⚜05. Mandi Berendam Tak Basah

Start from the beginning
                                    

"Monyetnya sekarang ada di samping Kakak cantik! Dia bertubuh besar, dengan dua lesung pipi! Lihat saja di dalam air," balas Dino dengan tawaan kecil.

Angel melirik ke arah bayangan di dalam sungai. Dia hanya melihat sosok Ucup yang berada tepat di sampingnya. Setelah itu, Angel melirik ke arah Ucup yang tengah memelotot ke arah Dino. "Jadi Dino pikir, Papa itu monyet?!"

"Kalian berdua mirip. Papa mirip monyet," celetuk Dino.

"Kau ingin Papa gelitiki sampai menangis, hmm?!" ancam Ucup.

"Selamatkan Dino, Kakak cantik!" Dino langsung melingkarkan tangannya pada leher Angel. Angel tersenyum, dia langsung membalikan tubuhnya, supaya membelakangi Ucup. Angel sengaja menjauhkan Dino dari sang ayah.

Ketika Ucup ingin menggelitiki perut anaknya. Tiba-tiba Angel dan Ucup berhenti bergerak. Mereka melirik ke arah belakang. Tepat di sana, terdapat beberapa warga yang menyeret paksa seorang wanita.

Penampilan wanita itu begitu memprihatinkan. Pakaiannya kotor, dengan beberapa bagian tubuh yang lecet. Selain itu, rambut panjangnya tergerai berantakan, dengan air mata yang membasahi pipi. Sembari menangis, wanita itu berteriak, "Jangan jadikan aku tumbal!"

"Tolong! Siapa pun tolong aku!"

"Aku bukan penjahat! Aku tidak ingin mati!"

"Tolong!"

"Jangan serahkan aku kepada malaikat maut! Aku masih ingin hidup! Tolong! Kumohon lepaskan aku!"

Suara teriakan dan tangisan sang wanita, malah membuat orang-orang itu semakin kasar. Mereka menyeret tubuhnya, sesekali memberinya tamparan di pipi. Tak ada rasa kasihan sedikit pun. Pikiran mereka hanya tertuju pada cara melenyapkan wanita ini.

"Dasar pendosa! Orang sepertimu tak pantas hidup! Lebih baik kau mati! Kami semua akan menyerahkanmu pada Malaikat Maut! Supaya desa ini kembali menjadi tenang dan damai!"

"Ayo siksa saja, jika dia tidak mau menurut!"

"Wanita ular! Pendosa! Tukang selingkuh! Menjijikkan!"

Keadaan menyedihkan si wanita membuat hati Angel terenyut. Angel tak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Namun, Ucup tiba-tiba menaruh kotak bekal di atas tanah. Pria itu langsung berlari untuk menolong wanita itu.

"Perlakuan Anda sudah sangat melewati batas, Tuan. Apa Anda tidak melihat, jika kondisi wanita ini sangat parah? Di mana rasa kemanusiaan Anda?" tanya Ucup.

"Rasa kemanusiaan?! Hah! Wanita pendosa sepertinya bukan manusia! Dia tak pantas diperlakukan seperti manusia! Jangan ikut campur! Kau tak tahu, kesalahan apa yang sudah dia lakukan!" gerutu pria itu, kemudian mencoba melepaskan pegangan tangan Ucup pada tangannya.

Namun, Ucup tak mau melepaskan pegangan tangannya. Dia tersenyum, dia memandang ke arah pria itu, sebelum memperingatkan, "Seberat apa pun kesalahan yang dia lakukan. Ada hukum yang berlaku untuk membalas semua kesalahannya. Kalian tidak perlu repot-repot menodai tangan kalian, untuk membalas perbuatannya."

"Serahkan saja dia pada hukum," saran Ucup.

"Cih! Hukum negara ini tak berguna! Kami lebih percaya pada hukum di desa kami! Orang asing sepertimu tak seharusnya mencampuri urusan kami! Pergi dan jangan kembali!" usir salah seorang warga desa.

Beberapa warga desa sudah berniat menyeret tubuh Ucup, untuk dipukuli bersama-sama. Namun, sebelum mereka berhasil menyentuh tubuh Ucup sedikit saja, Ucup sudah lebih dulu menghindar. Pria itu sudah tahu, gerakan-gerakan yang akan dilakukan para warga desa, hanya dengan melihat pandangan mata saja.

"Ah, aku tidak ingin berkelahi. Jangan seperti ini, mari kita selesaikan dengan damai," pinta Ucup.

"Supaya desa kami tenang dan damai, kami harus mengusir orang yang mengusik kedamaian desa kami!" balasnya.

Perkelahian tak bisa dihindari. Awalnya Ucup tak melawan. Dia hanya berusaha untuk menghindari pukulan-pukulan yang ditujukan ke arahnya. Namun, lama kelamaan Ucup merasa bosan, karena warga desa tak mau berhenti memukul. Akhirnya pria itu membalas pukulan warga desa, dengan beberapa pukulan dan tendangan.

Angel memalingkan wajah ke arah lain. Dia tidak membiarkan Dino melihat adegan kekerasan di depan matanya. Angel menggerutu, "Dia berkelahi di depan anaknya sendiri. Kenapa tidak meminta bantuan orang lain saja?"

Saat Angel ingin mencari bantuan untuk menghentikan pertikaian. Dia tiba-tiba berhenti melangkahkan kakinya. Angel mendengar Ucup tertawa kecil, sementara para warga desa mengumpatinya.

Spontan, Angel melirik ke belakang, dia melihat beberapa warga terjatuh setelah Ucup mengikat kaki mereka semua dengan tali.

"Dari mana pria itu membawa tali?" gumam Angel.

Dino mendongak ke atas, anak itu berbisik, "Itu tali mainan milik Dino, Kakak Cantik."

Perkelahian baru berhenti, ketika beberapa pihak polisi datang untuk membereskan apa yang telah terjadi. Semua warga yang ada diamankan pihak polisi. Mereka mungkin berhasil ditangkap, tapi tatapan tajam mereka masih bisa tertuju pada Ucup.

Tercipta api dendam, yang tak terlihat diantara mereka. Salah satu dari mereka memberitahu, "Hukum mana pun, tak akan pernah menghentikan aturan di desa ini. Ingat itu baik-baik."

Akibat perkelahian itu, Angel melupakan kotak bekal makan siang Neneknya. Begitu pula dengan Ucup yang meminta maaf, karena membuat Angel menunggu. Namun, Angel sama sekali tidak keberatan. Dia tahu, apa yang dirasakan wanita itu, ketika ada di dalam masalah. Pertolongan Ucup, pasti sangat membantunya.

Ketika Angel dan Ucup ingin pergi, wanita yang ditolong tiba-tiba menunjuk ke arah kotak bekal yang dipegang Ucup. Dia berkata, "Tunggu dulu. Kotak yang kau pegang itu, berisi daging mentah bukan?"

Ucup mengangguk. "Ya. Dari mana kau tahu?"

•••

Mandi (Berendam) Tak Basah:
❝Melakukan sesuatu tanpa mengacuhkan teguran atau peringatan.❞

MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan GS] Lokal VerWhere stories live. Discover now