“Wei Ying..”
“Lan Zhan!”
“Wei Ying...”
“Lan Zhan!!”
“Wei Ying....”
“L4N ZH4N!!!”
Krauk! Krauk!
“Ada apa dengan kakek dan nenek?” Tanya XinGuang sembari menikmati camilannya. Wei WuXian beserta Lan WangJi langsung menoleh kearah cucu mereka.
“Shh! Sini, sini!” JingYi langsung menarik lengan putranya, pasalnya dia menganggu momen haru bin lebay dari kedua mertuanya itu.
“Aaa! Cucuku yang manis! Sini-sini, aku punya permen! Mau?” Tawar Wei WuXian sembari menghampiri cucu dan menantunya yang masih berdiri di ambang pintu. Wajah XinGuang sudah berseri-seri, namun JingYi menggelengkan kepalanya dengan kuat.
Karena JingYi sudah tahu permen yang dimaksud ibu mertuanya itu. Dia tidak ingin anaknya mendapat ajaran sesat sejak dini. Dengan halus JingYi menolak, lepas itu dia pergi meninggalkan dua orang yang kembali melanjutkan acara saling sebut nama seperti di awal.
“JingYi!”
JingYi perlu beristighfar saat bahunya di tepuk dengan paman Lan nya itu. Siapa lagi jika bukan Lan XiChen. Dia memunculkan senyuman lembutnya, kedua mata berbentuk bulan sabit terkesan sangat ramah.
“Aa! Kakek XiChen, aku merindukanmu!” Sorak XinGuang di samping JingYi. Lan XiChen nampaknya sangat terharu, dia menggendong bocah itu dan membuatnya tertawa pelan.
“Paman, aku membutuhkan sosok bibi sepertinya.” Goda JingYi.
Lan XiChen tertawa, dia tahu persis apa yang di maksud menantu kedua keluarga Lan itu. “Apa kau tidak cukup memiliki pamanmu yang satu ini?” Balas Lan XiChen, nadanya nampak di permainkan sehingga berkesan jenaka.
JingYi bertengok kanan dan kiri, dirasanya sudah aman dia berbisik pada Lan XiChen. “Mau aku carikan? Aku rasa di kantor SiZhui banyak yang menarik.” Lepas berbisik seperti itu, JingYi menaik turunkan alisnya. Gimana mau jadi mak comblang, keluar rumah saja masih takut-takutan.
Miris.
Lan XiChen terkekeh pelan saat mendengar tawaran dari JingYi. Sebenarnya jika dia mau menikah sudah dari dulu dia lakukan, hanya saja untuk sekarang ini dia lebih nyaman sendiri. Memperluas karir dan memperbanyak pengalaman.
Maka karena itu, Lan QiRen sangat menyayangi Lan XiChen. Bukannya dia tidak menyayangi Lan WangJi, sebenarnya rasa sayang Lan QiRen sama banyaknya dengan dia menyayangi Lan XiChen atau pun Lan WangJi. Hanya saja Lan WangJi sedikit tidak bisa terkontrol semenjak dekat dengan Wei WuXian, apalagi saat mereka sudah menikah. Rasanya Lan WangJi menjadi sedikit lebih berani.
Hal itu membuat kepala Lan QiRen pening, di tambah dengan menantu keduanya yang satu frekuensi dengan Wei WuXian. Lan QiRen tidak habis pikir, ternyata selera seorang ayah dan anak tidak ada bedanya. Bahkan Lan QiRen sudah sering dibuat muntah darah oleh kelakuan diluar nalar dari Wei WuXian.
“Aku baru ingat.” Lan XiChen menurunkan XinGuang, kemudian dia melirik JingYi. “Aku harus ke studio sekarang.” Katanya sembari tersenyum ramah seperti biasanya.
JingYi mengangguk pelan diiringi senyumannya, kemudian Lan XiChen berjalan mendahului mereka. Sementara punggung Lan XiChen sudah tidak terlihat, JingYi langsung menuntun putranya itu agar kembali ke kamarnya.
Sesekali XinGuang menceritakan kesehariannya kepada JingYi dengan begitu bersemangat. Bahkan dia sampai lupa untuk menghirup udara karena saking bersemangatnya. Napasnya pun menjadi tersengal-sengal.
YOU ARE READING
New Page [ZhuiYi]
FanfictionCukup JingYi saja yang merasakan kepedihan, SiZhui tak akan membiarkan keluarga kecilnya juga merasakan sebuah kepedihan. 。 。 。 [Pairing, ZhuiYi] (Saya meminjam karakter dari MDZS, karya Mo Xiang Tong Xiu)