1

27 6 3
                                    

Jatuhnya Hindia Belanda

Deretan bunga berwarna-warni menghiasi perkarangan rumah keluarga Van Rijn. Hampir seisi halaman sampai ke depan pagarnya telah dipenuhi dengan berbagai macam bunga yang menjadi makanan lezat bagi para kupu-kupu.

Semua bunga itu adalah permintaan khusus dari Patricia saat ia sedang mengandung dulu. Dan sekarang, Nala lah yang bertugas untuk menyirami bunga-bunga kesayangan Patricia setiap pagi.

Kira-kira enam tahun yang lalu, keluarga Van Rijn menemukan seorang anak perempuan pribumi dengan kebaya putih lusuh pingsan di tengah perkebunan teh mereka.

Karena kebaikan hati mereka, mereka segera membawa anak itu ke dalam rumah untuk ditangani oleh dokter pribadi mereka.

Anak itu bernama Ratna Laras, yang kemudian oleh Patricia dipanggil Nala.

Patricia menganggap Nala sebagai anak yang dikirimkan Tuhan sebagai ganti putrinya yang meninggal, sementara Johan menerima Nala menjadi bagian dari keluarganya karena menganggap hal itu merupakan kewajibannya sebagai orang yang berkecukupan untuk menolong orang lain yang membutuhkan.

Meskipun Tuan dan Nyonya Van Rijn telah menganggap Nala seperti anak mereka sendiri, Nala tetap meminta untuk diberi pekerjaan sebagai tanda balas budi. Nala pun akhirnya ditugaskan oleh Patricia untuk merawat bunga dan menemani Noah.

Nala selalu melakukan tugasnya dengan sepenuh hati. Karena itulah, saat ada satu saja bunga yang jatuh, ia akan langsung menyadarinya.

"Maaf, tuan sedang apa?" tanya Nala kepada seorang pria jangkung yang berdiri di depan pagar, yang baru saja juga menjatuhkan satu tangkai bunga mawar merah milik Nyonya Patricia.

Tatapan pria itu terarah ke dalam rumah, seperti sedang mencari-cari sesuatu, sebelum akhirnya teralihkan kepada Nala dengan sedikit kaget, tetapi kemudian dia menyunggingkan senyum.

"Oh, Halo. Apa tuan dan nyonya rumah ini ada di dalam?" dia bertanya dengan bahasa Melayu yang ramah dan sopan.

"Tidak ada, mereka belum kembali dari Batavia," jawab Nala. "Tuan ini siapa?"

Pria itu sedikit membungkuk untuk menyamai tingginya dengan Nala, "James Noterman, saya kenalan tuanmu dari Netherland,"

Satu hal yang sejak awal menarik perhatian dari penampilan pria itu adalah mata kirinya yang ditutup dengan penutup mata berwarna hitam seperti bajak laut dalam buku cerita.

Dia memiliki wajah dan postur tubuh orang Eropa, tetapi berambut serta bermata pribumi. Dari perawakannya itu, dia tampak seperti orang Indo (sebutan bagi orang-orang yang terlahir dari hasil perkawinan campur antara pribumi dengan Eropa).

Pria yang kelihatannya berusia tiga puluhan itu mengenakan kemeja putih dan dasi berwarna hitam yang dibalut rompi bersulam dengan motif ala arabeske, setelan jas hitam mewah serta celana abu-abu gelap. Tangannya memegang tongkat jalan yang terbuat dari kayu kelor hitam dengan tinggi sekitar delapan puluh centimeter lebih.

Dia lebih tinggi dibandingkan tuan Johan dan entah mengapa wajahnya terlihat tidak begitu asing bagi Nala.

"Tolong berikan ini pada tuanmu nanti, bedankt," kata pria itu, menyodorkan sebuah amplop putih ke tangan Nala. "Goedemorgen, Noni," katanya, lantas berjalan pergi begitu saja setelah Nala menerimanya.

Nala mengangguk kikuk karena pria bernama James Noterman itu memanggilnya dengan sebutan 'Noni'. Mungkin karena Nala mengenakan pakaian Eropa.

Sejak tinggal bersama keluarga Van Rijn, Nala bukan hanya dibiarkan mengenakan pakaian Eropa saja, tetapi dia juga diajarkan bahasa Belanda, membaca dan menulis serta dikenalkan pada agama Kristen.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Jun 29, 2022 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

RONALOKAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum