T-17

1K 187 9
                                    

"Makanlah, Taeyong-ssi."

Taeyong menoleh dan tersenyum kepada Jaehyun yang meletakkan sepiring buah untuknya. "Terima kasih." Ucapnya sebelum kembali fokus pada sambungan teleponnya.

Kemarin ketika dia bangun dari tidur siangnya, Taeyong tidak mendapati Jaehyun di sebelahnya. Sesuatu yang... entah mengapa sedikit mengecewakan untuk Taeyong. Namun, Taeyong mendapati suaminya itu bekerja di ruang makan sembari menyendok bibimbap, jadi Taeyong tahu Jaehyun sibuk bekerja.

"Kirimkan saja dengan berkas yang lain besok, itu bisa menunggu. Aku sudah terlalu banyak merepotkan hari ini. Hm, terima kasih banyak, Lee Biseo."

Taeyong menoleh kepada Jaehyun yang duduk di seberangnya. Pria itu mengenakan apron merah mudanya sedari tadi tanpa dilepas. Itu menjadi hiburan tersendiri bagi Taeyong ketika dia jenuh, tapi Taeyong juga merasa bersalah.

"Jaehyun-ssi, aku akan membeli apron baru untuk menggantikan yang itu."

Perhatian Jaehyun yang sebelumnya terarah kepada tabletnya berpindah kepada Taeyong. "Kenapa?"

Taeyong berdeham, "W-warnanya tidak sesuai denganmu."

"Tapi aku menyukainya. Lagipula ini pas di tubuhku."

Taeyong berusaha menahan tawanya. "Sebenarnya tidak begitu pas."

Jaehyun tersenyum lebar. "Tidak perlu diganti. Tunggu sampai rusak atau tidak bisa dipakai saja."

Jaehyun adalah orang yang telaten, tidak mungkin apron itu bisa rusak. Tampaknya pria itu menyukai apronnya, jika begitu Taeyong tidak akan mengatakan apa pun lebih lanjut.

Entah secepat apa waktu berlalu hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima petang ketika Taeyong melirik jam di tabletnya. Taeyong merentangkan kedua tangannya, melakukan sedikit peregangan sebelum berdiri untuk mengambil segelas air.

Dahinya berkerut melihat isi kulkas yang nyaris kosong. Sudah akhir bulan? Waktu benar-benar berlalu dengan cepat.

"Jaehyun-ssi, tampaknya sudah waktunya untuk membeli bahan dapur."

Taeyong membuka kabinet tempat di mana bumbu-bumbu tersimpan dan menggeleng kecil. "Banyak sekali yang sudah habis."

"Hm? Uh... apa kita masih bisa bertahan dengan yang masih ada?"

Taeyong mengendikkan bahunya seraya menoleh kepada Jaehyun. "Jika Jaehyun-ssi bisa membuat sesuatu untuk tiga hari ke depan hanya dengan daun bawang, bawang putih, jahe, pasta cabai, min—"

"Baiklah, baiklah, aku mengerti." Jaehyun memotong ucapan Taeyong dengan wajah memelas. "Kita akan pergi berbelanja besok. Berdua, tidak boleh berpisah."

Dahi Taeyong berkerut. Taeyong ingin bertanya, tapi dia tidak ingin keadaannya menjadi seperti ketika Jaehyun memintanya untuk tinggal di rumah selama seminggu.

Taeyong menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau tahu Jaehyun-ssi, kurasa aku tidak akan pernah tahu alasan mengapa kau... seperti ini."

Jaehyun tersenyum tipis. "Ini tentang tantangan itu?"

Taeyong mengangguk. "Hm."

"Jadi kemungkinan kita bercerai tidak ada sama sekali?"

Taeyong terdiam. Jika dipikirkan lagi, Taeyong sama sekali tidak ingin bercerai. Dia merasa nyaman dengan keadaannya sekarang, jadi Taeyong rasa itu tidak perlu.

"Bisa kita ganti saja? Cerai... kurasa itu terlalu ekstrim. Kita seperti menganggap pernikahan ini hanya sekadar mainan."

Jaehyun tampak terkejut untuk suatu alasan yang tidak Taeyong ketahui. Seberkas kebahagiaan bisa Taeyong lihat di wajah yang didominasi keterkejutan itu.

Ocean Deep [JaeYong] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang