04 - Kadal

30 6 3
                                    

Malam itu, suara hujan yang teredam, serta alunan musik klasik dari speaker bluetooth menemani pria yang asyik mengutak-atik gitar kesayangannya. Senyuman kecil yang terbebas dari topeng yang selama ini terpasang terulas pada wajah tampannya. Ekspresinya melembut mengingat kenangan-kenangan yang ia lalui bersama gitar yang merupakan hadiah pertama dan terakhir dari sang ibu. Setelah memastikan bahwa alat musik kesayangannya itu bersih, ia mengembalikan salah satu benda berharganya itu pada 'sarang'nya.

Chandra merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menghela napas pelan sembari mengamati langit-langit kamar yang berhias lukisan planet-planet. Suara pria asing disertai tawa pelan yang berhasil masuk melalui sela pintu kamar yang sedikit terbuka membuat sang pria memejamkan mata. Kerutan menghiasi dahinya.

"Berisik Ma! Chandra lagi di rumah!" serunya dengan volume cukup keras, tidak berniat untuk beranjak dari ranjangnya.

Seketika keheningan meliputi kamar serta koridor tempat kamar Chandra berada, sebelum suara pintu yang tertutup rapat membuat pria itu membuka matanya. Dari ekor matanya, ia menangkap kondisi pintu kamar yang telah tertutup rapat. Chandra memutar kedua bola matanya, memutuskan untuk tidak beranjak dari kamar hingga matahari menyapanya. Ia tidak ingin pengalaman yang masih menghantuinya sejak SMA terulang kembali. Cukup satu kali saja ia menjadi penonton dadakan adegan dewasa yang melibatkan sang ibu dan pria yang ia tidak tahu asal-usulnya.

Tangannya meraba-raba area di sekitar bantal, mencari benda persegi panjang yang sejak sore tadi terabaikan. Berhasil menemukan benda yang ia cari, dengan cepat ia membawa benda itu ke depan wajahnya. Memicingkan mata-akibat cahaya ponsel yang terlalu terang-ia memeriksa satu persatu tugas yang harus ia kerjakan malam ini sekaligus jadwal untuk besok. Setelah mengirimkan pesan terima kasih pada sang asisten, matanya membulat saat membaca pesan dari Benjamin.

Benji : Udah ada progress apa sama Letty?

"Lah...gue lupa sama Letty," gumam Chandra, dengan cepat mengetik balasan untuk Benjamin.

Tangannya yang bergerak ingin meminta nomor Letty pada Sebastian terhenti. Ia terdiam selama beberapa saat, sebelum mengurungkan niatnya. Ia yakin di detik ia meminta nomor Letty, sahabatnya yang diam-diam hobi bergosip itu pasti akan dengan sukacita mengumbar apa yang terjadi di kantor Dwino pada kekasihnya secara lengkap. Chandra juga yakin di detik Ivena mendengar rencananya, nasibnya akan berakhir dengan 'indah' di tangan Annika.

Chandra masih ingin hidup lebih lama dan menggapai semua wishlist-nya.

"Wait."

Jari-jari Chandra bergerak dengan cepat, membuka akun instagram milik Dwino dan melihat daftar following pria batu itu. Matanya berbinar saat menangkap akun dengan username letty.lett. Ia merasa mendapatkan jackpot saat foto dari pemilik akun itu sama persis dengan wanita asing yang ia temui satu hari lalu.

"Oke...kita follow dulu...hm? Nggak di lock? Tau gitu gue nggak usah follow-eh wait, coba kita DM...WHAT?! Lagi online?! Oke oke Chandra, keep calm. Lo perlu susun kata-kata lo sebaik mungkin. Kasih kesan kalau lo cowok baik...gila...gue mimpi apa semalem sampai gue lucky gini."

Chandra mengetik pesan dengan cepat. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan langka seperti saat ini. Ia tidak tahu dewi apa yang dengan sukarela membersihkan segala rintangan hingga jalan Chandra melebihi mulusnya jalan tol. Kalau saja ada Benjamin di sisinya saat ini, ia yakin pria yang gemar mengganti warna rambut itu ikut terkejut melihat keberuntungan Chandra-

Pawang BuayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang