Bagian 72

78 5 0
                                    

"Sepatu balet?"

"Bandana?"

"Baju ganti?"

"Oh, apa lagi yaaa?" Judy bergumam sendiri sembari memperhatikan barang-barang yang akan dia bawa di pentas seni nanti. Tidak di sangka penantian panjang itu datang hari ini. jantungnya bermain-main sedari dua jam yang lalu. ia begitu mempersiapkan segalanya—termasuk obat-obatan yang akhir-akhir ini sedang dia konsumsi. Ia melirik jam dinding yang tengah menunjukkan pukul 6 pagi.

Bel intercom apartemen tiba-tiba berbunyi. Judy berlari kecil untuk membukanya. Rupanya itu adalah Alaia. Judy meminta Alaia untuk masuk, sedangkan dirinya kembali disibukkan dengan hal yang belum terselesaikan. Alaia mengikutinya masuk ke dalam dapur. Di atas meja makan, sudah tertata beberapa kue dan minuman yang Judy sengaja persiapkan untuk anak-anak didiknya. Guru yang baik, bukan? Alaia tanpa basa-basi membantu Judy untuk memasukkan semua makanan dan minuman itu ke dalam tas besar.

Judy datang sembari menggenggam pengencang rambut. Alaia melemas, memandang Judy datar.

"Judy, kau tak perlu..."

"Oh, diamlah, Dean! kau terlihat buruk dengan rambut itu. Sekarang, duduklah, aku akan merapikannya sedikit. Ohya, di mana Alexa?"

"Dia di rumah Alex semalam, menginap. Alex akan membawanya ke sekolah dengan Sean." ketika nama Sean disebut, Judy tiba-tiba terdiam. Judy tak lagi mengatakan apapun, dan segera menyelesaikan apa yang dia lakukan dengan rambut Alaia. Lima belas menit berjalan dengan baik. rambut Alaia telah tertata rapi. Kedua wanita itu akhirnya pun siap untuk berangkat.

Judy dan Alaia saling memuji tampilan masing-masing.

"Kau akan melakukan yang terbaik, Judy!"

"Ya, kau juga Mama Alaia!" jawab Judy yang tampak sedang menggoda. Keduanya segera bergegas, Judy mengunci pintu apartemennya, di sambung dengan Alaia yang membantunya membawa barang bawaan Judy.

***

Sean menutup matanya beberapa detik, lalu membukanya kembali. ia melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin itu. keringatnya mulai bermunculan. Ia tak mengerti kenapa dia bisa begitu gugup seperti ini. sedari tadi, dia terus memperhatikan ponselnya, melihat jam yang tertera, dan sampai sekarang ia belum melihat kedatangan Judy.

Sean kembali terfokus sesaat dia mendengar suara percakapan seseorang. Ia menoleh, dan mendapati Chase dan Adrian. Keduanya menyapa Sean. Chase menepuk pundak Sean, memberikan semangat untuk Sean yang tidak terlalu gugup bahkan ketakutan, bagaimana tidak—jika Judy—kekasihnya belum juga datang. Chase dan Adrian mengajaknya untuk kembali ke aula. Membuat Sean lebih baik tidak akan sulit.

Ketika berjalan menuju Aula, Sean mendengar beberapa siswa menyebut nama Judy. telinganya yang tajam segera tersorot kemana dia mendapatkan sumber suara itu. saat itu juga, matanya seakan terkunci oleh sosok Judy yang sedang tersenyum sembari memandang beberapa siswa yang menyambutnya.

Chase dan Adrian saling melemparkan pandangan. "Yeah, sekarang dia bahkan tidak bisa berkedip. Sean, kau ingin kami meninggalkanmu atau..."

"Chase!" seorang memanggil Chase begitu lantang. Chase mengenal suara itu, siapa lagi kalau bukan Alanis. rupanya, Chase pun harus pergi, di susul dengan Adrian yang memilih pergi bersamanya. Sean masih berdiri di pijakannya, entah dia menyadari kedua kawannya itu sudah meninggalkannya atau tidak—itu tidak lagi menjadi masalah baginya.

"Bibi Judy!" teriakan yang berasal dari gerbang membuat perhatian Sean teralihkan lagi. dia melihat Meagan dan Alexa yang tengah berlari dari gerbang menuju halaman hanya untuk menghampiri Judy dan Alaia yang ada di hadapannya. Dia juga melihat Alex, James dan Danielle yang berjalan di belakang kedua gadis itu.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesWhere stories live. Discover now