03 • Pantai

2.3K 223 105
                                    

Atlantas itu mempunyai hobi, dan Abel baru mengetahuinya saat mereka berpacaran yang ke setahun.

Abel mungkin tidak akan pernah tau kalau saja ia tidak masuk ke dalam ruang kerja Atlantas di Apartemen.

Siapa sangka, Atlantas ternyata sangat menyukai permainan remote. Salah satunya adalah drone.

“Mainnya gimana, sih? Susah tau.” Abel mengerucutkan bibir.

Atlantas berdehem. “Makanya, perhatikan tangan aku.”

“Sudah. Tapi tetap aja nggak bisa.”

“Padahal ini mudah,” ungkap Atlantas. Ia meletakkan dagu di bahu kanan Abel dan kedua tangannya melingkar ke perut cewek tersebut. Sibuk mengotak-atik remote.

“Iya, buat Kak Atlas mah enak. Tapi enggak buat Abel.”

“Belajar.”

“Malas.”

“Yaudah.”

Abel menggembungkan pipinya. Setengah bersandar di dada Atlantas. “Selain drone, Kak Atlas suka apa?” tanya Abel.

“Kamu,” jawab Atlantas tanpa pikir panjang.

Blush

Wajah Abel jadi memerah. Ia berdehem singkat. Merapikan rambutnya lalu kembali bertanya. “Sejak kapan suka main drone?”

“Dari SMP.”

“Kenapa suka main drone?”

“Karena cuman itu satu-satunya permainan yang paling keren menurutku.”

Abel mangut-mangut.

“Kamu capek?” tanya Atlantas perhatian.

“Enggak, kok,” jawab Abel lembut. Ia tersenyum kepada Atlantas.

“Kita istirahat dulu.” Atlantas menghentikan permainannya dan meletakkan drone di atas meja kayu. Lalu menarik tangan Abel untuk masuk ke dalam rumah.

“Kak Atlas kalau masih mau main drone, main aja. Nggak papa, serius. Abel nggak capek, kok.”

“Tapi kamu keringatan.” Atlantas mendudukkan Abel di kursi meja makan. Melap dahi Abel yang basah akibat keringat menggunakan tissue.

“Ya, kita kan habis main, jadi wajar aja kalau keingatan. Lagian, Kak Atlas yang lebih parah di sini. Tuh, lihat aja kaosnya sampai basah gitu.”

Atlantas tersenyum kecil. “Aku emang mudah keringatan.”

“Mandi dulu sana,” titah Abel.

“Mandiin,” jahil Atlantas dengan wajah datarnya. Abel jadi tidak tau harus tertawa atau menangis.

“Raut muka Kak Atlas memang sedatar ini, ya. Untung sayang.”

Abel mengusap pelan rahang Atlantas. Sehingga membuat cowok tersebut memejamkan kedua matanya. Abel tersenyum simpul. Tangannya menelusuri semua inci wajah Atlantas.

“Tampan,” puji Abel.

“Hm.”

“Nggak manusiawi. Abel jadi curiga jangan-jangan Kak Atlas ini malaikat yang dibuang sama Tuhan.”

“Nggak ada yang seperti itu," sahut Atlantas.

“Ya, ada. Nih, buktinya aja udah berdiri di depan mata Abel.”

Atlantas terkekeh pelan. “Kamu menggemaskan.” Lalu Atlantas memeluk Abel dengan erat.

“Sayang kamu. Sangat-sangat sayang kamu,” bisik Atlantas di samping telinga Abel. Diakhiri dengan kecupan ringan di leher cewek tersebut.

Atlantas & ArabellaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu