How It's Begin

33 9 2
                                    

Bekasi,  Juli 2014

Pekarangan Sekolah tampak ramai pagi itu. Banyak murid yang berlarian masuk ke sana. Gadis dengan surai hitam nan indah baru saja turun dari sebuah mobil sedan merah, remaja enam belas tahun yang baru saja menjadi seorang siswi SMA.

"Hati-hati ya, Dek!" Kata sang kakak. Kemudian mobil merah itu berlalu pergi. 

"ANYAA!!!" Teriak seseorang yang tiba-tiba merangkul bahu Vanya.

"Astagfirullah, masih toa ya lu, Net." Ujarnya yang masih dengan rasa keterkejutan.

"Hahahaha, yuk masuk! Hayya udah di dalem katanya." Ajak gadis berambut pendek yang  bernama Neta itu. Kedua gadis itu berjalan menyusuri selasar yang cukup ramai.

"Hayyaa!" Neta kembali berteriak hingga beberapa orang di sana melihat kearah mereka. 

"Ta, gua malu, sumpah!" Kata Hayya. 

"Nanti mereka terbiasa kok, Ya." 

Seluruh siswa-siswi diminta untuk berkumpul di aula. Aula tampak sudah ramai saat Vanya dan kedua sahabatnya tiba di sana.

"Selamat pagi, semuanya!" Ujar dua orang murid laki-laki yang berdiri di depan. Mereka adalah siswa kelas sebelas yang bertugas sebagai MC di penyambutan siswa/i baru. Berbagai kata sambutan disampaikan oleh Kepala Sekolah serta jajarannya. Dilanjut dengan penjelasan kegiatan oleh kedua MC.

"Ta, MCnya ganteng, ya." Ujar Vanya sambil memperhatikan gerak-gerik salah satu MC.
   

 "Astagfirullah Anyaa! baru hari pertama lu udah ngelirik cowo aja. Tobat, Nya." Jawab Neta sembari menempeleng kepala Vanya.

"Lu sekolah nyari ilmu apa nyari jodoh sih?" Tanya Hayya.

"Kalo bisa dapet dua-duanya, kenapa enggak?" Jawab gadis yang masih terfokus pada lelaki dengan jaket OSIS itu.
    
"Gimana? Ada yang mau ditanyakan?" lelaki itu tiba-tiba melihat kearah Vanya. Sontak gadis itu mengalihkan pandangannya.

"Mati gue. Ganteng banget, woi!"
   
Setelah sambutan-sambutan dari pihak sekolah, para siswa mulai memasuki kelas masing-masing. Vanya tengah duduk di bangku miliknya bersama dua sahabatnya. Sejak tadi, otaknya hanya memikirkan senyuman Kakak OSIS yang menjadi MC tadi.
   
"Gue kecanduan." Celetuk Vanya tiba-tiba. Kedua sahabatnya itu sontak melebarkan mata mereka.
   
"Kecanduan?" Tanya Neta yang kebingungan.
   
"Kecanduan senyum Kakak OSIS." Jawab Vanya sambil menaikkan salah satu alisnya.
   
"Buset dah, Vanya. Udah kayak narkoba aja." Kata Hayya yang sedang mengunyah cemilan yang ia beli di Kantin. Tak lama, bel berbunyi. Seluruh siswa dan siswi segera kembali ke Kelas.
   
"Siang, semuanya." Sapa seorang lelaki yang datang ke Kelas Vanya. Ia tidak datang sendiri, ada dua orang lainnya yang ikut masuk. Dan betapa senangnya Vanya saat tau, itu adalah Kakak OSIS yang tadi.
   
"Kita mau kasih pengumuman sebentar, tentang kegiatan dari OSIS." Kata si Kakak OSIS dengan senyuman yang terlihat sangat tulus.
   
"Jadi besok bakal ada peminatan bakat, ini nantinya akan menjadi wadah buat kalian yang punya keahlian di bidang musik, literasi, siaran, dan olahraga. Kalau ada yang berminat boleh langsung datang ke Ruang OSIS yang di lantai dua." Jelas lelaki lainnya.

Vanya masih tidak mengalihkan pandangannya dari Kakak OSIS, hingga fokusnya teralihkan oleh lebel nama pada seragam lelaki itu. Nathan Edzhar Gabrian, begitulah tulisan yang tertera di sana. sebelum keluar dari kelas Vanya, lelaki bernama Nathan itu sempat memberi senyum pada Vanya. Dan seketika itu pula jantung Vanya tidak berdetak seperti seharusnya.
   
"Senyumnya manis banget!" serunya saat lelaki itu sudah tak ada di kelasnya.
   
Saat pulang sekolah, Vanya menyempatkan diri mampir ke ruang OSIS yang dimaksud Kakak yang tadi memberi pengumuman. Sebenarnya tujuan utama Vanya bukan untuk mendaftar kegiatan peminatan bakat. Ia hanya ingin bertemu Nathan saja.

Love Distance | Jake ShimWhere stories live. Discover now