26. Kangen Mama

37 9 16
                                    

"Lo baik-baik aja kan?" Pertanyaan Tassa yang seharusnya tanpa gadis itu pertanyakan sudah jelas bahwa ada hati yang luka serta jiwa yang nelangsa. Tak pernah Azura merasa sakit yang membuat sukma nya menjadi pilu. Padahal selama ini, ketika ia jatuh saat belajar sepeda tak sesakit ini, saat terbang dari motor dan terjatuh di jalanan juga tak pernah seperih ini. Bahkan saat ia meringis karena teriris pisau memotong buah juga tidak seperti ini. Tapi, kenapa hanya dengan melihat Fulan lebih memilih melindungi Sayang membuat semuanya seketika sakit?

Rasa sakit yang sekarang sudah berbeda, padahal tak ada luka gores, tak ada darah hingga rasanya ia pun tak dalam antara hidup dan mati tetapi mengapa ada sesak tak terbendung, ada perih yang menusuk hingga rasanya untuk berdiri pun ia tak sanggup.

Apakah ini yang dinamakan jika kau jatuh cinta maka hal yang perlu kau persiapkan adalah siap untuk patah, patah oleh harapan? dan patah oleh kenyataan?Jika boleh memilih, Azura lebih baik jatuh saat membawa sepeda motor, luka karena kejedot dinding hingga telungkup saat tersandung batu dari pada jatuh dan patah karena cinta.

Tassa pilu dan rasanya ingin menangis, tetapi gadis itu juga tau bahwa ia harus kuat disini agar menjadi sandaran yang utuh bagi Azura. Ia tahu bahwa sahabatnya sedang terkejut dan sakit hati. Tassa paham bagaimana sakitnya jatuh cinta, makanya ia memilih bungkam dari pada menyalahkan. Bungkam sampai Azura tenang dan baru berbicara.

Di seberang jalan, ada Adriansyah dan Alen yang menatap ke dalam mobil Alen dimana ada Tassa dan Azura.

"Bang, jadi Azura yang lo maksud?" tanya Alen yang diangguki oleh Adriansyah.

"Tapi sahabat gue juga suka sama gebetan lo" tutur Alen santai tanpa dosa dan melanjutkannya dengan menyeruput teh pucuk.

"Sahabat lo yang mana? yang brengsek itu?" sarkas Adriansyah yang membuat Alen hanya tertawa renyah.

"Gue ga tau apa yang terjadi, tapi gue ga mau ikut campur sama sekali karena urusan permasalah cinta kalian. Apalagi sampai Tassa keseret" ucap Alen tegas pada sosok yang duduk si sebelahnya itu --- kakak kos Alen.

Namun, saat perbincangan itu mulai tidak serius, tiba-tiba saja Fulan datang dan langsung memukul pipi Adriansyah yang membuat beberapa orang yang berada di sana terkejut, termasuk Alen. Bahkan ada yang teriak.

"Lan, tenang, jangan emosi" cegah Alen langsung menarik Fulan yang tengah dirundung emosi. Alen tau, selama ini Fulan diam hanya karena ia menahan agar tidak menyakiti siapa pun tetapi seperti nya hari ini, puncak emosi Fulan sudah tak tertahan lagi hingga laki-laki ini berani memukul Adriansyah di keramaian.

"Minggrir!" hingga Alen yang menahan pun di dorong dengan sangat kuat. Mata itu, mata yang sangat dipenuhi emosi negatif. Emosi yang siap menenggelamkan siapa saja tanpa ampun sama sekali.

Tak ada suara dan kata-kata apapun, Fulan hanya meninju Adriansyah tanpa ampun yang membuat Azura dan Tassa ketakutan saat berlari ke sana.

Azura cemas bukan main melihat badan Adriansyah yang sudah mulai memar. Azura kalut, ia tak tahu harus berbuat apa sedangkan Alen sudah berusaha menarik Fulan agar tetap tenang malah berakhir kena tinju.

Bukan ini, bukan ini jalan cerita yang Azura harapkan. Bukan kekerasan seperti yang ingin ia lihat, ia hanya ingin tenang, tak lebih dari itu.

"Gue mohon..." Isak Azura pelan dan terhenyak di sana. Ia sudah tak sanggup, benar-benar tak memiliki tenaga sama sekali bahkan untuk mengatakan kata berhenti.

"Please...." Parau nya sekali lagi tetapi tak ada yang mendengarkan hingga Sayang datang dan berlari memeluk Fulan dari belakang.

"Kak, aku mohon udah berhenti. Aku yang salah karena aku ga pernah sembuh. Ga ku mohon cukup" ucap Sayang yang entah kenapa membuat pukulan Fulan berhenti.

My Love Is My Universe Where stories live. Discover now