Acara makan malam telah usai. Dan Angga di tugaskan untuk mengantar Delia pulang dengan selamat. Memang sangat amat menyebalkan jika berada di bawah kendali seorang Delia.

"Oke. Ini aku kasih. Makasih ya, untuk malam ini Angga. Aku seneng, kamu turutin mau aku untuk gak komunikasi sama Bella," ucapnya dengan nada manja.

"Aku masuk dulu. Hati-hati di jalan ya my love."

Setelah Delia masuk. Angga cepat-cepat menghidupkan ponselnya. Membuka aplikasi WhatsApp karena ada notip pesan masuk dari sana.

+62831** : Nyokap Bella kecelakaan. Cepet ke rumah sakit jalan Mawar. Bella butuh Lo. Ini gue Reno. Jangan lupa di sve nomor orang ganteng.

Angga membulatkan matanya. Pirasatnya benar. Ada sesuatu hal yang terjadi pada kekasihnya. Angga tanpa pikir panjang langsung menancap gas dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Angga ingin segera sampai ke rumah sakit, dan ingin segera memberi kekuatan pada Bella. Angga yakin, gadis itu sangat membutuhkan dirinya saat ini.

🌑🌑🌑

"Angga, kamu mau kita ketemu di sini ada apa? Pasti kangen aku ya?"

Delia memeluk erat tubuh Angga, dari arah belakang. Semacam perlakuan hangat baginya. Namun, sebuah perlakuan menjijikan bagi Angga.

"Lepas," ucap Angga dingin.

Delia menurut. Dia menatap heran Angga. "Kamu kenapa sih? Semalam kayanya biasa-biasa aja deh."

"Lo yang bikin nyokap Bella kecelakaan kan!" bentak Angga emosi.

"Kamu apaan sih. Seenaknya nuduh aku kaya gitu! Kecelakaan apa? Aku gak paham!" ucap Delia memegang tangan Angga.

Brugh!

Angga memukul keras dinding yang ada di sana. Membuat Delia bergidik ketakutan. Aura marah yang Angga keluarkan sangatlah menyeramkan. Delia sampai gemetar.

Mereka ada di sebuah tempat sepi di daerah Danau kosong. Tak tau letaknya di mana, tapi keduanya tau tempat ini adalah tempat masa lalu mereka.

"Gak usah drama. Jawab pertanyaan gue bangsat!" bentak Angga emosi.

"A-angga, aku... Aku gak tau, aku emang benci Bella. Tapi a-aku... gak mungkin bikin orang lain celaka. Apalagi nyokap Bella. Aku gak sejahat itu Angga. Percaya Sama aku." Delia mencoba membuat Angga percaya padanya.

"Lo jahat. Dan akan tetap dinilai jahat di mata gue. Kalo terbukti Lo dalang dari kecelakaan itu. Inget ini, gue akan bikin semua orang membenci lo. Termasuk bokap sama nyokap Lo sekalipun."

"Kamu buat aku kaya gini Angga.  KAMU PENYEBABNYA! KAMU JAHAT, KAMU GAK BOLEH BILANG SAMA MEREKA!" teriak Delia memukuli dadanya sendiri.


🌑🌑🌑

Terduduk lemas di atas lantai, dengan air mata yang terus mengalir. Belum ada pertanda, bahwa dia baik-baik saja. Sekalipun dia tersenyum, luka di hatinya tetaplah sama. Bella berusaha terlihat baik-baik saja. Namun, ketika ia sendiri, maka air mata akan mengalir menemani kesendiriannya. Di sini, di kamar milik Tina, dia terus menangis. Memeluk bingkai foto yang menunjukan wajah cantik milik ibunya, Bella rindu pelukan hangat dari Tina. Tak terasa, dari semalam dia berdiam di sini, beralasan rindu di baliknya. Luka di hatinya ini, tak akan bisa sembuh dalam hitungan detik saja. Butuh waktu yang sangat Lama, untuk mengukir kebahagiaan lagi di sana. Atau mungkin, sulit membuat rasa bahagia setelah separuh hidupnya hilang selamanya.

"Mah, M-mamah ninggalin Bella. Tapi kenapa Mah? Mamah kenapa pergi. Siapa, yang akan jagain Bella. Memeluk Bella, memberi senyuman untuk Bella?"

"Bella, rasanya ingin menyerah."

Preman Kampus | SEGERA TERBIT√Where stories live. Discover now