Selain kesal, Selvi juga sedikit kebingungan. Tetapi dia harus bisa bertindak cepat. Selvi menghawatirkan Remi yang sejak tadi masih berdiam diri. Andai Selvi yang dikatakan lacur dan dihina sedemikian rupa dia juga akan sangat terkejut. Apalagi saat tidak melakukan hal itu dan teman-teman perempuan yang dekat dengannya sangat jarang berkata kasar. 

Sebenarnya dia juga masih sangat terkejut mendengar suara kasar yang dikeluarkan Nina. Selama mengenal Nina, dia mengira gadis itu sosok yang lembut, penyayang dan penyabar. Ternyata dugaannya salah, Nina sangat mengerikan saat marah.

Mungkin semua ini karena Nina terlampau emosi, tetapi tetap saja gadis itu bukan sosok yang ingin dia dekati dan dijadikan sahabat baik.

"Fokus Bumi, gara-gara kamu kebanyakan melamun, jadi kayak begini," kata Selvi menyerahkan kue ulang tahu ke tangan Bumi. Dia menggerutu melihat lili sudah banyak mencair.

Mendengar teguran Selvi, Bumi hanya tersenyum tipis. Dia menerima kue dan segera berbalik ke arah Nina.

"Happy birthday to you, happy birthday to you!"

"Happy birthday!!!"

Nyanyian terus mengudara, Bumi tersenyum saat melihat Nina tampak sangat bahagia. Ucapan terima kasih terus keluar dari mulut gadis berambut panjang tersebut dengan mata berlinang.

"Jangan lupa berdoa, Nina."

Remi berusaha keras mencoba fokus dan menahan rasa nyeri-nyeri di sekujur tubuh saat teman yang datang bersama Nina menepuk lengan gadis itu. Lalu dia menatap dalam diam Nina yang memeluk bunga pemberian Bumi sembari memejamkan mata. Setelahnya Remi ikut bertepuk tangan saat melihat Nina meniup lilin setelah mengusap sudut mata.

Siapa pun akan terharu jika mendapat kejutan seperti ini. Apalagi yang membuat kekasih yang dicintai. Kejutan sederhana juga akan terasa sangat spesial.

"Thanks you, Sayang," kata Nina pelan. Setelah melihat Bumi menyerahkan kue ulang tahun pada teman lelaki itu, dia kembali memeluk Bumi erat dengan tawa bahagia.  Beberapa detik kemudian, Nina mengurai pelukan, dia menatap Bumi sebelum memajukan wajah dan mengecup bibir lelaki itu.

Bumi yang mendapat kecupan tiba-tiba tersentak kaget. Wajahnya yang terlihat lucu membuat yang lain tertawa. Dia juga merasa malu.

Tidak ingin semakin menjadi bahan tertawaan, Bumi yang kembali ke kenyataan menarik tubuh Nina mendekat, dia mencium kening gadis itu sampai beberapa sorakan dan tepukan kembali terdengar.

"Dunia serasa milik mereka berdua, ya."

Ucapan di sisi kirinya, membuat Remi menoleh. Dia mengangguk dengan senyum kecil. "Kita cuma numpang di sini, jadi tonton aja pertunjukannya dengan baik," kata Remi menimpali. Setelah itu dia tertawa bersama Raja.

"Lega mendengar kamu bisa bicara seperti itu," kata Raja dengan senyum kecil.

Remi mengerutkan kening, setelah insiden beberapa menit lalu, Raja memang selalu di sisinya. Membuat senang dan juga sedih secara bersamaan. "Apaan, sih. Cuma gitu doang mah aku bisa tahan," kata Remi membela diri. Tidak ingin dikira lemah hanya karena kejadian yang sudah berlalu. "Tadi tuh aku cuma kaget. Kaget banget, sih." Remi kembali tertawa.

Namun, dia menghentikan tawa saat mendapat colekan dari sisi lain. Remi menoleh, dia memasang wajah bertanya pada Dirga, sang pelaku. Akan tetapi Remi tidak mendapat jawaban Dirga, lelaki itu hanya menunjuk ke depan dengan dagunya.

Remi mengikuti apa yang ingin diperlihatkan Dirga. Sejauh yang dia lihat semuanya tampak bersenang-senang. Suara tawa dan sesekali terompet masih terdengar sangat jelas. Bingung, Remi kembali menatap Dirga. "Ada apa?" tanyanya penasaran.

Enam Tahun KemudianOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz