknya fiks istrinya."

"ASTAGA DOK, SAYA BUKAN ISTRINYA!"

"Masa sih? Terus tadi ingetinnya gimana kalo nggak serumah,"

"Ya lewat chat lah!"

"Ohh, yaudah silahkan keluar dan bayar administrasi ya. Soalnya saya butuh gaji juga, terima kasih, cepat sembuh dan cepat serumah ya!"

Rendra bergeleng-geleng kepala melihat tingkah aneh dokter ini. Ia berjalan keluar bersama Lisa, gadis itu membayar administrasi yang pasti dengan uang Rendra karena Lisa bukan tipe gadis yang mau keluar uang untuk pria yang baru PDKT dengannya. Walaupun masih diragukan status PDKT tersebut.

"Udah, yuk!" Lisa mengembalikan kartu Rendra dan membopongnya seperti awal ia membawanya ke rumah sakit.

"Lisa, saya bisa jalan sendiri."

"Oh, oke."

Lisa berjalan lebih dulu.

"Lisa!" panggil Rendra.

"Apa lagi?"

Rendra menghampiri Lisa ia menggenggam tangan Lisa dan berjalan bersama gadis itu. Sikap manis ini membuat Lisa hampir jatungan karena kaget, ia tidak bisa terus merasakan pesona Rendra yang sederhana namun menyebabkan diabetes ini.

Apakah nantinya Lisa akan mentraktir mbok Sugeng di warung lesehan?

***
w

kwk, Lisa udah mulai kepincut nih ye🤣

Spam next ya❤️

SenandikaWhere stories live. Discover now