16 - PERGI DAN HILANG

230 18 16
                                    

HAPPY READING!❤️

***







"La, Viola! Viola tunggu!"

Viola semakin mempercepat langkahnya ketika pulang sekolah. Di belakang ada Gewanta yang mencoba mengejar Viola yang berada di antara siswa lainnya. Cuaca panas kali ini membuat Viola semakin malas berurusan dengan Gewanta. Kali ini Viola benar-benar lelah. Ia harus pergi bimble untuk persiapan olimpiade matematika. Viola juga baru kembali dari ruangan Kepala Sekolah. Viola sedang tidak ingin berdebat kali ini.

Perempuan itu berdiri di bawah halte bersama deret manusia lainnya. Untuk menunggu angkotan umum yang akan mengantaran Viola sampai perumahannya.

Viola melirik ke kanan dan kiri. Ternyata Gewanta sudah tidak mengejarnya. Viola menghembuskan napas leganya. Bukan ingin bersikap seperti anak kecil, hanya saja Viola malas bertemu yang menimbulkan pertengkaran nantinya. Viola ingin fokus pada olimpiadenya dulu. Ia akan menemui Gewanta sesudahnya.

"Mau ke mana kamu?"

Viola terdiam sebentar lalu menoleh ke belakang. Di sana berdiri Gewanta dengan helm di tangan kanannya. Wajahnya datar dan dingin. Tatapannya begitu dalam membuat Viola gugup sendiri.

"M-mau pulang lah!" Viola menjawab dengan ketus.

Gewanta menarik lengan Viola saat mobil angkutan umum datang dan langsung diserbu oleh semua siswa yang menunggu di halte tersebut. Dengan cepat mobil itu penuh dan melaju dari sana meninggalkan Viola berdua dengan Gewanta.

"Kamu apaan sih! Aku jadi gak bisa pulang, kan?!" Viola menatap Gewanta kesal.

"Pulang sama aku." Gewanta tetap menggenggam lengan Viola namun tidak sampai melukainya.

"Aku gak mau. Mendingan jalan kaki,"

Gewanta tidak mengalihkan tatapan tajamnya membuat Viola benar-benar gugup.

"Gak usah gitu banget kali liatin akunya!"

"Mau digangguin lagi?" Gewanta terlihat serius kali ini.

Viola kembali mengingat bagimana pertama kalinya Banar menghalangi jalannya. Itu memang malam dan sepi, tapi Viola takut juga jika hal itu terjadi lagi.

"Gak ada juga yang mau gangguin aku lagi."

"Pulang sama aku." perintah Gewanta seolah tak dapat dibantah.

"Nggak! Aku mau sendiri. Biasanya juga gak sama kamu,"

"Viola," ujar Gewanta sabar. "Kenapa kabur dari aku?"

"Siapa yang kabur?" sergah Viola.

"Kalo ada masalah itu dibicarain baik-baik, bukan malah menghindar. Aku juga tadi udah jelasin sama kamu, kan?" ucap Gewanta lembut.

"Aku gak menghindar. Emang lagi mau pulang sendiri aja!"

"Bohong."

Viola melepaskan genggaman tangan Gewanta. Laki-laki itu hanya menatapnya datar. Gewanta mengerti perasaan Viola. Mungkin ini adalah sisi cemburu dari perempuan. Gewanta sudah mencoba menjelaskan hanya saja pikiran Viola tertutup oleh kesalahpahaman itu.

"Aku tadi cuma nolongin dia karena hampir kena bola basket. Aku gak ada apa-apa, kenal juga enggak," Gewanta mencoba menjelaskannya kembali.

"Ya udah kalo enggak!" Viola melipat kedua tangannya di depan dada.

Laki-laki dengan jaket Gevalen itu menghembuskan napas gusarnya. "Terus sekarang kamu mau apa?"

"Aku? Mau pulang lah!"

SHAMUDERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang