T-16

1K 187 7
                                    

"Terima kasih, Lee Biseo. Maaf karena merepotkan."

Taeyong mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan ponselnya di sampingnya. Hari keempatnya bekerja di rumah sedikit menyebalkan. Taeyong hanya bisa mengandalkan Lee Biseo untuk mengurus hal yang perlu ditangani secara langsung. Lee Biseo sangat bisa diandalkan, tapi Taeyong lebih senang jika dia mengontrol semuanya secara langsung.

Taeyong melirik lorong menuju kamar Jaehyun. Sejak terakhir mereka berbicara, Jaehyun belum pernah berbicara lagi kepadanya. Taeyong pikir mungkin Jaehyun sibuk atau semacamnya karena suaminya itu tidak menampakkan diri. Namun, pria itu masih bisa menyempatkan diri untuk memasak walau Taeyong tidak tahu kapan pria itu memasak karena Jaehyun tidak hadir ketika dia makan. Bahkan halaman yang belum sempat Taeyong bersihkan sudah bersih ketika Taeyong hendak membersihkannya.

Taeyong pikir mungkin dia terlalu banyak mengurung diri di kamar. Jadi hari ini Taeyong memindahkan tempat bekerjanya ke ruang tamu. Namun, sampai siang ini, Taeyong tidak mendapati Jaehyun sama sekali.

Taeyong ingin menghampiri pria tersebut, tapi dia masih merasa sedikit kesal akibat kali terakhir. Namun, Taeyong khawatir, bagaimana jika Jaehyun ternyata sakit?

Taeyong menggigit bibirnya dan mengetukkan telunjuknya di atas pahanya. Jika dia mendatangi Jaehyun itu tidak akan apa-apa bukan? Taeyong memang masih sedikit kesal, tapi dia harus melihat Jaehyun untuk memastikan pria itu baik-baik saja.

Taeyong berjalan dengan cepat, kemudian berhenti di depan pintu kamar Jaehyun. Dengan pelan dia tarik daun pintu di depannya dan mendorong pintu itu perlahan. Taeyong mengintip terlebih dahulu untuk memastikan pemilik kamar ini ada di dalam.

Ranjang hitam Jaehyun tampak berantakan, tapi Taeyong tidak ingin mempermasalahkan itu untuk sekarang. Yang tepenting adalah sang pemilik ranjang yang tertidur di atasnya.

Taeyong masuk tanpa menciptakan suara, bahkan dia menahan nafasnya tanpa sadar ketika berada tepat di samping ranjang Jaehyun. Tangannya dengan hati-hati menyentuh dahi Jaehyun dan Taeyong pun menghela nafasnya lega begitu tidak merasakan panas yang berlebihan.

"Taeyong-ssi?"

Taeyong yang terkejut secara refleks menarik tangannya dan berjalan mundur begitu cepat. Matanya yang terbelalak menatap Jaehyun yang menatapnya.

"Kau... kau ke mari, Taeyong-ssi?"

"K-kupikir kau sakit." Taeyong menegakkan tubuhnya dan menyembunyikan kedua tangannya di belakang tubuhnya.

"Ah? Ini sudah pagi? Aku lupa—"

"A-aku sudah sarapan tadi. Oats."

Jaehyun yang setengah bangun menghela nafasnya lega dan kembali berbaring sebelum kemudian kembali bangun. Matanya menatap lekat Taeyong yang berdiri cukup jauh darinya.

"Pasti Taeyong-ssi marah padaku."

Taeyong mengendikkan bahunya. "Hanya sedikit kesal. Kupikir seharusnya kita berbagi semuanya karena kita ekhm, sudah menikah dan sudah menjadi dekat. Namun, kau pasti memiliki alasan tersendiri. Aku sudah paham sekarang."

Jaehyun terdiam beberapa saat sebelum membalas, "Akan kutepati janjiku. Terima kasih untuk pengertiannya."

Taeyong tidak ingin berlama-lama membicarakan hal ini, jadi dia membelokkan topiknya. "Apa kau tidur larut malam?"

"Tiga pagi."

Taeyong memelototi Jaehyun. "Itu tidak bagus, Jaehyun-ssi."

"Agar semuanya cepat selesai." Jaehyun menguap, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar. "Apa... apa Taeyong-ssi tidak marah padaku karena sudah memaksa. Aku mengerti jika Taeyong-ssi marah."

Ocean Deep [JaeYong] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora