02 - Kumpulan Remaja Berbakat

Start from the beginning
                                    

"Pak, ganti materi dong. Bosen fisika terus." Thariq berkata, memotong soal yang akan dibacakan.

"Baik. ¡nombra a todos los presidentes que alguna vez presidieron la primera República española!(1)"

Sekelas terdiam dengan wajah datar. Semua mata tertuju pada si pemberi saran yang terlihat sedang berpikir. Mereka tidak ada yang menjawab. Jangankan jawaban, arti soal saja mereka tidak tahu.

"Ah! Ahmad Thariq Ibrahim. Estanislao Figueras, Francisco Pi y Margall, Nicolás Salmerón, mm ... yang dua lagi ...."

"Emilio Castelar dan Francisco Serrano Kak."

Semua mata kembali terfokus pada Freya. Gadis itu kembali dibuat kebingungan tentunya.

"Frey, lo tahu artinya?"

"Aku? Tidak, kok. Aku hanya menebak. Yang disebutkan tadi itu daftar presiden dari Republik Spanyol Pertama. Kebetulan aku tahu siapa saja presidennya," jelas anak itu. Semua mengangguk paham.

Permainan berlanjut. Mereka semua bermain cepat tepat selama sejam penuh. Pertanyaan yang diajukan tentunya meluas, tidak hanya terbatas pada pelajaran fisika saja. Mulai dari kimia, matematika, biologi, hingga soal olahraga—semua diajukan.

KRIINGG ....

"Baik, berhubung bel istirahat sudah berbunyi, kelas saya akhiri. Untuk tugas, silakan berkelompok 2 orang; membuat biografi fisikawan dengan bahasa asing. Minimal 100 kata, maksimal 2000 kata. Bahasa Indonesia tidak diijinkan. Sekian, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam," balas seluruh murid kelas X-Class serentak, penuh semangat.

Pria tersebut mengangguk, melangkah keluar meninggalkan kelas. Begitu raga beliau hilang, sembilan penghuni lama X-Class mendekat, berkumpul di bangku Freya selaku anggota baru dalam kelas mereka.

"Gimana kelas ini menurut lo, Frey?" tanya Halza selaku satu-satunya gadis yang mengenal Freya.

"Kelasnya seru, Kak! Baru kali ini aku ada saingan di kelas," jawab gadis belia itu semangat.

"Oh ya, kenalin. Ini Kak Nadira. Dia kalkulatornya SMA Chase. Itu, Kak Hasna, seniman geometrikal. Yang itu Kak Violla, gue saranin lo jangan buat dia ngomong. Kak Violla itu jago banget debat. Sekalinya bicara, gue jamin lo gak bisa jawab," kata gadis ahli IT itu semangat.

Freya mengangguk, menatap teman-teman barunya dengan antusias.

"Salam kenal, Kak," katanya mendapat balasan anggukan.

"Oke, yang cewek udah, kan? Nah, yang cowok biar gue yang kenalin. Lo udah kenal gue sama Jun, kan? Sisanya, Kak Thariq; ketua kelas multilingual yang lo bantu tadi, Kak Revan; preman pasar tobat dadakan, sama Bang Al—"

Bugh!
Dak!

Revan mengerjap bingung, begitu pula dengan Chaseiro-X—sebutan para penghuni X-Class—lainnya. Mereka terlalu kaget dengan refleks super cepat Freya yang tidak mereka sangka-sangka.

"Kak Revan, kata Bu Gina, tidak boleh bermain fisik—apapun alasannya. Untung aku masih sempat menangkisnya, kalau tidak Kak Aze akan terluka."

"Gi—"

"Bagaimana aku bisa menahan serangan Kak Revan? Jangan bertanya padaku karena aku juga tidak tahu. Serangan Kak Revan terbaca begitu saja olehku, lalu aku refleks bergerak mengikuti salah satu buku beladiri yang pernah kubaca. Sudah," jelas Freya memotong.

Suasana seketika canggung. Freya yang takut dikucilkan setelah menasehati teman barunya, serta semua yang masih kaget, berusaha menerka apa bakat dari jenius terakhir kelas ini.

School: Re-Search [Terbit]Where stories live. Discover now