Píláo de?

664 122 83
                                    

suasana antara ketiga orang tersebut sangat kaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

suasana antara ketiga orang tersebut sangat kaku. lebih tepatnya dingin.

renjun menatap dua minuman di depannya yg semakin lama semakin banyak titik² air di luarnya.

"kau benar benar tak ingin tinggal denganku?"

"dengan segala hormat tidak tuan, saya masih bisa menghidupi kehidupan saya dan ibu"

pria paruh baya tersebut menghela nafas.

"renjun, saya tau sikap ibumu itu seperti apa. dia gila. dia tak akan peduli padamu barang se jentik pun"

"keseksian kalinya saya bilang, ibu saya tidak gila. dan ibu saya memiliki rasa peduli"

"peduli seperti apa? bahkan dia mencari uang untuk kehidupan anak nya dengan cara yang menjijikan"

renjun menggigit bibir bawahnya.

"lagi pula ibumu juga akan mati sebentar lagi"

renjun menatap dalam penuh kebencian pada dua orang di depannya. matanya memerah entah menahan amarah atau tangis.

"jeno"

bibirnya kembali terkatup setelah suara lembut membuat semua atensi tertuju padanya.

jaemin menatap bingung ketiga orang tersebut.

renjun meremat tangannya. dia berdiri serta kembali menatap dua orang di depannya

"anda dan anak anda benar benar sama saja. saya katakan pada anda. saya tidak mau lagi berurusan dengan kalian, lagi pula saya bukan bagian dari keluarga anda"

renjun menarik jaemin keluar dari cafe.

.

"kenapa kau diam"

jaemin menoleh pada renjun, namun kembali menunduk menatap sepatunya.

"tidak"

renjun menghela nafas

"jaemin, aku suka padamu"

jaemin menatap renjun dengan mata membola. bibirnya kelu untuk mengatakan sesuatu, sampai renjun terkekeh layaknya mendengus

"benar. mana mungkin kau akan menerima orang seperti ku. pastinya kekasihmu lebih baik"

"njun, nana tidak begitu"

"lalu?"

jaemin terdiam, memainkan jarinya gugup.

"nana suka jeno, tapi bukan berarti nana tidak suka njun. t-tapi rasanya memang berbeda"

renjun tersenyum miring

"benar. punya dosa apa kau sampai harus menerimaku"

jaemin menatap renjun tidak percaya

"a-apa maksudmu"

"pergilah"

jaemin menggigit bibirnya, lantas memilih pergi dari halte sesuai perintah renjun.

renjun menatap kosong jalanan. membuat pikirannya kembali kepada tadi pagi

.

tubuh renjun tertarik menuju ruang makan atas paksaan jimin.

wanita tersebut bersedekap menatap sang anak yg hanya terdiam.

"aku akan menikah dalam waktu dekat jadi siapkan uang"

renjun menatap jimin bingung

"tidak"

"apa kau akan membiarkanku mati?"

renjun terperanjat

jimin melempar kertas pada pemuda manis tersebut. mata sembab tersebut membaca tiap deretan kalimat membuat matanya memerah dan lantas meremat kertas tersebut.

netranya menatap sang ibu yang masih kuat berdiri padahal jelas tertulis bahwa penyakit kanker nya sudah sampai di stadium akhir.

"kenapa ibu diam saja"

jimin berdecak

"untuk apa aku bilang padamu. lebih baik kau mencari uang sana. apa kau ingin melihat ibu mu di tutupi tanah?"

"renjun pasti akan membuat ibu sembuh. renjun mohon ibu istirahat, jangan bekerja lagi"

pemuda manis tersebut mendekat berniat untuk memeluk sang ibu. namun dorongan kecil yg dia dapat dan decakan sebelum wanita tersebut pergi dari hadapannya membuat hatinya nyeri.

.

renjun terlihat lega setelah sambungan telefon terangkat.

"renjun?! ada masalah?"

"kau dimana"

"aku di kelas"

"apa kau belum pulang"

"pelatih basket sedang memberi penjelasan. ada apa?"

"kenapa mengangkat telfon ku. harusnya kau fokus"

"aku sudah pintar jadi tak perlu mendengarkan"

suara gaduh di seberang membuat renjun sedikit menjauhkan ponselnya

"tunggu, aku akan latihan. aku nanti menemuimu, kumohon tunggu di cafe"

.

renjun menatap gerbang hitam yg setengah tertutup. matanya melirik pada pos satpam yg sepi, lantas membuka perlahan gerbang.

kakinya melangkah di lorong gelap tersebut sampai dirinya berada pada lapangan, tempat besar tujuannya.

bibirnya tersenyum melihat 2 orang yg berebut bola, sampai salah satunya berhasil memasukkannya pada ring.

jisung mengambil tasnya lantas menepuk bahu guanlin.

"berikan nomor sepupumu. aku pulang dulu"

tubuh jisung terlonjak mendapati renjun yg berdiri di luar lapangan

"hyung mengagetkan saja. guanlin disana, aku pamit dulu"

guanlin menoleh, sedikit terkejut mendapati renjun.

"ap-"

tangan guanlin refleks membalas pelukan pemuda manis tersebut. kepalanya menunduk menatap yg lebih pendek darinya tidak bergeming sedikit tpun.

"renjun? apa yang terjadi?"

.

tadi malem kalau nda salah saya ketiduran(>0<;)

apakah chap ini rada bikin bingung dan beda??

terimakasiii sudah bacaa❤️

terimakasiii sudah bacaa❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[ Xīwàng ] guanrenWhere stories live. Discover now