4. Janda

29 6 8
                                    

"Haruskah menyerah dengan keadaan? Disaat orang lain tak lagi menempatkan diri ini sebagai manusia." - Saka

🔸️🔸️🔸️

Pertemuan singkat antara Saka dan Audrie menyadarkan bahwa bukan lagi cinta yang tumbuh diantara keduanya, hanya ada nafsu yang terpenjara.

Senyum kecut menyeruak di wajah Saka. Satu hal bodoh telah ia lakukan demi memuaskan nafsu belaka. Belum lagi bujuk rayu wanita nya begitu kuat saat ia hendak melepaskan aktivitas tak senonoh itu.

Saka mendengar langkah Audrie yang baru saja selesai membersihkan diri. Kekasihnya menatap ke arah Saka yang nampak sedang melamun di sudut kamar dekat jendela.

"Habis ini ku antar pulang ya?" Ucap Saka tanpa menoleh sedikit pun ke arah Audrie.

Tanpa Audrie sadari bahwa ia melupakan satu hal. Hari ini Saka sedang tidak baik-baik saja. Wanita yang ia harapkan kedatangannya justru tidak memberikan ruang untuk Saka bercerita.

Sangat wajar bagi Saka. Ia tidak pernah menemukan seseorang yang benar-benar mengerti perasaan nya. Ruang yang tercipta hanya untuk pemeran wanita, sedang pria hanya duduk diam mendengarkan nya. Miris.

"Aku pulang sendiri aja. Lagian udah sore." Sahut Audrie.

Lelaki yang masih setia berdiam diri di dalam kamarnya, hanya mengangguk mengiyakan permintaan Audrie. Ia pun tidak benar-benar berkeinginan untuk mengantar pulang Audrie.

Audrie mendekat ke arahnya, bermaksud ingin pamit sambil mengecup pipi Saka. Namun sayang Saka sudah menghindar terlebih dahulu.

"Pulang. Nanti orang tua mu khawatir."

Jujur Saka tidak berniat ingin menyentuhnya sedikit pun, jangankan menyentuh menatap Audrie saja ia sangat segan. Entah apa yang tengah terjadi dalam diri Saka. Ia seperti kehilangan selera jatuh cinta dalam hitungan detik.

Audrie yang tidak se-peka itu hanya menuruti kemauan Saka. Dan pamit pulang tanpa menanyakan kabar lelaki malang itu. Senyum palsu terpaksa ia tampilkan demi menghindari perdebatan yang tak perlu.

"Akankah ada wanita yang benar-benar mengerti perasaanku? Sisakan satu saja untukku, maka akan ku jaga sehidup semati." Gumam Saka.

🔸️🔸️🔸️

"Abang, hari ini jangan lupa kumpul di rumah nenek."

Cantika menghampiri Saka yang tengah bermain game online. "Abang! Denger enggak?"

"Abang, enggak tuli!"

"Ya, jawab kek. Diajak ngomong diem aja. Bisu lo?!"

Satu bantal yang tepat berada di samping Saka, berhasil melayang ke wajah Cantika.

"Heh! Mamah... Lihat tuh si abang main pukul pakai bantal aja."

"Ngadu. Nangis. Ngambek. Manja lo jadi cewek!"

"Suka-suka gue lah. Hidup gue, kenapa jadi lo yang repot?"

"Jelas repot lah. Gue main santai, lo main bantai."

"Yang bantai gue duluan lo ya! Sembarangan malah nyalahin gue."

"Lo enak ada tameng. Gue? Siapa yang mau jadi tameng gue?"

"Kawin aja sono biar punya tameng."

Saka langsung menatap tajam ke arah Cantika. "Lo pikir kucing yang segampang itu bisa kawin?"

"Loh emang lo kucing kan? Kemana-mana."

"Sialan, Cantika!!!"

Cantika tertawa keras dan pergi meninggalkan Saka seorang diri di kamarnya. Setelah ini pasti ibu nya akan menghampiri Saka untuk bersiap-siap pergi ke rumah nenek.

RehatDonde viven las historias. Descúbrelo ahora