Chaotic

448 47 19
                                    

Sudah seminggu JingYi menjadi sangat pening. Kenapa bisa pening? Jawabannya, karena tingkah ajaib ibu mertuanya. Jadi begini ceritanya, seminggu yang lalu dia mendapat kabar, jika Wei WuXian terjungkal dari lantai dua. Mengapa bisa terjungkal? Ah, sudah pasti karena dia mabuk.

Dan berhubung Lan WangJi sedang bertugas keluar kota, mau tidak mau JingYi yang harus merawatnya, Lan QiRen mana sudi jika di suruh untuk mengurusi menantunya yang bar-bar itu. Sejujurnya JingYi tidak ada bedanya dengan Wei WuXian, namun dengan keajaiban tuhan JingYi mendapatkan sedikit lirikan berkat kehadiran ketiga putranya itu.

Secara Lan QiRen sudah berumur, jadi dia sangat bersyukur masih bisa melihat ketiga cicitnya tumbuh. Lalu, bagaimana kabar paman XiChen? Apa dia masih melajang?

Jawabannya, iya.

Kenapa? Katanya sih lebih nyaman sendiri, padahal dia sering mendapatkan lamaran dari berbagai nona muda, tapi tetap saja, jiwa melajangnya meronta-ronta. Padahal sayang sekali laki-laki setampan Lan XiChen tidak ada yang menggandeng.

Jika JingYi masih sendiri, mungkin dia sudah pepet sampai dapat. Tapi itu tidak mungkin terjadi, karena dia sudah terlanjur cinta mati dengan SiZhui. Lagi pula dia sudah mempunyai tiga anak, mana mungkin masih kegatelan macam tante-tante murahan.

“A-Yi..”

Lamunan JingYi langsung terhenti. Kenapa? Karena ibu mertuanya mulai datang menghampirinya dengan setiap langkah yang dia ambil sangat menyedihkan. JingYi langsung saja menghampiri Wei WuXian yang bersusah payah menghampirinya.

“Dimana cucu-cucuku?” Tanya Wei WuXian. JingYi melirik sisi kanan dan kirinya. Ah, dia baru ingat, jika mereka bermain dengan Lan Qiren, pak tua Lan itu nampaknya sangat kegirangan saat melihat ketiga kembar Lan itu.

“Sedang bermain bersama kakek,” JingYi menjeda sembari membawa Wei WuXian kembali ke ranjangnya. “ibu, bisakah kau diam sedetik saja? Jika terus bergerak kau akan lama untuk pulih kembali.” Lanjutnya.

Wei WuXian tertawa dengan bodoh. “Menantuku sudah bisa mengeluh rupanya, berbaktilah sedikit dengan ibumu ini.” Katanya diiringi tawa kecilnya.

Kepala JingYi menggeleng. “Aku tidak mengeluh, aku memberitahu yang terbaik untukmu.” JingYi ikut duduk di samping Wei WuXian. “Jika kau tidak sembuh-sembuh, aku tidak yakin kau dan ayah akan melakukan itu.” Goda JingYi sembari membuat huruf O dengan tangan kirinya dan angka satu miring di tangan kanannya, kemudian dia memaju mundurkan angka satu di tangan kanannya sehinga memasuki tangan kiri yang berbentuk O.

“Hei! Kurang ajar.” Wei WuXian menggeplak menantunya itu. JingYi langsung tertawa saat melihat ekspresi ibu mertuanya.

Saat Wei WuXian melihat JingYi tertawa dengan lepas, dia juga malah ikut tertawa. Dan saat mereka sedang asik ngakak sampai terbengek-bengek, pintu kamar yang elok itu terbuka, menampakkan sosok pria sembari menjunjung paper bag di kedua tangan kanan dan kirinya.

Itu Jiang Cheng.

“Selamat, selamat! Akhirnya kau terkena azab!” Serunya sembari menyunggingkan senyuman kejamnya. Wei WuXian langsung melempari bantalnya sampai mengenai wajah adik laki-lakinya itu.

Jiang Cheng yang baru saja tertimpuk langsung melempar balik bantal itu, namun sialnya bukan mengenai Wei WuXian, tapi mengenai JingYi. Saat bantal itu mulai merosot dari wajahnya, JingYi memandang bantal empuk itu sembari meremas-remasnya sebelum dia melempar balik pada paman Jiang nya itu.

Namun sayangnya, dia salah target. Jiang Ling yang baru datang langsung di sambut dengan timpukan luar biasa dari kawan barunya itu. Pembuluh darahnya berkedut, dia menatap seorang Lan JingYi yang sibuk tertawa bersama Wei WuXian.

New Page [ZhuiYi] Onde histórias criam vida. Descubra agora