Ada apa dengan hatiku yang berdebar tidak karuan sekarang.

Tatapan itu seolah melelehkan hatiku dalam sekejap. Matanya menatapku dengan tatapan lembut, jenis tatapan yang hanya bisa kulihat dari mata ibuku kini kulihat dimata seorang pria berjulukan iblis milik Gordon.

"Kau ingin turun?" aku mengangguk dan ia mulai mengangkat tubuhku seperti mengangkat helai bulu dari atas kuda. Apa aku seringan itu? Pikirku. Aku tahu pria itu dua kali lipat lebih besar dariku, tubuh kekarnya yang tersembunyi dibalik jubah itu tidak bisa dibandingkan dengan tubuhku yang kecil saat bersamanya.

Aku diam mematung setelah
Ia menurunkanku dari atas kuda, tatapanku terus memperhatikan dirinya yang tengah sibuk memuntun kuda miliknya di dekat sebatang pohon sakura yang kuyakini hanya ada satu-satunya dihamparan luas padang penuh bunga disini.

Setelah selesai dengan kegiatan ikat mengikat, tubuh kekar itu berbalik mengarah padaku yang tengah berdiri canggung.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu!" ucapnya yang membuatku langsung terserang perasaan tidak nyaman. "Bukan begitu My Lord, saya hanya merasa... canggung."

Aku tidak tau ada apa dengan keterdiaman dan tatapan intensnya padaku sekarang, entah ia mencium bau-bau kebohongan dari ucapanku barusan atau kini sedang merencanakan suatu penyiksaan pada gadis jahat sepertiku.

Seketika aku menyesali segala perbuatan jahat yang telah kulakukan selama ini, mulai dari seringnya keikutsertaanku dalam kegiatan gosip-menggosip, sering mengumpat pada orang lain, berkelahi dengan Bianca, dan selama ini aku juga selalu menjadi pendukung setia Yulia Yoark salah satu sahabatku dalam melakukan aksi jahatnya pada putri seorang Earl dalam memperebutkan perhatian Putra Mahkota. Ahh, seketika ingatanku terbayang akan kejadian sebulan yang lalu, dimana di pesta minum teh Lady Joana, kami berempat aku, Debora, Yulia dan Shana melakukan aksi dimana kami dengan sengaja menjebak gadis bernama Clara itu hingga terjebak di sebuah kandang anjing milik keluarga Joana.

Betapa jahatnya aku, dan baru kali ini aku menyesali segala perbuatan yang dulunya selalau kusukai itu.

Aku memberanikan diri mengangkat kepala untuk menatap matanya. Dan betapa terkejutnya aku ketika mendapati seulas senyum dari bibirnya.

Entah aku yang buta atau tidak pernah menyadari pesona dari lelaki didepanku ini sebelumnya? dimana senyum itu terlihat sangat manis dan menghangatkan saat dilihat, seolah ada magnet yang membuat mata tak ingin cepat berpaling melihat guratan bibir sexy nan penuh itu terangkat hingga bisa kulihat matanya pun turut tersenyum sekarang.

Apa itu sebuah senyum tanda bahaya?

Aku menelan ludah dengan susah payah dan hendak berkata. " Ap..."

"Aku hanya ingin kau menemaniku disini!" ucapnya memotong ucapanku.

Aku bingung dengan maksudnya, namun mulutku seolah terkunci dan kehabisan kata-kata sekarang. Ia mengulurkan tangannya dan kusambut dengan rasa hormat, namun tak bisa menutupi ketakutanku pada si pria berjulukan Iblis ini.

Ia menarik lembut telapak tanganku agar mendekat kebawah pohon sakura tempat ia mengikat kuda miliknya tadi. Lalu menghamparkan jubah hitam miliknya diatas rerumputan dan menuntunku duduk diatasnya.

Dari atas bukit ini kami bisa melihat hamparan luasnya padang penuh bunga, di bukit sebelah kiri kami dipenuhi hamparan bunga lavender dan bunga semak berwarna putih kecil, di bukit kami berada sekarang terdapat beberapa lavender juga, namun tidak sebanyak di bukit sebelahnya, juga ada beberapa bunga matahari, semak mawar dan berbagai bunga liar lainnya yang tidak kuketahui namanya. Sejauh mata memandang semuanya tampak sangat indah dan menakjubkan. Tanpa sadar aku tersenyum sambil menghirup udara segar yang penuh dengan keharuman bunga dimana-mana.

"Kau menyukainya?"

Aku menoleh saat kudengar suara berat pria itu memenuhi telingaku. Ternyata ia kini sudah sangat dekat denganku dan jika aku bergerak menoleh sedikit saja kearahnya, mungkin aku akan langsung mencium wajahnya.

"A..ah iya aku menyukainya!" jawabku terbata-bata karena gugup. Jantungku memompa dengan cepat sekarang dan kurasa udara yang masuk ke paru-paruku mukai sesak.

"Sudah lama aku menantikan hari ini terjadi." lelaki itu kini menatap kedepan dan aku bisa bernapas lega.

"Huh?" aku tahu pilihan kataku itu tidak sopan, namun saat menyadari kejanggalan ucapannya aku sontak bereaksi demikian.

Aku mengalihkan pandanganku kearahnya yang ternyata juga kini berbalik menatap lekat kedalam mataku. Bisa kurasakan seolah mata tajam itu menyelam kekedalaman mata penasaranku.

" Kau..." katanya sesaat sebelum terdiam.

.
.
.
.

"...Aku selalu menantikan saat-saat hanya berdua bersamamu, Hana!" lanjutnya, seketik membuatku terpaku.

"Membayangkan kau bertunangan dengan pria berengsek itu cukup membuatku terpukul, dan membayangkan bila kau menikah dengannya mungkin aku sudah akan gila.." aku masih terdiam mematung dan membisu sambil mencerna kata-katanya yang diluar dugaanku itu.

"Kau tahu? Betapa bahagianya aku saat mendengar bahwa kau memutuskan pertunangan kalian karena pria itu berkhianat. Saking senangnya, aku bisa menyelesikan perang di lembah Loulan dalam semalam dan berusaha menyelesaikan perang secepat mungkin agar bisa pulang dan segera bertemu denganmu.."

Aku tidak tahu, ia berkata jujur atau sedang berbohong padaku. Namun, air mataku tak kuasa menahan diri untuk keluar karena luapan perasaan aneh yang memenuhi hatiku sekarang.

Katakan padaku, apakah ini mimpi?

Tangan besar itu menangkup wajahku yang tampak kecil ditelapaknya, jemari kasarnya mengusap air mata yang menetes di kulit wajahku dengan lembut. Aku meraskan kehagatan menjalari hatiku sekarang.

Dalam bola mata hitam pekat itu aku bisa melihat pantulan wajah jelekku tengah menangis haru disana. Entah kenapa menyadari bahwa hanya ada aku satu-satunya dimata itu membuat perasaanku membuncah senang.

"Hana....."

Apa?

"Aku menyukaimu.."

Mataku langsung membulat terkejut dengan pernyataannya itu.

"Kau.. Ap..."

"Ah tidak-tidak, bukan! Aku tidak hanya menyukaimu, kurasa sekarang aku..... Mencintaimu."

Bukan hanya mataku yang berekspresi aneh sekarang, kurasa mulutku juga sudah jatuh dan membuka dengan tidak anggun, aku menganga karena pernyataannya.

Cup

Bibir seksi dan tampak penuh itu barusan mengecup bibirku. Ohh Astaga demi Dewa-Dewi, aku...aku sepertinya akan pingsan sekarang!

Tolong!

.
.
.

🌼🌼🌼

To Be Continue...

Silahkan Vote!!!
👇👇

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: May 16, 2021 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Man In LuvOnde histórias criam vida. Descubra agora