T-4

1.5K 240 3
                                    

Taeyong melirik jam tangannya dan menghela nafasnya. Lima belas menit lagi Jaehyun akan menjemputnya. Sebenarnya Taeyong ingin menunggu di lobi, tapi Lee Biseo memberitahunya bahwa hari ini jalanan mengalami kemacetan, jadi Jaehyun bisa saja terlambat.

"Hoejangnim, Anda tampak gugup."

Taeyong menatap sekretarisnya dengan canggung. "Aku akan pergi dengan Jaehyun."

Mata sekretarisnya yang membulat menunjukkan bahwa pria itu terkejut. Taeyong tidak menyalahkan Lee Biseo. Sekretarisnya itu tahu seberapa minim interaksinya dengan Jaehyun, bahkan Taeyong pun masih tidak bisa percaya dengan kenyataan ini.

"Sepertinya hubungan Anda dengan Tuan Jung semakin baik."

Taeyong menghela nafasnya. "Aku tidak tahu ulang tahunnya."

"Maaf?"

"Dia tahu ulang tahunku, tapi aku tidak tahu ulang tahunnya. Yah, dia sudah memberitahuku kemarin dan ternyata sudah lewat. Hahahaha." Taeyong tertawa hambar.

Lee Biseo memandangi atasannya seperti dia baru saja menemukan fakta baru tentang dunia. Rasanya mengejutkan melihat seseorang yang selalu sedikit dingin kepada orang-orang bertingkah seperti ini. Mengejutkan, tapi menyenangkan.

"Jadi, apa yang akan Anda lakukan?"

"Tidak tahu. Aku malu sekali."

Lee Biseo tersenyum kecil. Ini adalah kali pertama atasannya tidak tahu apa yang harus dilakukan, juga kali pertama Lee Biseo mendengar bahwa atasannya merasa malu. Taeyong biasanya selalu penuh dengan harga diri, tapi sekarang... tidak, harga diri atasannya masih ada di sana, ini tampak seperti anak gadis yang salah tingkah.

"Tidak pernah ada kata terlambat untuk memberikan hadiah."

Taeyong menatap Lee Biseo beberapa saat seraya mengangguk-angguk kecil. Bahkan jika kau memberi hadiah setiap hari kepada seseorang, itu sama sekali tidak masalah. Memberi hadiah adalah hal yang baik dan hal yang baik tidak pernah salah untuk dilakukan.

"Maaf mengganggu, Hoejangnim."

Taeyong mengarahkan pandangannya ke pintu, seorang pria berdiri dengan sopan di ambang pintu. "Tuan Jung ada di lobi, menunggu Anda."

Taeyong memeriksa jam tangannya. Ini belum lima belas menit. Jaehyun menemukan jalan tikus atau bagaimana?

"Aku duluan, Lee Biseo."

"Semoga malam Anda menyenangkan, Hoejangnim."

Taeyong memeriksa penampilannya ketika berada di dalam lift. Tampilannya seperti karyawan yang baru saja pulang dari kantor... karena memang begitulah kondisinya. Namun, Taeyong rasa ini tidak apa-apa. Penampilan Jaehyun pasti juga tidak berbeda jauh dengannya.

Taeyong melangkah cepat menuju lobi karena tidak ingin membuat Jaehyun menunggu lama. Namun, kakinya berhenti melangkah begitu dia melihat Jaehyun yang berdiri di samping mobil.

Penampilan Jaehyun sama sekali tidak seperti Taeyong. Taeyong terlihat seperti karyawan yang dipaksa kerja rodi jika dibandingkan dengan Jaehyun.

Taeyong yakin sekali Jaehyun berangkat menggunakan setelan rapi pagi ini, tapi sekarang pria itu hadir dengan memakai kaus putih yang dibalut dengan hooded cardigan cokelat tua, celana jeans putih, sneakers putih, dan beanie berwarna cream.

Bagaimana bisa pria ini sempat mengganti pakaiannya? Tidak mungkin dia berpakaian seperti itu di kantornya bukan? Apa ayah mertua tidak marah?

"Oh, Taeyong-ssi." Jaehyun melambai ketika tatapannya bertabrakan dengan Taeyong.

Ini memalukan, sangat memalukan!

Taeyong mendekati Jaehyun. Matanya memandangi Jaehyun dari kepala hingga kaki berulang kali.

"Kita langsung berangkat atau ada sesuatu yang perlu kau urus terlebih dahulu?"

Taeyong memijat batang hidungnya sesaat sebelum membalas, "Tidakkah kau curang, Jaehyun-ssi?"

Jaehyun memberikan tatapan bingung dan Taeyong menghela nafasnya. "Pakaianmu..."

Jaehyun melihat pakaiannya. "Ah, aku pikir aku harus berganti pakaian karena ini acara kasual."

Mata Taeyong menatap kosong ke depan seraya mengangguk-angguk kecil. Benar, ini salahnya. Kenapa dia tidak berpikir seperti Jaehyun?

"Apa ada yang salah?"

"Hahahaha," Taeyong tertawa hambar. "Tidak ada, tidak ada. Ayo pergi."

Di dalam mobil, Taeyong menoleh ke luar sepanjang perjalanan—seraya berpegangan erat—, karena rasanya sedikit canggung jika dia mendapati Jaehyun bahkan walau hanya di ujung matanya, tapi akhirnya Taeyong menoleh ketika Jaehyun memanggilnya. "Taeyong-ssi. Kurasa aku membuatmu marah karena berganti pakaian."

Taeying menggeleng kecil dengan dahi berkerut. "Aku tidak marah."

"Aku akan kembali memakai setelanku setelah sampai nanti."

"Tidak perlu, tidak perlu." Taeyong membalas cepat. "Itu... aku hanya merasa seperti pekerja rodi melihat pakaianku. Tidak perlu berganti pakaian, kita hanya sebentar saja bukan?"

Jaehyun menginjak pedal rem ketika lampu lalu lintas berganti merah. Kepala pria itu menoleh ke kanan dan menyunggingkan senyumnya untuk Taeyong. "Baiklah jika itu yang Taeyong-ssi inginkan."

Setelah itu keadaan kembali hening. Mata Taeyong terpaku pada lampu lalu lintas untuk sesaat, kemudian beralih kepada Jaehyun. Lesung pipi pria itu tercetak, pria itu tersenyum.

"A-apa ada hal baik terjadi hari ini?" Taeyong bertanya.

"Ya, ada."

"Apa itu?" Taeyong bertanya dengan cepat. Setelah menyadari betapa dia terdengar begitu penasaran, dia menambahkan, "Tidak perlu dijawab jika tidak ingin."

"Aku ingin menjawab. Itu... aku senang bisa menghabiskan waktu dengan Taeyong-ssi. Ini pertama kalinya— oh, jika yang kemarin dihitung, ini kali kedua kita keluar bersama."

Mata Taeyong terpaku pada kedua manik Jaehyun.

Pria ini... senang menghabiskan waktu bersamanya? Taeyong hanya manusia sedatar papan cucian, tapi pria ini senang menghabiskan waktu dengannya?

Taeyong baru ingin membalas, tapi fokus Jaehyun kembali ke jalanan begitu lampu berubah menjadi hijau. Taeyong pun juga fokus untuk berpegangan karena seperti yang sudah diketahui, kecepatan normal Jaehyun adalah kecepatan pengendara lain ketika menyalip kendaraan lain.

Pernyataan Jaehyun membuat Taeyong meratap. Jaehyun selalu melakukan dan mengatakan semuanya kepada Taeyong seolah dia benar-benar tulus... atau pria itu memang benar-benar tulus kepada Taeyong? Jika itu benar-benar dilakukan karena ketulusan... sepertinya Jung Jaehyun terlalu polos dan baik.

"Aku juga." Taeyong berucap singkat, kemudian kembali menatap ke luar kaca.

Taeyong menyukai sikap Jaehyun. Suaminya itu selalu bisa membuatnya nyaman, walau kebanyakan waktu Taeyong harus merasa malu dan bersalah karena dia tidak mampu memberikan hal yang sama.











Ocean Deep [JaeYong] ✓Where stories live. Discover now