07 • Kisah Mereka

Začít od začátku
                                    

Abel meneguk saliva pelan. Ia ingin sekali menolong Alana, namun ia juga tahu kalau ancaman Sean tidak akan pernah main-main. Sama halnya dengan Atlantas. Pantas saja mereka berdua klop banget, ternyata perangainya tidak jauh berbeda. Tukang paksa dan emosian.

Ingin rasanya Abel cincang-cincang Sean dan membawa kabur Alana bersamanya. Kurang lebihnya Abel tau kalau Alana sangat-sangat tertekan bersama Sean.

“Kak Sean nggak berhak sakitin Kak Alana kayak gitu. Cengkraman Kak Sean bahkan bisa meremukkan tulang Kak Alana.”

“Jadi, tolong lepasin Kak Alana,” pinta Abel baik-baik.

“Diam lo!”

“Jangan bentak Abel, berengsek!” maki Alana.

“Lo yang jangan bentak gue, jalang!”

Abel dan Alana sama-sama kaget. Sebagai perempuan, Abel dapat merasakan sakit hati yang begitu dalam. Sean benar-benar keterlaluan.

Peduli setan, Abel kembalimelanjutkan langkahnya. Bukannya sok mau jadi hero, tapi kondisi Alana sangat memprihatikan saat ini. Berjalan tanpa alas kaki, lengan yang tergores panjang, dahi yang berdarah, dan memar di bahu kiri. Benar-benar membuat Abel geram setengah mati.

“Bella!”

Tubuh Abel langsung menegang. Sangat hapal dengan suara berat ini. Atlantas.

“Astaga, kenapa harus sekarang, sih?” batin Abel.

Abel membalikkan badan dan cengengesan. “Hehehe, Kak Atlas. Kok, bisa sih datangnya cepat?”

“Pulang!”

Atlantas langsung menarik lengan Abel dan mendekapnya. Memberikan tatapan nyalang kepada Sean.

“Gue nggak peduli, Tas, sekalipun itu cewek lo. Kalau dia ikut campur, gue nggak akan segan-segan habisi dia.”

“Sialan!” umpat Atlantas.

“Lo yang sialan!” balas Sean.

“Lo berdua sialan! Bangsat, anjing, sialan! Lo berdua sama-sama buat gue dan Abel tertekan! Terlebih-lebih lagi lo, Sean, gue benar-benar muak sama lo! Lo sudah hancurin mimpi-mimpi gue dan harga diri gue!”

Tubuh Abel semakin menegang. Pelukan dari Atlantas semakin erat.

“Ka-Kak Atlas, Abel mau pulang.”

Tanpa ba-bi-bu lagi Atlantas langsung membawa Abel menuju mobilnya.

🏍️🏍️🏍️

Disepanjang jalan Abel hanya diam. Ia merasa sangat iba kepada Alana. Bermacam-macam pikiran hingga di kepalanya agar membebaskan Alana dari Sean yang gila itu.

“Apapun yang kamu rencanakan, jangan harap kamu bisa melaksanakannya, Bella. Jangan pernah mematik api kepada Sean,” ucap Atlantas. Kedua matanya tetap fokus ke jalanan.

“Kak Sean itu jahat. Abel nggak suka. Nggak ada hati, kejam. Apa Kak Sean nggak bisa lihat kalau Kak Alana itu menderita saat bersamanya.”

Atlantas & ArabellaKde žijí příběhy. Začni objevovat