T-9

1.2K 197 3
                                    

Taeyong memandang keluar ruangannya. Senja sudah tiba, langit dihiasi dengan jingga dan... merah muda?

Tubuh Taeyong bergerak mundur dengan cepat ketika merasakan sapuan nafas yang hangat di dekat wajahnya, membuat punggungnya berbenturan dengan sandaran kursinya. Untuk beberapa saat Taeyong hanya bisa mematung seraya memandangi warna merah muda yang terpampang di depannya, sampai akhirnya dia sadar bahwa itu adalah rambut Jaehyun.

Seperti permen kapas.

"Apa aku membuatmu terkejut?"

Taeyong mengendikkan bahunya. "Kau tidak bekerja? Kapan rambut hitammu berubah menjadi merah muda?"

"Hari ini jadwalku ada di luar semua, lalu aku melihat seorang anak memakan permen kapas berwarna merah muda dan tiba-tiba saja aku ingin mewarnai rambutku."

Tatapan Taeyong terpaku pada rambut Jaehyun. Rambut itu tampak begitu lembut dan Taeyong ingin sekali mengusapnya. Apakah itu akan selembut kapas? Apa lembutnya akan menggelitik kulitku?

"Apa Taeyong-ssi belum selesai?"

"Hanya sedang beristirahat sebentar sebelum pulang. Ah, sejak kapan kau tiba di sini, Jaehyun-ssi dan kau ke sini menggunakan apa?"

Jaehyun menggaruk tengkuknya. "Sepuluh menit yang lalu? Menggunakan mobil ayah."

Taeyong memicingkan matanya. "Kau yang meminta untuk ditinggal?"

Jawaban untuk Taeyong hanyalah sebuah kekehan canggung. Taeyong menggelengkan kepalanya seraya tersenyum geli. "Niatmu sejak awal adalah pulang bersamaku?"

Jaehyun tersenyum lebar. "Begitulah."

Taeyong mengulum senyumnya kecil. Belakangan ini Jaehyun bersikap lucu, Taeyong terkadang sampai kesulitan untuk menahan tawanya. Jung Jaehyun setelah mereka menjadi dekat ternyata penuh dengan warna yang berbeda.

"Apa kau memiliki rencana?"

Senyum Jaehyun bertambah lebar. Tanpa menerima jawaban pun Taeyong tahu jawaban pria itu. Taeyong memiringkan kepalanya, "Ke mana?"

"Lihat saja nanti."

Taeyong mengerutkan dahinya. "Kau sangat ahli dalam hal ini, huh, Jaehyun-ssi?"

"Dalam hal apa?"

"Membuat orang lain penasaran denganmu atau apa yang kau lakukan."

Tiba-tiba Jaehyun menepuk tangannya dan kedua mata pria itu membulat. "Ah! Apa Taeyong-ssi sudah tahu?"

Taeyong terdiam. Alasan mengapa Jaehyun dengan mudahnya menerima perjodohan ini dan juga mengapa pria ini menjawabnya karena ingin memiliki teman hidup? Taeyong masih belum memiliki jawabannya. Taeyong pun menggeleng.

Jaehyun mengangguk-angguk kecil. "Teruslah mencari, Taeyong-ssi. Kau pasti akan tahu jawabannya suatu hari nanti."

"Aku tidak tahu apakah suatu hari yang kau bicarakan itu sebentar lagi atau masih lama."

"Untukku pribadi, aku harap itu masih lama sekali."

Tatapan aneh Taeyong lemparkan kepada Jaehyun, tapi pria itu hanya tersenyum penuh arti yang sayangnya tidak Taeyong mengerti. Namun, jika itu harapan pribadi Jaehyun, Taeyong tidak bisa melakukan apa pun tentang itu.

"Baiklah. Jadi," Taeyong bangun dari kursinya, "ke mana kita akan pergi?"

"Tempatnya tidak mewah sama sekali, sangat sederhana, apa Taeyong-ssi masih ingin ikut?" suara Jaehyun mengcil di akhir.

Taeyong mengerutkan dahinya. Apa ada masalah dengan tempat yang sederhana? Taeyong tidak mengerti dengan pertanyaan Jaehyun, seolah pria itu merasa tidak percaya diri dengan tempat tujuannya hanya karena tempat itu sederhana. Bagi Taeyong, semua tempat itu sama asalkan nyaman.

"Selama itu bersih dan nyaman, aku tidak masalah."

Hanya dengan itu, raut khawatir di wajah Jaehyun menghilang begitu cepat.

Taeyong pikir karena Jaehyun begitu khawatir maka tempat itu berada di gang sempit atau semacamnya. Ternyata hanya kedai jajanan yang ada di Myeongdong. Taeyong sama sekali tidak memiliki rasa tidak suka terhadap tempat ini, sebaliknya Taeyong menyukainya. Dia sering sekali mampir ke daerah ini ketika masih di bangku menengah atas.

"Bingsoo di sini sangat enak." Jaehyun yang berjalan di samping menarik kursi dan mempersilakan Taeyong untuk duduk di sana dan pria itu pun duduk di seberang Taeyong setelahnya.

"Jadi kita akan makan bingsoo untuk makan malam?"

Jaehyun menggaruk tengkuknya. "Sudah lama sekali aku tidak ke sini dan tadi aku melewati jalan ke mari dalam perjalanan ke kantormu. Jadi kupikir akan menyenangkan untuk makan bingsoo bersamamu. Oh, ya, tolong satu..." Jaehyun menoleh dan mulai menyebutkan pesanannya kepada seorang pria berseragam.

Mungkin karena sebentar lagi akan memasuki Agustus dan udara pasti semakin panas, Taeyong merasakan pipinya menghangat. Taeyong menyentuh kedua pipinya dengan tangannya.

"Kenapa?" Jaehyun yang selesai memesan menatap Taeyong khawatir. Taeyong menggeleng dan matanya bertabrakan dengan manik Jaehyun. Saat itu, rasanya Taeyong ingin bersembunyi dari Jaehyun, seolah dia baru saja melakukan dosa terhadap pria ini.

"Ekhm, t-tidak apa, hanya sedikit kepanasan."

"Apa kurang dingin di sini? Pendingin ruangannya menyala. Tunggu sebentar, biar kuminta mereka untuk menurunkan suhunya."

Kepala Taeyong langsung ambruk ke atas meja begitu Jaehyun menjauh. Taeyong rasa dia baru saja merona tadi. Dia merona... hanya karena Jaehyun berkata akan menyenangkan untuk makan bingsoo bersamanya? Taeyong mengangkat kepalanya dan menutup wajahnya dengan tangannya.

Dasar gila.

"Apa sudah lebih baik?"

Taeyong menjauhkan tangannya dan berpura-pura memerbaiki posisi duduknya. Setelah mengumpulkan keberanian, Taeyong menatap Jaehyun srraya mengangguk. "Ya, sudah lebih baik."

"Syukurlah."

"Apa kau sering ke sini?" Taeyong berusaha memulai topik lain.

"Hm... dulu, tapi tidak begitu sering. Setiap kali aku ke sini, aku selalu berkunjung ke kedai bingsoo ini."

Taeyong mengangguk-angguk kecil. "Aku sering ke sini, tapi sama sepertimu, dulu. Yang selalu kukunjungi adalah kedai toppoki yang dulu ada di pinggir jalan menuju ke sini. Namun, setelah bibi yang berjualan meninggal, kedai itu tutup."

"Oh? Aku penasaran kenapa kita tidak pernah bertemu di sini."

Taeyong mengendikkan bahunya. "Mungkin sudah takdir."

Taeyong rasa tidak ada hal lucu atau pun hal yang patut diberikan senyum, tapi Jaehyun mengulas senyumnya begitu lebar. Taeyong menyentuh wajahnya, mungkin ada noda atau sesuatu.

"Ah, tidak ada apa pun di wajahmu. Aku hanya teringat sesuatu."

Taeyong pun berhenti mengusap wajahnya.

"Apa kau perlu petunjuk?"

Dahi Taeyong berkerut kecil. "Maaf?"

"Petunjuk untuk hal yang ingin kau ketahui."

Taeyong diam untuk menimbang. Jaehyun bilang dia tidak akan berbohong, tapi tidakkah menerima petunjuk akan mengurangi harga dirinya? Mungkin butuh waktu lama, tapi Taeyong yakin dia pasti akan mengetahuinya.

"Tidak perlu." Taeyong menjawab.

"Apa kau yakin, Taeyong-ssi?"

Taeyong mengangguk sementara senyum di wajah Jaehyun bertambah lebar.

"Aku sangat menanti jawabanmu."










Ocean Deep [JaeYong] ✓Where stories live. Discover now