"Jadi, bagaimana?" Alex menyorot semua mata yang memandangnya.

Alaric terdiam sejenak. Ia memandang William yang sama halnya sedang memperhatikannya. Anggukan mulai terlihat pada William, sedangkan Alaric, segera menepis pandangannya lalu memperhatikan Alex. setelah menunggu jawaban yang cukup lama, akhirnya Alaric membuka suara.

"Ya, tentu. Apa pun yang membuat kalian bahagia, aku akan menyetujuinya,"

Alex mendengus, senyuman merekah di bibirnya. Ia memeluk Alaric dan William bersamaaan. Alaric mengelus punggung Alex dengan rasa bangganya. Setelah pelukan itu terlepas, Alexa muncul dari balik tirai ruang tamu. Alex, Alaric dan William memincingkan matanya ketika melihat Alexa yang terlihat lebih rapi. Alaia menyorotkan pandangannya pada Alex yang seketika memperhatikannya.

"Aku ingin menginap di rumah Meagan, dan aku meminta Mama untuk mengizinkanku, tapi sepertinya Mama terlalu takut. Jadi aku ingin Daddy mendukungku," semua mata terkesiap, tidak ada yang bisa mengalahkan Alexa dalam hal ini.

"Kau menginap untuk semalam?" tanya Alaric.

"Satu minggu penuh." Jawab Alexa sembari tersenyum menggoda. Alaia membulatkan matanya, lalu berjalan menghampiri Alexa. "Sayang, kau berjanji..."

"Mama, aku hanya bercanda. Aku tahu kau tidak akan membolehkanku berlama-lama. Tenang, aku akan menuruti apapun yang kau katakan." Ujar gadis itu sembari memegang pergelangan tangan ibunya sembari mengelusnya. Alaia tak dapat menahan tawanya karena perlakuan Alexa itu. Alaia lalu memeluknya sembari berlutut di hadapan Alexa.

"Jangan macam-macam. Jaga dirimu baik-baik, dan jangan merepotkan siapapun."

"Alaia, kau bercanda?" protes William.

"Apa? Memangnya ada yang salah dengan perkataanku?" Alaia menggerutu. Dan sepertinya semua orang tampak memandangnya datar.

Kecuali, Alex yang hanya mengembangkan senyumannya. Ia tak lagi bersuara, ia mengambil tas ransel Alexa dari tangan Alaia, lalu mengecup keningnya.

"Semuanya akan baik-baik saja." Ucapan sederhana itu mampu membuat hati Alaia seketika bergetar.

William dan Alaric hanya saling melemparkan pandangannya satu sama lain. Alexa dan Alex segera bergegas. Alaia mengantar sampai di depan rumah. Kecemasan mulai menyelimuti hati Alaia.

Ada rasa di dalam dirinya untuk tidak lumemperbolehkan Alexa untuk menginjakkan rumah itu. namun, itu bukan pertama kalinya. Alexa pernah ke sana, dan terakhir kali dia berada di sana, situasinya tidak begitu baik.

Mungkin itu karena Alexa belum mengenal Alex sebagai Ayahnya. Sesaat keraguan itu hilang setelah perkataan Alex kembali terngiang di kepalanya.

Ya, semuanya akan baik-baik saja. Janji yang mungkin saja selalu bisa di lakukan oleh Alex tanpa harus meletakkan rasa ragu.

Di ujung jalan keluar rumah, Alexa masih melambaikan tangannya pada Alaia. perlahan bayangan mobil Alex menghilang dari pandangannya. Ada kesunyian yang melandanya begitu saja. Ia tak ingin bersedih karena itu. ia kembali masuk ke dalam rumah. William tampak berdiri di hadapannya sekarang.

Alaia memperhatikannya sembari tersenyum geli. "Ada apa?" tanya Alaia penasaran. William lebih mendekatinya, kini ini memegang kedua pundak Alaia, dengan rasa bangganya, William sampai harus merelakan air matanya terjatuh. Alaia mulai kebingungan.

"Will, ada apa? Kenapa kau menangis?"

William mendengus sembari menyeka air matanya. ia membuang pandangannya sejenak pada Alaia. ia hampir tidak bisa bicara. Ia tahu, terkadang hatinya begitu lemah jika sudah bertatap mata dengan adiknya sendiri. Di beberapa bulan ini, banyak hal yang ia dapatkan, banyak hal yang mengubah hidupnya, hidup Alaia.

When I'm Gone (Completed) | Love SeriesМесто, где живут истории. Откройте их для себя