Tergoda

30.6K 1.3K 10
                                    

Author minta vote nya dong. Yuk jadi pembaca yang aktif. Vote gratis tapi buat penulis sangat berarti (hehehe). Thank you

























Adeline melangkahkan kakinya menuju area taman belakang.

Tidak ada yang dia bisa dia lakukan di dalam mansion. Maka dari itu Adeline memutuskan untuk mengunjungi taman belakang sembari menjernihkan matanya karena sudah bosan melihat sosok Kendrick yang ada di dalam mansion.

Kaki yang dibalut oleh Hermes oran sandal itu berhenti kala matanya mendapatkan seorang pria besar yang menggunakan setelan jas sedang menatapnya dengan tatapan datar tapi terlihat mengerikan.

Adeline kenal orang itu. Dia Denio, sekretaris pribadi Kendrick.

Adeline menggerakkan kepalanya, berusaha merilekskan ototnya yang tegang. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Adeline mencoba mencairkan suasana.

Denio menelan salivanya dalam. Suara lembut Adeline berhasil menggoncang pertahanan Denio. Untung saja dia masih ingat siapa itu Adeline, wanita milik Kendrick, bosnya.

Pria mana yang tidak menyukai sosok Adeline? Wanita dengan kulit putih bersih, mata cokelat terang, alis rapi tanpa bantuan pensil alis, buah dada yang kencang, tubuh sintal, terlebih bokong bulat penuh. Sungguh sangat menggoda. Adeline seperti jelmaan bidadari. Pantas saja Kendrick betah mengurung Adeline dalam dekapannya, menungganginya sembari meneriakkan nama Adeline.

"Saya hanya mencari udara segar, Nyonya," jawab Denio dengan suara berat terkesan formal.

Adeline menghela nafasnya, Denio sama seperti Kendrick. Tidak ada bedanya. Denio dan Kendrick benar-benar pria yang sangat tampan, terlebih badan bagus yang mereka miliki. Meskipun demikian, jika disandingkan, dengan berat hati Adeline memilih Kendrick.

Pria bermata biru itu sesuatu yang tidak dimiliki oleh pria lain. Entahlah, Adeline tidak bisa menjelaskan sesuatu apa itu.

"Ayo duduk," ajak Adeline yang kemudian duduk di kursi taman, menyilangkan salah satu kakinya. Mendongak, lalu mengarahkan alisnya yang menyatu ke Denio.

"Tidak perlu, Nyonya. Saya berdiri saja," sahut Denio tanpa ekspresi sama sekali.

Adeline mengangguk, tidak ingin mempermasalahkan hal itu. "Boleh aku tanya?"

"Boleh, Nyonya." Denio sedikit terkejut ketika Adeline meminta izin kepadanya. Padahal, tanpa bertanya pun, Denio pasti akan menuruti setiap perintah atasannya.

"Kau sudah lama bekerja dengan Kendrick, sedangkan aku adalah orang baru. Bahkan, pekerjaan aku itu lebih berat darimu ... aku hanya masih bingung tentang sifat Kendrick. Kadang dia bersikap baik, kadang juga bersikap jahat. Padahal aku rasa tidak ada yang salah," kata Adeline panjang lebar sambil menatap tanaman di depannya dengan raut wajah yang sedikit tertekuk.

Untuk melancarkan aksi tersembunyinya, Adeline harus tahu dulu bagaimana sifat Kendrick.

"Tuan Kendrick sebenarnya baik, Nyonya." Suara itu berhasil menarik pandangan Adeline. Dia menatap fokus Denio, seakan merasa tertarik dengan pembahasan kali ini. "Nyonya hanya cukup melakukan tugas Nyonya saja dengan baik, dan jangan pernah buat Tuan Kendrick marah besar. Semakin Nyonya memanjakan Tuan Kendrick, maka Tuan Kendrick akan bersikap baik kepada Nyonya."

Adeline mengangguk paham, ia menelan semua kalimat Denio dan menanamnya dalam kepalanya. "Lalu kau menganggap aku seperti wanita apa?" tanya Adeline. "Kau juga tahu apa sekarang posisiku di sini."

"Saya menganggap Nyonya sebagai wanita pada umumnya," jawa Denio dengan datar. "Kalau saja Tuan Kendrick sudah bosan, pasti aku akan menjadikan Nyonya sebagai istri saya. Tapi tidak mungkin," sambungnya dalam hati.

My Beautiful Adeline (INDONESIA)Where stories live. Discover now