Episode 04

10 4 0
                                    

'Keadilan Harta'

"Nyonya Destiny." Polisi itu memberikan salam pada seorang wanita bernama Destiny

"Bagaimana, kamu tidak memberitahukan penyebab Glen mati bukan padanya?" Tanya Destiny kepada polii itu, sambil mengeluarkan amplop berisi banyak uang.

"T-tentu tidak nyonya, saya akan selalu patuh pada nyonya." Jawabnya dengan gugup.

"Bagus. Terima ini, sesuai janjiku." Memberikan amplop itu.

Polisi itu menerimanya sangat antusias, ketika ia memegang amplop tersebut tangannya gemetar dan air mata gembira pun membasahi kedua matanya, dan polisi tersebut sudah berangan-angan untuk menghabiskan uang yang diterimanya. Destiny memberikan tatapan kode kepada pengawalnya. Dan pengawalnya pun melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. 

Walaupun baju dan celananya terkena noda merah kental, pekat dan berbau anyir.

****

"Sayangku Sitra kemarilah, aku sudah kangen."

Sitra segera menghampiri Brandon, karena Sitra lebih kangen lagi dengannya.

"Hai sayang, aku lebih kangen lagi denganmu." Ucapnya sambil beranjak untuk duduk di depan sang pacar Brandon.

Brandon tersenyum, meminum minuman yang sudah dipesannya melalui sedotan berwarna putih polos. Brandon menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Seakan-akan Brandon sedang ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Sit... Ck, Sitra... Ck...Argh." Ucapnya terbata-bata.

Didalam hatinya Sitra rasanya bergejolak, ada sesuatu yang menari-nari di dalamnya, namun Sitra tidak tahu apa itu. Ia sudah pasti akan hal itu pada Brandon, bahwa dia akan melamarnya hari ini.

"Ya cepat katakan, aku pasti akan menerimanya." 

"Sitra maukah kau..."

Sitra membulatkan mataku bersamaan dengan senyuman di wajahnya.

"Maukah kau meminjamkan aku uang?" 

"A-a-apa?" Ucapnya, membuat mimik wajah kecewa dan terkejut.

"Uang, tolong pinjamkan aku uang."

Harapannya kandas sudah, Sitra mengira Brandon akan melamarnya sekarang tau-taunya dia hanya ingin meminjam uang padanya.

"Bukankah sudah aku kasih kemarin, apakah belum cukup?" Tanya Sitra terheran-heran padanya.

"Belum Sitra." Jawabnya, menggunakan raut wajah sedih.

"Tapi uang kemarin sebesar dua ratus juta yang aku kasih padamu. Kenapa langsung cepat habisnya?!" 

Brandon menarik napas panjang, lalu menghembuskannya agar lebih berani untuk bilang pada Sitra soal pinjaman uang kemarin.

"Uang kemarin aku sumbangkan ke panti asuhan semuanya. Kamu tahu bukan bahwa aku sangat suka untuk berbagi?" Brandon bertanya balik pada Sitra

"Aku tahu, tapi kenapa, kenapa kamu sumbangkan semuanya, kamu bisa bukan menyumbangkannya satu juta atau bahkan lima juta. Tapi kenapa harus dua ratus juta?!"

"Karena aku ingin saja, lagi pula kan ada kamu." Ujar Brandon.

"Maksud kamu aku sumber uang kamu, jadi kamu mau memanfaatkan aku?" Tanya Sitra serius.

"Bukan, maksud aku kita bisa bangun bisnis bersamaan." Jawabnya.

"Ouh oke. Jadi berapa yang kamu inginkan?" 

"Enam ratus juta."

"Oke, akan aku transfer uangnya."

Sitra mengambil ponsel dari dalam tas, lalu menepati janjinya pada Brandon untuk mentransfer uang yang ia inginkan.

Love PaintingWhere stories live. Discover now